"Selamat bertemu dengannya di sini hingga nanti, dia alasan mengapa cerita ini tercipta. Aku tau ini salah, seharusnya dia ada sejak di chapter awal, bukan hanya di bagian prolog saja. Namun aku ingin mengurutkannya dengan urutan yang benar."
✿ Al-Thea ✿
...Kota yang pertama dia jelajahi dalam penjelajahannya di Andalusia adalah kota Madrid. Kota yang menjadi jantung bagi Spanyol. Kota terbesar, megah, dan aesthetic. Begitulah pendapat Althea kala sudah tiga tahun melewati Madrid. Selama ini Althea memang hanya melewatinya untuk ke kota lainnya. Namun untuk sekarang, Madrid akan dia jelajahi sebagai kota pertama karena menjadi salah satu dari lima kota utama di Andalusia pada saat itu.
Tiga tahun kuliah, saat ini dia sudah semester 6 yang memasuki semester 7. Semester sibuk-sibuknya. Althea tidak begitu berambisi. Prinsipnya, santai tapi semua keberhasilan dia dapatkan. Untuk itu dia mengambil kesempatan libur tiga bulan ini sebagai bentuk apresiasi pada dirinya karena sudah melewati semester beratnya, dan menyemangati dirinya untuk menghadapi semester ke depan dengan refreshing, me time di setiap penjuru lima kota di Andalusia.
Dia menepati janji pada dirinya sendiri bahwa di Indonesia hanya tiga hari. Dan abi sama uminya mengizinkan itu, meskipun harus dilewati dengan berbagai ayat-ayat perundangan dari mereka. Termasuk kakaknya, Farlan. Yang selalu menyindir mengapa laki-laki seistimewa Ardin ditolak begitu saja. Althea tidak menolaknya, jati dirinya belum siap menikah. Itu saja. Dia bersikap bodo amat pada orang-orang yang menceritakannya, toh Ardin tau. Ardin yang mau. Althea sudah memberinya peringatan yang sopan.
Kedatangannya di Madrid adalah pagi hari. Althea memang sudah menjadwalkan seperti itu. Paling lama empat hari, satu kota. Soal uang sangu, aturan tempat di mana tidur, semuanya aman. Althea bertanggung jawab sendiri. Uang yang dia kumpul semasa kuliah, dengan part time sebagai penulis redaksi kampus akan dia habiskan di waktu lima minggu ke depan. Dia bersyukur, orang-orang kesayangannya turut menyumbang padanya sebagai bentuk uang jajan/makan. Termasuk Farlan, dia pemberi sumbangan terbanyak meskipun dia juga yang paling cerewet.
Seperti saat ini, baru saja Althea menaiki taksi bandara, laki-laki itu sudah menelpon. Sekarang sudah jam sembilan pagi, itu artinya di Indonesia jam tiga subuh. Althea memilih tidak mengangkatnya, dia tau Farlan hanya iseng. Karena yang kakaknya lakukan saat ini adalah, sholat malam dengan istri tercintanya. Althea tidak ingin mengganggu, sekaligus takut menginginkan hal yang sama dari laki-laki yang belum dia ketahui siapa. Apakah Ardin orangnya kelak?
Althea malas memikirkannya. Dia sibuk mencari tempat penginapan yang bagus, namun juga tidak menguras uang. Namun saat ini, perutnya kelaparan. Dia heran, mengapa setiap dia selesai mendarat di Madrid, pasti perutnya selalu saja keroncongan. Padahal di pesawat tadi, dia sudah mendapatkan jatah sarapan, ya salah dia sendiri tidak menghabisi pemberian makanan tersebut. Jadi sekarang dia kembali lapar.
Namun dia tidak begitu tau toko makanan yang buka sekitar waktu jam sembilan. Pengalaman dia, toko makanan langganannya itu buka di jam sebelas. Jika dia menunggu, sama saja itu menyiksa dirinya. Terlebih dia belum mendapatkan tempat untuk menyimpan kopernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade in Andalusia (SELESAI)
SpiritualKritik dan vote dibutuhkan, semoga kalian betah membacanya. Gracias 🙏 *** Andalusia tidak hanya menjadi saksi bisu tempat sejarah peradaban islam. Andalusia kali ini juga menjadi saksi pertemuan cinta dan kasih. Dalam balutan keislaman, pertemuan m...