Arga mengangkat lengannya yang menjadi bantalan kepala Davira yang sudah tertidur nyaman di sampingnya dengan hati-hati.
Laki-laki itu mengubah posisi berbaringnya menjadi menyamping. Menahan kepalanya yang miring dengan kepalan tangan. Menatap Davira yang tampak begitu damai dalam tidurnya. Berbeda sekali dari beberapa saat lalu--wajahnya penuh peluh kelelahan.
Arga menyingkirkan anak-anak rambut Davira yang tersebar di wajahnya. Mengusap samar pipinya, lantas menarik selimut menutupi lengan telanjang Davira sepenuhnya. Dia memetakan wajah lelap Davira lekat-lekat. Selagi masih bisa melihat wajahnya yang tertidur di sampingnya, Arga akan meraup kenangan ini sebanyak-banyaknya.
Jika suatu saat nanti momen seperti ini tidak bisa dia dapatkan lagi karena Davira sudah berhasil menemukan laki-laki yang tepat, Arga akan kembali membukanya, mengenangnya dalam diam dan penuh kerinduan.
Tidak rela rasanya Davira suatu saat nanti akan dimiliki laki-laki lain. Bahkan hanya dengan membayangkannya saja dia tidak sanggup.
Tapi bagaimana pun, Davira berhak bahagia. Dengan laki-laki yang mencintai dan dicintainya. Bersama laki-laki yang akan selalu membuatnya bahagia, yang tidak akan membiarkan air matanya jatuh setetes pun--kecuali air mata yang jatuh itu adalah air mata kebahagiaan.
Jika kalian tanya apa Arga mencintai Davira? Maka jawabannya ... tidak ... belum tahu. Arga belum bisa menjelaskan perasaan apa yang sebenarnya dia miliki untuk Davira.
Namun yang pasti, Arga marah jika ada laki-laki yang menyakiti Davira. Tidak suka melihatnya menangis karena laki-laki brengsek yang telah menyia-nyiakannya. Tidak rela juga saat melihat Davira sedang menjalin pendekatan dengan laki-laki lain. Dan belakangan ini, perasaan-perasaan semacam itu semakin menggila.
Saat melihat Davira bersama Beni, Arga ingin menarik gadis itu. Mencegah senyum Davira mengembang gara-gara gombalan atau jokes receh Beni. Tidak suka. Benci. Itu lah yang Arga rasakan.
Tapi, Arga ragu dan enggan mengakui bahwa perasaannya yang muncul itu disebabkan karena dia telah jatuh cinta kepada sahabatnya sendiri. Arga bersikap bodoh dan tidak peduli dengan perasaannya.
Malam ini pun, Arga tahu Davira ada kencan dengan Beni--dari Beni sendiri. Tanpa pikir panjang lagi, dia langsung membawa mobilnya ke apartemen Davira, melupakan janjinya dengan Clara.
Apa Clara pacar Arga? Hah, pertanyaan macam apa itu? Tidak. Arga tidak pernah berpacaran dengan siapa pun. Tidak pernah membuat komitmen dengan perempuan mana pun.
Karena apa? Dia tidak percaya cinta. Setelah pengkhianatan ibu terhadap ayah yang selama ini mencintainya, Arga menggeneralisasi semua perempuan sama seperti ibunya. Wanita bisa pergi saat laki-laki sudah menjatuhkan hati sedalam-dalamnya.
Termasuk Davira. Arga kerap kali menganggap Davira bisa berubah seperti ibunya jika seandainya dia sadar telah jatuh cinta kepada Davira dan mengaku mencintainya.
Namun, jika suatu saat nanti pada akhirnya dia percaya cinta dan perempuan yang berhasil mengubahnya itu adalah Davira, Arga tetap tidak akan berani menjadikan Davira miliknya.
Dia terlalu takut. Takut seandainya tiba-tiba membayangkan Davira seperti ibunya yang akan pergi meninggalkannya, sama seperti ibu meninggalkan ayah. Takut seandainya dia menyakiti Davira karena keegoisannya. Membuat hubungan mereka hancur. Persahabatannya dengan Davira pun pastinya akan hancur.
Tidak rela rasanya persahabatan yang mereka bangun bertahun-tahun lamanya hancur hanya karena keegoisannya dan luka masa lalunya yang belum sepenuhnya sembuh.
Itu sebabnya sampai sekarang Arga hanya akan tetap menjadikan Davira sahabatnya. Sahabat yang dia sayangi.
Dan seharusnya dari awal, Arga tidak bermain-main dengan hubungan berbahaya yang disebut friend with benefits ini. Efeknya sekarang. Tidak sanggup hanya dengan membayangkan Davira akan dijamah laki-laki yang menjadi pasangannya nanti.
Kesepakatannya jika salah satu di antara mereka mempunyai pasangan, maka hubungan friend with benefits ini berhenti. Sebenarnya itu kesepakatan yang Davira inginkan. Sementara dari awal Arga memang merasa keberatan, karena sampai kapan pun dia tidak akan mempunyai pasangan resmi.
Sebelum fwb-an dengan Davira, Arga sering bermain-main dengan beberapa wanita. Dia hanya perlu wanita untuk senang-senang saja. Just sex. Itu pun pilih-pilih. Dengan wanita yang tidak mengharapkan apa pun darinya, selain sex. Arga tidak mau meladeni wanita penuh drama yang mengganggap dia mencintainya hanya karena dia menyentuhnya.
Tapi, setelah bermain dengan Davira, Arga berhenti bersenang-senang dengan perempuan lain. Dia baru dekat dengan Clara selama dua minggu, sampai sekarang dia belum pernah menyentuhnya. Mencium pun belum--dan mungkin tidak akan pernah.
Dari awal, alasan dia mendekati Clara karena tidak sanggup melihat kedekatan Davira dan Beni. Entah kenapa, dia ingin Davira merasakan apa yang dirinya rasakan--jika memang Davira merasa hal yang sama sepertinya.
Mungkin juga karena Arga tidak ingin Davira tahu dia tidak suka kedekatannya dengan Beni. Arga tidak mau Davira tahu perasaan-perasaan aneh yang menghinggapi hatinya belakangan ini karena dia.
Seandainya Davira tahu, dia mempunyai hasrat melarangnya dekat-dekat dengan laki-laki lain karena perasaan anehnya ini, Arga takut Davira justru menjauh dan memutuskan hubungan persahabatan mereka karena dianggap dia terlalu mengaturnya. Lebih parahnya, berubah membenci.
Supaya tidak terlihat terang-terangan melarang, Arga selalu bilang laki-laki yang dekat dengan Davira brengsek. Padahal kenyataannya tidak semuanya seperti itu. Contohnya, Beni. Tapi, ya, Arga merasa semua laki-laki bisa brengsek di saat-saat tertentu.
Dan sebenarnya Davira memang riskan terperangkap buaian laki-laki brengsek mengingat sifatnya yang naif. Yang menganggap laki-laki itu brengsek jika ada sebabnya atau laki-laki brengsek akan berubah jika dia berusaha keras untuk merubahnya. Padahal kalau brengsek mah, brengsek aja. Dan, perlu dicatat, laki-laki--manusia--itu tidak mungkin bisa dirubah oleh orang lain jika sendirinya belum mau berubah.
Tapi sebenarnya sekarang pun Davira sudah terjebak dengan laki-laki brengsek. Ya, siapa lagi kalau bukan Arga. Si brengsek di antara yang paling brengsek.
Arga tersenyum geli saat melihat Davira tiba-tiba tersenyum kecil dalam tidurnya.
"Mimpi apa sih?" gumamnya, gemas. Meraba bibir Davira, memajukan wajah, mengecupnya pelan.
Arga kembali menarik wajahnya menjauh. Tiba-tiba memorinya kembali memutar kenangan 6 bulan lalu.
Waktu pertama kalinya mencium bibir Davira. Menjadi yang pertama bagi gadis itu. Awal mula persahabatan mereka berubah menjadi hubungan friend with benefits.
***
Note: mohon maaf part selengkapnya hanya bisa dibaca di karyakarsa. Link ada di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust of Love
Cerita PendekMature Content [21+] Kumpulan short story. Edisi sayang kalau hanya mendekam di draft dan belum sreg untuk dijadikan long story. Sooo enjoy!! © nousephemeral, 2023. all pictures, inside cover © pinterest.