BAB 06

53.8K 5.1K 76
                                    

"Um...darahnya manis," ucap Axelia ketika menjilat darah kental di jari-jari tangannya.

"Menjijikkan," sinis Axelio yang tidak di gubris oleh Axelia.

***

Kembali ke Viera, saat ini gadis mungil itu terlihat sedang duduk meringkuk di pojokan ruang rawat karena sang dokter muda berkata ingin menyuntikkan sesuatu ke tubuhnya supaya Viera tidak sakit.

Tapi karena Viera sangat takut dengan jarum suntik, alhasil dia pun langsung menendang wajah si dokter dengan keras dan berlari ke pojokan untuk bersembunyi dan menangis sesegukan.

Tapi karena Viera sangat takut dengan jarum suntik, alhasil dia pun langsung menendang wajah si dokter dengan keras dan berlari ke pojokan untuk bersembunyi dan menangis sesegukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adek kenapa nangis dipojokan hm? Suntiknya nggak sakit kok, cuma kaya digigit semut," ucap sang dokter dengan lembutnya.

Viera menggelengkan kepalanya brutal dan menangis dengan kencang karena sedari dulu ia selalu saja dibohongi oleh orang-orang dewasa seperti dokter ini contohnya.

"Huaaa! Ndak mau disuntik Mamaa!" teriak Veira disela-sela tangisnya.

Si dokter yang melihat Viera semakin menangis pun panik, ia melihat kekanan dan kekiri untuk mencari barang yang bisa digunakan untuk menghentikan tangisan Viera.

"Ahh...gadis manis, dokter ada sesuatu untuk kamu. Kamu mau nggak?" tanya dokter itu.

Viera terdiam, ia menatap kearah si dokter dengan ingus yang meler dari hidung. Kepalanya sedikit miring, dan terdapat tatapan aneh di wajahnya.

"Om mau kasih Viela apa? Mobil atau lumah?" tanya Viera yang langsung membuat si dokter berbinar karena bisa menenangkan si bocil kematian.

"Om akan kasih mobil dan rumah yang banyak buat kamu."

"Woahh...Om selius? Alamat lumahnya dimana Om?" tanya Viera antusias.

Dokter itu mengangkat alisnya keatas, merasa bingung dengan pertanyaan Viera.

"Alamat? Memangnya harus ada alamatnya?" tanya dokter itu heran.

Viere mencebikkan bibirnya dengan kedua tangan yang bersedekap di depan dada.

"Iyalah Om, masa lumah ndak ada alamatnya," jawab Viera ketus.

Mendengar jawaban Viera, dokter itu pun seketika menelan silvianya dengan susah payah. Dokter itu berharap bahwa apa yang ia pikirkan bukanlah yang Viera harapkan.

"Adik manis...yang kamu maksud itu alamat tokoh mainan rumah kan?" tanya si dokter gugup.

Viera menatap dokter itu garang.

"Mana ada mainan, aku mintanya lumah benelan, Om!" ujar Viera yang langsung membuat dokter itu terkena mental.

"Ja-jadi mobil dan rumah yang kamu tanyai tadi itu...rumah asli dan mobil asli?"

"Iya, dan aku ndak yakin kalo Om bisa beliin buat aku. Om kan miskin."

Jleb!

Sudah cukup, Viera bisa membuat dokter itu depresi jika terus seperti ini.

BERSAMBUNG

Jadi Anak AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang