***
"What the heck are you doing, Prisa?!"
Aku sama sekali tidak terkejut dengan seruan penuh kemarahan yang dilontarkan laki-laki di hadapanku ini. Aku sudah terbiasa mendengar kemarahannya atau mungkin lebih tepatnya menjadi sasaran dari temperamennya yang buruk.
Anehnya, dia hanya mengeluarkan sifat buruknya di hadapanku. Karena yang orang-orang tahu dia adalah laki-laki murah senyum, si ramah yang berhati hangat.
Jika aku mendengar orang bilang;
"Jevano kok manis banget, sih?!"
"Lihat, deh, lihat, senyumnya. Aduuu meleleh gue."
"Eh, tahu nggak? Tadi gue disapa loh sama Kak Jevano. Mana pake ngomong, 'jepit kamu bagus'. Kira-kira outdoor atau indoor, ya enaknya?"
Dan pujian-pujian serupa lainnya yang mengagung-ngagungkan Jevano, aku rasanya ingin tertawa keras di depan wajah mereka dan mengatakan kalau mereka semua tertipu dengan wajah malaikatnya.
Meskipun aku sangat membencinya, harus aku akui Jevano memang tampan. Garis wajahnya tegas. Rahangnya kokoh. Hidung mancung dan bibirnya yang sedikit tebal itu menambah kesempurnaan bentuk wajahnya. Belum lagi matanya yang sebenarnya sangat mengintimidasi kalau laki-laki itu sedang diam. Meskipun aku sudah terbiasa mendapat tatapan tajamnya, tapi jika harus jujur aku masih ciut untuk berani menatap matanya kalau sedang marah.
Aku tidak heran banyak kaum hawa yang bermimpi menjadi pasangan dia. Mereka tidak tahu sifat asli Jevano. Yang mereka tahu, Jevano si baik yang memiliki wajah rupawan dan tubuh atletis.
"Lo pikir lo siapa bisa pergi tanpa izin gue?"
Ini dia alasan kepada bajingan ini bebas memperlihatkan sisi buruknya kepadaku. Karena aku adalah budaknya. Budak seks lebih tepatnya.
Aku benci mengakuinya, tapi aku benar-benar tidak bisa melawan bajingan ini. Aku berhutang besar kepada keluarganya, baik itu secara jasa maupun uang. Dan aku benci mengakui kalau hidupku di bawah kendalinya.
Terkadang aku berandai-andai, bagaimana kalau aku bunuh saja dia?
"Take off your clothes and get on the bed!"
Aku tahu ini semua akan berakhir seperti ini. Aku yang harus melepas pakaianku. Lalu disusul Jevano yang menyeretku untuk berbaring di kasur.
Dan aku ... tidak mempunyai pilihan selain hanya bisa pasrah di bawah kuasanya.
Untuk kesekian kalinya aku menghabiskan malam yang panas dengan Jevano.
Saat Jevano sedang 'mode baik' saja, dia lebih senang melakukan percintaan yang kasar dan keras. Apalagi kalau sedang marah seperti sekarang, tubuhku rasanya mau remuk karena tidak sanggup meningkahi nafsu gilanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust of Love
Short StoryMature Content [21+] Kumpulan short story. Edisi sayang kalau hanya mendekam di draft dan belum sreg untuk dijadikan long story. Sooo enjoy!! © nousephemeral, 2023. all pictures, inside cover © pinterest.