Jika harus jujur, awal mula ketertarikan Januar memang tidak pernah didasari niat yang sepenuhnya mulia.
Saat itu, Violet hanyalah seorang gadis muda yang sedang beranjak dewasa, polos, dengan segala daya tarik yang membuat Januar tergoda. Baginya, ketertarikan Violet yang begitu polos dan murni kepadanya adalah kombinasi yang tepat saat dia sedang tidak ada gairah-gairahnya dengan perempuan yang berlomba-lomba ingin naik ke ranjangnya.
Saat itu, Violet bagaikan bunga yang masih tumbuh. Indah. Segar. Harum. Yang mengundangnya untuk dipetik, dijadikan hiasan dan dipandang ketika dia sedang lelah.
Lalu, nafsu itu datang dengan kuat. Mendominasi hampir setiap interaksinya dengan gadis itu.
Dia menyukai senyum malu-malu Violet, cara matanya selalu berbinar setiap mereka bertemu, dan caranya memerah saat disentuh. Januar sungguh menyukainya.
Januar tahu sejak awal bahwa perasaannya kepada gadis itu hanya didorong oleh nafsu yang kuat. Rasa ingin memiliki dan menguasai sesuatu yang muda, baru, indah, penuh keluguan, dan penuh dengan rasa penasaran yang belum pernah didapatkannya.
Ketertarikan fisik itu begitu mendominasi sampai-sampai di dalam hatinya Januar bertanya-tanya, apakah semua yang dia rasakan hanyalah sebatas nafsu semata?
Namun, seiring waktu berlalu, di balik gairah yang terus membara, ada sisi lain dari dirinya yang tak bisa dia abaikan. Setiap kali bersama Violet, Januar merasakan ada semacam dorongan untuk melindungi, merawat, dan memberinya kehidupan yang lebih baik.
Dia mulai memperhatikan hal-hal kecil yang membuatnya ingin memberikan lebih dari sekedar hubungan fisik. Ada rasa sayang yang muncul, meskipun dia tahu, keinginannya untuk Violet tetaplah didominasi oleh nafsu.
Dia sadar bahwa meskipun rasa itu ada, nafsu yang lebih besar seringkali mengaburkan apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap Violet.
Januar paham betul bahwa nafsunya kepada Violet jauh lebih besar dibanding rasa tulus yang mungkin munculnya hanya baru setitik.
Secara singkat, ya dia memanfaatkan kepolosan perempuan itu. Memanfaatkan kebutuhan gadis muda itu yang mendambakan kasih sayang dari sosok orang dewasa yang tidak pernah dia dapatkan.
Brengsek. Bejat. Tidak bermoralnya.
Namun, segalanya berubah ketika Violet tiba-tiba menghilang dari hidupnya. Gadis itu dibawa pergi ibunya setelah insiden di kamar yang memalukan itu.
Kepergian Violet membuat Januar merasa kehilangan sesuatu yang lebih dari sekedar objek keinginannya. Selama beberapa minggu pertama, dia merasa marah, kecewa, bahkan frustrasi karena tidak bisa memiliki Violet lagi.
Tetapi seiring waktu berlalu, perasaan itu berubah menjadi kesadaran yang perlahan-lahan tumbuh dalam dirinya — bahwa apa yang dirasakannya bukan hanya nafsu sesaat. Perasaan ingin menyayangi Violet tumbuh lebih besar di tengah kepergiannya.
Dia merindukan sosok gadis itu yang seakan memberi warna baru di hidupnya. Warna yang begitu terang, cerah dan begitu manis. Kehadiran Violet seperti angin segar yang menerpa kehidupannya yang saat itu mulai terasa suram dan monoton.
Gadis itu membuatnya merasa muda kembali, seolah dunianya yang penuh dengan rutinitas dan tekanan pekerjaan bisa terhapus hanya dengan senyuman atau tawa kecilnya.
Ada sesuatu dalam diri Violet yang begitu alami dan tulus. Gadis itu membuatnya merasa memiliki hidup baru yang lebih menyegarkan. Ada kebebasan dan spontanitas yang dibawa Violet ke dalam hidupnya, sesuatu yang belum pernah dia temukan dalam dirinya maupun hubungan lain sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust of Love
Historia CortaMature Content [21+] Kumpulan short story. Edisi sayang kalau hanya mendekam di draft dan belum sreg untuk dijadikan long story. Sooo enjoy!! © nousephemeral, 2023. all pictures, inside cover © pinterest.