9. Little Girl

820 42 5
                                        


Januar tidak pernah tahu bahwa dirinya bisa sangat menginginkan perempuan, seperti bagaimana dia menginginkan Violet.

Rasa-rasanya sebelumnya dia tidak pernah merasakan perasaan semacam itu. Termasuk kepada ibu Agnes sekali pun. Karena pada dasarnya dia dan mantan istrinya yang sudah meninggal itu menikah karena dijodohkan.

Lira, mantan istrinya, yang mencintainya lebih dulu. Meskipun seiring waktu cinta itu tumbuh, tapi Januar tidak sempat mencintainya begitu dalam karena Lira meninggal terlalu cepat.

Di masa-masa awal kehilangan, Januar tentu saja bersedih. Tapi, dia lebih mudah merelakan dibanding merelakan Violet jika tidak kembali bersamanya.

Tapi jika harus jujur, Januar pun sebenarnya belum pasti tahu perasaan yang dimilikinya kepada Violet apa cinta yang teramat sangat atau hanya perasaan bersalah yang masih menghantuinya sampai sekarang.

Namun yang pasti untuk sekarang Januar tidak ingin menyerah begitu saja. Dia ingin mendapatkan satu kali lagi kesempatan. Sampai dia yakin bahwa Violet pun sudah tidak menginginkan dirinya lagi.

Setidaknya sampai Violet belum menikah, Januar ingin mengejarnya. Tapi, jika perempuan itu sudah mempunyai pacar... kalau begitu Januar akan mencari tahu lebih dulu.

Setelah percakapan terakhir mereka di mobil, di mana Violet menunjukkan ketidaknyamanannya, Januar memutuskan untuk mengambil langkah pendekatan kembali dengan hati-hati.

Meskipun ingin, sekarang Januar sengaja tidak terlalu menunjukkan bahwa dia masih mengharapkan Violet demi mencegah perempuan itu semakin menciptakan jarak. Dia tidak ingin memperburuk keadaan.

Meskipun rasanya susah sekali untuk tidak menatap Violet lama-lama ketika mereka sedang berinteraksi. Susah rasanya bersikap profesional. Susah rasanya menjaga batasan yang ada.

Meskipun ya ujung-ujungnya juga sedikit goyah ketika perempuan itu sakit dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengecek langsung keadaannya.

Keputusan yang dia ambil tanpa perhitungan sama sekali buat Januar cemas Violet risih dan justru semakin memberi jarak dengannya.

Untungnya perkiraan Januar mungkin sedikit meleset ketika perempuan itu alih-alih langsung menemuinya di lobi, tapi mengizinkannya untuk naik ke unit apartemennya.

Padahal Januar sangat tidak menduga dia akan diizinkan — diberitahu lantai dan nomor unit apartemennya berada.

Dan di sinilah dia sekarang. Seiring menunggu pintu di hadapannya terbuka, Januar merasakan gugup yang tidak pernah dia rasakan di umurnya yang sudah terlalu matang ini.

Lalu, beberapa saat kemudian, pintu di hadapannya terbuka. Menampilkan Violet yang masih tampak pucat dan lelah. "Pak?" perempuan itu menyapa, terlihat canggung.

Januar mengulas senyum kecil. Berusaha menunjukkan ekspresinya agar tetap terlihat tenang.

"Saya bawakan ini untuk kamu." Januar mengangkat kantong bawaan di tangannya. Berisi obat yang mungkin Violet butuhkan, buah-buahan dan beberapa cemilan.

"Terima kasih, Pak. Tidak bawa apa-apa juga tidak masalah sebenarnya, tidak usah repot-repot," jawab Violet, tanpa mengizinkan Januar masuk lebih dulu.

Buat apa juga? Bagus jika pria itu langsung pulang.

Terkesan tidak sopan mungkin, tapi Violet mencoba tidak tahu sopan santun saja.

"Kamu sudah makan?" Alih-alih menanggapi kesungkanan Violet, Januar melemparkan pertanyaan lain.

"Sudah, Pak."

Lust of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang