Oneshoot: Forbidden (M)

2.7K 51 0
                                    

Lily baru saja hampir berhasil masuk ke alam bawah sadar saat suara pintu kamarnya yang terbuka membuatnya kembali terjaga. Pintu ditutup kemudian suara langkah kaki kembali terdengar.

Lily tetap mempertahankan posisinya berbaring menyamping dan tidak berniat membuka matanya.

Lily pikir orang itu akan membangunkannya atau minimal langsung bergabung dengannya di tempat tidur. Tapi tidak. Langkah kakinya perlahan terdengar menjauh, sampai tak berapa lama kemudian Lily mendengar suara air yang dihidupkan. Orang itu ke kamar mandi.

Lily tiba-tiba bersikap lebih waspada saat orang itu sudah kembali dari kamar mandi, melangkah mendekat, dan kini kehadirannya benar-benar Lily rasakan berada di belakangnya.

Lily bersyukur posisi berbaringnya memunggungi pria itu sehingga aksi pura-pura tidurnya tidak terlalu kentara.

"Bagaimana?" Pria itu sedang berbicara di telepon sekarang. Suaranya dingin. Kentara sekali suasana hatinya sedang buruk.

"Ya? Pastikan besok kau membawanya ke perusahaan. Awasi dia. Jangan sampai dia membuat kekacauan lagi." Panggilan ditutup. Lily mendengar pria itu mengembuskan napas kasar dan lelah.

Padahal bukan dirinya yang membuat kesalahan, tapi kenapa Lily merasa akan ikut diadili sekarang?

"Kau sudah tidur?"

Punggung Lily spontan menegang. Tapi karena sudah terlanjur pura-pura tertidur, jadi dia memutuskan untuk tetap melanjutkannya. Rasanya agak malu kepergok sejak tadi hanya berpura-pura tidur saja.

Lagipula Lily bingung harus menjawab apa jika pria itu bertanya alasannya belum tidur di jam yang hampir menunjukkan pukul satu dini hari ini. Lily tidak ingin mengaku menunggu karena mengkhawatirkannya. Atau mengaku karena ada sesuatu yang ingin dia tanyakan yang sejak sore tadi mengganggu pikirannya sampai kesulitan tidur.

Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat saat Gabriel ikut masuk ke dalam selimutnya, merapatkan tubuhnya disusul tangannya yang melingkari perutnya. Saat Gabriel menyurukkan kepala ke ceruk lehernya dan meninggalkan kecupan singkat di sana, Lily refleks menggerakkan pundaknya geli.

"Belum tidur rupanya." Gabriel bergumam di ceruk leher Lily. Tangannya semakin melingkar erat di perut perempuan itu membuat tubuh mereka semakin merapat.

Tubuh Lily yang mungil jadi terlihat tenggelam dalam pelukan Gabriel yang memiliki tubuh tinggi dan besar. "Tidurlah," katanya, sedikit memajukan wajah untuk mencium pipi Lily sebelum kembali menyusup di antara bahu dan leher gadis itu.

Seharusnya dekapan hangat pria itu membuatnya cepat tidur seperti biasanya. Tetapi sekarang berbeda. Ada sesuatu yang ingin ditanyakan-yang sejak sore tadi begitu mengganggu pikirannya.

Ingin segera diutarakan tapi suasana hati pria di belakangnya ini jelas sedang buruk. Saat akhirnya Lily memutuskan untuk menanyakannya lain kali, suara berat Gabriel yang setengah bergumam terdengar begitu dekat di telinganya.

"Kenapa kau harus pura-pura tidur, Lily? Bukankah menguping pembicaraan orang lain itu tidak baik?"

Lily menolehkan kepala ke belakang, membuat Gabriel mengangkat wajah dari pundaknya sehingga mata mereka bertemu.

"Apa pembicaraan itu adalah sesuatu yang tidak boleh aku ketahui?"

"Tidak juga," jawab pria itu santai. Menyelipkan rambut Lily ke telinganya, menangkup samping wajahnya dan memberikan usapan halus di pipi dengan ibu jarinya. "Tapi bagaimana jika seandainya yang aku bicarakan barusan adalah sesuatu yang tidak seharusnya kau ketahui?"

"Seperti apa misalnya?" Lily mengubah posisinya menjadi sepenuhnya menghadap Gabriel.

"Seperti...." Ibu jari pria itu bergerak turun, mengusap sudut bibir sang gadis.

Lily berusaha untuk tetap fokus pada pembicaraan. Melihat suasana hati Gabriel yang sepertinya mulai membaik, dia memberanikan diri bertanya, "Seperti pembahasan Paman yang akan bertunangan dengan Tante Sujin?"

Gabriel menghentikan ibu jarinya yang membelai bibir bawah Lily. Menyeret matanya ke atas, menatap gadis dalam dekapannya itu tepat di mata.

"Tidurlah. Ini sudah larut," responsya. Sama sekali tidak menjawab pertanyaan yang dilayangkan gadis berusia 21 tahun itu. "Tidak seharusnya kau tidur selarut ini."

"Aku bukan anak kecil lagi yang harus diingatkan seperti itu." Lily mencebik kesal. Antara pertanyaannya tidak dijawab dan Gabriel yang di beberapa kesempatan seperti masih memperlakukannya layaknya anak kecil--seperti yang terjadi barusan.

Belum ada respons yang diberikan Gabriel. Dia menatap Lily cukup lama. Menyeringai kecil, pria dewasa itu tanpa aba-aba mendaratkan telapak tangannya yang besar di salah satu payudara sang gadis. "Aku tidak akan melakukan ini kepada anak kecil, Lily." Meremasnya di balik gaun tidur satin.

note: yang mau baca selengkapnya langsung meluncur aja ke karyakarsa yaa. link nya ada di profil wattpadku ini dengan judul "Oneshoot: Forbidden"

ini akun kasih cuplikannya sedikit lagi:


Lust of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang