Saudade - Chap.30

20 4 2
                                    

Dia adalah Zhao Ledoux

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia adalah Zhao Ledoux. Seorang pria dengan sejuta pesonanya. Seorang yang setiap bait tulisanku akan selalu kutuliskan dengan sebutan pria, bukan laki-laki.

Ada beberapa makna mengapa aku menyebutnya dengan pria. Pertama, dia adalah orang asing bagiku hingga berakhir menjadi sangat berarti. Kedua, ketiga, dan seterusnya mungkin kalian bisa mencari tau sendiri apa perbedaan dari pria dan juga laki-laki di luar sana.

Kami tidak sempat menjalin kasih. Tapi ketidakhadirannya di hidupku, masih sangat sakit. Meskipun di akhir ceritaku tidak ada kamu. Tapi kupastikan bab-bab di mana kamu berada, itu yang paling aku suka.

Aku kembali datang ke tempat peristirahatan terakhirmu, kali ini bersama Oreo. Cepat atau lambat, aku harus mengatakan padanya bukan? Jika kamu sudah tidak ada di dunia.

Begitu aku duduk di dekat nisanmu, Oreo yang awalnya kugendong ingin beranjak turun dan menjatuhkan keempat kakinya di atas tanah, mengais pelan, meraung pelan.

Kutau dia sedang bertanya, apakah kamu ada di dalam sana, tuan?

Aku lalu mengelus kepalanya pelan, sambil berucap lirih padanya, "Zhao sudah bahagia. Ini tempat istirahat terakhirnya, Oreo. Beri salam padanya, bahwa kamu sudah datang ke sini."

Oreo seperti mendengarnya, Zhao.

Dia patuh.

Aku perlahan mengelus nisan putih yang bertuliskan namamu itu dengan lembut, ku pejamkan kedua mataku, lalu berdoa.

Assalamualaikum, Zhao. Apa kabarmu di sana? sore ini aku akan segera kembali lagi ke Spanyol. Maaf aku tidak bisa berlama-lama di kotamu. Namun aku janji bahwa aku selalu ke sini di setiap kesempatan, mungkin setahun sekali? Atau 6 bulan sekali? Atau di mana waktu aku merindukanmu.

Aku sudah membaca setiap catatanmu, dan aku menyukainya, mengapresiasinya. Terima kasih, sudah berkalimat indah untukku.

Aku membawakanmu bunga kesayanganmu. Lily of the Valley.

Sampai nanti lagi, Zhao. Aku tau di sana kamu juga sedang mengatakan hal yang sama.

Sudah ya, aku tidak ingin menangis lagi di depanmu. Tidak untuk saat ini, sebab kemarin air mataku begitu banyak jatuhnya.

Aku membuka mataku yang kembali berair, ku lirik Oreo yang duduk dengan tenang, menatapku. Aku lalu tersenyum kecil.

Kepergianmu membuat hidupku perlahan berubah. Namun aku tetap menjalani normalnya bagaimana diriku.

Zhao, aku tidak tau mengapa pastinya. Namun mungkin ini cara Allah menguatkanku, menguatkan fisik dan jiwaku saat aku mulai kehilanganmu.

Allah mempertemukanku denganmu, menguji seluas apa imanku dan keyakinanku untuk tidak goyah pada seorang pria asing yang berhasil merebut hati ini.

Namun dibalik aku berusaha untuk melewati ujiannya, kamu justru semakin terpikat. Apakah pada dasarnya memang seperti ini hasil akhirnya?

Enam bulan selepas kepergianmu, diriku kembali diuji. Bahkan aku belum sepenuhnya sembuh dari luka atas bentuk kehilanganku padamu. Allah kembali mengujiku dengan perpisahanku dengan kedua orang tuaku.

Saudade in Andalusia (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang