Disebuah kamar, terlihat seorang anak perempuan tengah menatap heran keseluruh penjuru kamarnya. Anak itu menggaruk pipinya yang gembul dengan kepala yang sedikit dimiringkan.
"Ini dimana?" gumam anak kecil itu.
Seingatnya kemarin, ia baru saja jatuh dari rooftop sekolah karena ucapan bodoh dari sahabatnya. Ia disuruh lompat dari rooftop untuk menguji ilmu sulap milik sahabatnya yang sayangnya hanyalah bualan.
Rasa sakit waktu tubuhnya jatuh ke tanah masih terasa di benaknya. Mungkin tidak bisa ia lupakan karena waktu itu tubuhnya benar-benar terasa remuk.
Membayangkan bagaimana kondisi tubuhnya yang dulu, membuat gadis mungil itu bergidik ngeri dan langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal berwarna putih kecuali area wajahnya yang terlihat sangat menggemaskan.
"Itu sangat menakutkan, tubuhku pasti sudah hancul...ehh...suala siapa itu yang cadel?" tanya anak kecil itu.
Dia pun melihat kekanan dan kekiri untuk mencari sosok yang mengeluarkan suara cadel. Namun, tidak ada orang di kamar ini kecuali dirinya dan benda seukuran raksasa yang mengelilinginya.
"Ini aneh, disini ndak ada siapa-siapa. Tapi kenapa tadi ada suala...tuh kan! Kamu jangan macem-macem ya sama aku!" teriak gadis mungil itu.
Lagi dan lagi, dia melihat kekanan dan kekiri untuk mencari sosok yang mengeluarkan suara cadel. Namun, masih tetap tidak ada siapa-siapa disini kecuali dirinya.
Karena takut kalau ada hantu disekitarnya, gadis mungil itu pun mulai melengkungkan bibirnya keatas dan tiba-tiba suara aneh mengejutkan dirinya.
Ding!
"Selamat datang di dunia paralel, Nona!"
"HUWAAA!! MAMAAA ADA HANTUUU!!" teriak gadis mungil terkejut.
"Nona, saya bukan hantu! Saya ini sistem yang ditugaskan untuk-"
"MAMAA!! HANTUNYA BISA NGOMONG!!" teriak gadis mungil itu lagi.
Sistem yang baru saja muncul pun terkejut ketika melihat Nona barunya ketakutan dan berteriak kencang kearahnya. Ia melayang kesana-kemari untuk menenangkan sang Nona, namun bukannya tenang Nonanya itu malah mulai menangis.
"Nona, tenanglah! Saya bukan han-"
Ceklek!
Ucapan sistem terpotong oleh suara pintu kamar yang tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok wanita cantik dengan wajah khawatir.
"Astaga Sayang!" pekik wanita itu yang langsung berlari kearah anaknya.
"Kamu kenapa, hm? Ada apa sayang?" tanya wanita itu yang sudah mendekap erat tubuh mungil anaknya.
"Hikss...ada hantu jelek disini, aku takut." Gadis mungil itu menjawab dengan tubuh gemeter. Jujur, dia memang sangat takut dengan hantu.
"Yaudah, adek jangan nangis lagi ya. Nanti hantunya Mama tonjok pake sapu lidi biar kapok, oke?"
"Umm...telimakasih," ujar gadis mungil itu sembari mengeratkan pelukannya pada tubuh wanita yang memeluknya.
"Nona, apa anda sudah baikan?"
"Diam kamu! Dasal hantu jelek!" maki gadis mungil itu kepada sistem yang melayang tepat di depan wajahnya.
"Nona, saya ini sistem bukan hantu! Masa iya ada hantu seimut saya!"
"Kamu itu ndak imut! Tapi nyelemin!" maki gadis mungil itu lagi.
"Sayang, kamu...ngomong sama siapa sih?" tanya wanita yang memeluknya dengan takut-takut.
"Itu...sama hantu jelek yang kepalanya botak kaya om-om pedopil," jawab gadis mungil itu yang berhasil membuat wanita yang memangkunya kaget bukan main.
"Darimana Viera tau bahasa pedofil? Apa Xavier yang mengajarinya? Haish...aku harus memberikan hukuman pada pria itu!"
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Anak Antagonis
FantasyTransmigrasi jadi Antagonis... udah biasa. Transmigrasi jadi Protagonis... udah sering. Transmigrasi jadi Figuran... udah banyak. Tapi kalo transmigrasi jadi anak antagonis, gimana? Bercerita tentang gadis berusia 17 tahun yang bertransmigrasi ke tu...