Sudah tiga bulan berlalu sejak Zhao meninggalkan kota Kordoba, Althea sama sekali tidak tau-menau soal kabar pria tersebut. Althea juga sedang sibuk dengan kegiatan lainnya, berusaha mengalihkan soal pikirannya terhadap Zhao.
"Zhao apa kabar, dek?" Farlan bertanya, di sela-sela mereka menikmati sarapan paginya.
"Tidak ada."
Farlan terdiam beberapa saat, lalu melanjutkan kunyahan roti lapis yang ada di dalam mulutnya, dan menelannya.
"Maksudnya tidak ada?"
"Tidak ada kabar."
Farlan mengangguk mengerti.
"Oh iya, wisuda Ardin minggu depan, loh dek."
"Iya."
"Kamu tidak mau ke Ryadh melihat prosesi wisudanya?"
"Aku bukan siapa-siapanya, kak. Buat apa aku ke sana?"
Farlan memaklumi, benar yang dikatakan adiknya barusan. "Tapi pasti dia sudah mengundangmu untuk hadir. Kakak lihat-lihat sepertinya kamu sudah menyiapkan bingkisan untuknya."
"Kakak tau dari mana soal itu?"
"Kamu kasih bingkisannya ke ummi. Terus bilang nanti kalau Ardin sudah pulang ke Indonesia, minta tolong diberikan. Kakak dengar."
"Oh yang itu." Abi dan ummi mengunjungi mereka ke Cordoba selama satu minggu dengan alasan rindu. Namun kemarin, mereka sudah kembali ke Indonesia.
"Kasih bingkisan segala, perasaannya coba yang dibalas." Farlan tau apa yang sering dilakukan adiknya ini dengan Ardin yaitu saling bertukar hadiah, dalam momen penting apapun. Seperti acara wisuda ini.
"Habisnya tidak enak, kalau dia sudah berikan Althea hadiah, dan Althea tidak memberinya apapun."
"Balas perasaannya."
"Tidak bisa, kak."
"Kenapa? Menunggu kepastian Zhao?"
Althea terdiam. Memilih diam lebih baik daripada mengeluarkan pendapatnya.
"Jika dia tidak memberikan kabar apapun, kamu berhak mencari kebahagiaanmu, dek."
"Dengan seperti ini Althea sudah bahagia, kak."
Farlan menggeleng pelan. "Kamu perlu mencari dirimu seperti saat kamu bersama Zhao. Meskipun bukan Zhao orangnya."
"Apa itu artinya kakak berhenti berharap denganku antara Zhao?"
"Tidak. Kakak hanya mengingatkan padamu untuk tidak perlu menunggunya terlalu lama."
"Ayo, lekas bersiap. Kita akan ke Madrid setengah jam lagi."
Althea tidak bisa memberikan argumennya, Farlan sudah selesai dengan sarapannya, tidak lupa juga dia memberikan kecupan hangat di puncak kepala istrinya yang sejak tadi menyimak obrolan antar adik dan kakak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...