Tandai Typo!
***
Dengan perasaan kesal, Cheryn pun langsung mematikan sambungan telponnya. Ia benar-benar dibuat geram dengan umpatan pertama Xavier yang dilayangkan kepadanya selama mereka menikah dan punya anak.
"Nggak Bapaknya! Nggak Anaknya! Nggak Emaknya! Sama aja! Bisanya cuma buat erosi!" maki Cheryn kesal.
Wanita itu kemudian menaiki lift untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai tiga. Ia mengambil dompet dan berganti baju untuk mencari Viera dan Babeh karena sampai sekarang mereka belum juga pulang.
Mau bilang khawatir sama Viera, tapi Viera sendiri masa bodoh sama Cheryn. Posisi Cheryn sekarang sudah seperti di masa lalu yang selalu bertepuk sebelah tangan.
"Frustasi, frustasi dah gue!"
Brak!
***
Viera terus saja mencari keberadaan Babeh di setiap sudut taman, sedangkan Axel yang tidak tau Babeh itu apa dan siapa hanya mengikuti kemana pun Viera pergi.
"Beh! Babeh! Kamu dimana sih, Beh?" teriak Viera tanpa malu.
"Babeh! Woi, nanti kodam aku kelual nih, Beh! Babehhhh!"
Axel yang melihat tingkah Viera dari belakang pun hanya bisa geleng-geleng kepala. Ia pikir Viera sudah tidak punya urat malu karena teriak-teriak dengan keras di depan umum.
"Bab-" Viera menghentikan teriakannya ketika melihat seekor kucing putih yang sedang berdiri di tengah jalan.
"Fyuhh~ akhilnya ketemu juga si Babeh," ujar Viera lega.
Anak itu pun kemudian berjalan kearah Babeh dengan senyum yang mengembang. Namun, saat sudah dekat dengan Babeh. Viera di kejutkan dengan sebuah mobil yang melaju kencang kearahnya.
Viera yang takut Babeh akan tertabrak pun langsung berlari dengan kencang, mengabaikan teriakan orang-orang serta Axel yang melihat aksi gilanya.
"Babeh/Viera/Adek, awass!" teriak mereka semua serempak.
Viera segera mengambil Babeh dari jalan dan memeluknya erat. Namun, saat Viera ingin menjauh dari jalan, mobil itu sudah berada dekat dengannya.
Ckitt!
Suara decitan ban dengan aspal terdengar sangat nyaring di telinga. Membuat Viera menutup matanya rapat-rapat jika saja tubuhnya tertabrak dan terlempar entah sampai mana.
Namun, sudah cukup lama Viera menutup mata. Mobil itu tidak kunjung menabrak tubuh mungilnya, membuat Viera perlahan-lahan mulai membuka matanya.
Setelah mata itu terbuka, kaki Viera langsung lemas dan tubuhnya pun terduduk di aspal jalan karena jarak mobil dengan dirinya hanya tinggal satu jengkal.
"Untung maltin tadi mlipil dulu, jadi aku ndak mati lagi," lirih Viera dengan wajah yang masih syok.
Brak!
Pintu mobil itu terbuka dengan kasar, menampakkan sosok wanita cantik dengan pakai serba hitam yang membuat wanita itu terlihat badas dan cool girl.
Wanita itu berjalan tergesa-gesa menuju Viera yang masih duduk di aspal jalan karena kaki dan tubuhnya tremor.
"Hei, apa kau baik-baik saja?" tanya wanita itu dengan khawatir.
Mendengar itu, Viera pun mengangguk pelan. Membuat si wanita bernafas lega karena ia tidak menabrak anak yang masih sangat kecil.
"Syukurlah kalo kamu nggak papa. Lain kali kalo mau nyebrang hati-hati ya, atau nggak sama orang dewasa. Kalo sendiri kaya gini nanti bahaya," tutur wanita itu yang membuat Viera mengangguk.
"Yaudah, sekarang dimana orang tua kamu?" tanya wanita itu yang membuat Viera mendongakkan kepalanya.
Mata Viera membola ketika tahu bahwa wanita yang ada di depannya dan hampir menabraknya ini adalah Mama kandungnya sendiri.
"Viera/Mama!" teriak mereka berdua kaget.
BERSAMBUNG
Bentar lagi end nih...udah siap kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Anak Antagonis
FantasyTransmigrasi jadi Antagonis... udah biasa. Transmigrasi jadi Protagonis... udah sering. Transmigrasi jadi Figuran... udah banyak. Tapi kalo transmigrasi jadi anak antagonis, gimana? Bercerita tentang gadis berusia 17 tahun yang bertransmigrasi ke tu...