BAB 30

24.5K 2.9K 71
                                    

Babeh Ilang

***

Sesampainya di depan mansion, Axel langsung menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi di depannya. Ia melepas seat belt yang terpasang di tubuh Viera dengan hati-hati karena anak itu sedang tertidur.

Setelah seat belt berhasil terbuka, Viera juga ikut terbangun karena merasa terusik dengan aksi Axel. Ia menggosok-gosok matanya dengan tangan, namun Axel menahannya dengan gelengan pelan.

"Jangan di gosok, nanti sakit," kata Axel yang membuat Viera mengangguk patuh.

Wajah anak itu terlihat sayu karena baru bangun dari tidur. Ia menguap lebar, mengabaikan jika sekarang masih ada Axel di sampingnya.

"Ngantuk ya? Perlu Om gendong ke dalem?" tanya Axel sambil merapikan rambut Viera yang terlihat berantakan.

Viera menggeleng, "Viela bisa sendili, Om. Viela bukan anak kecil lagi."

Mendengar itu, Axel pun hanya bisa mengangguk patuh. Jika dipaksa, Viera pasti akan menolaknya mentah-mentah atau bahkan akan menjauhinya karena terkesan penuntut.

Dengan kesadaran yang masih setipis tisu, Viera pun membuka pintu mobil. Setelah pintu mobil terbuka, tubuh Viera tiba-tiba limbung ke depan. Untung Axel segera menangkap tubuhnya sebelum jatuh ke tanah.

Grep!

"Udah, Om gendong aja ya," ujar Axel yang merasa khawatir.

Viera pun mengangguk, ia kemudian mengalungkan tangan mungilnya ke leher Axel dan menenggelamkan wajahnya ke ketiak Axel.

Axel yang melihat tingkah Viera pun terkekeh, jujur Axel belum pernah berdekatan dengan anak manja seperti Viera. Karena semua anaknya selalu saja menolak jika ingin ia manjakan seperti ini.

"Jadi pengen gue adopsi," batin Axel.

Dengan pelan, Axel pun keluar dari mobil. Ia melangkah menuju gerbang hitam yang menjulang tinggi itu. Namun, belum sempat ia menekan bel rumah. Viera tiba-tiba terbangun dan berteriak dengan kencang.

"OM! BABEH KETINGGALAN!"

***

Cheryn terus saja mondar-mandir dengan gelisah di ruang tengah. Ia menatap layar ponselnya yang tertulis nama Xavier dengan keterangan memanggil.

Tadi, saat Cheryn ingin membawakan sarapan untuk Viera. Anak itu sudah tidak ada di kamar, bahkan Babeh pun juga ikut tidak ada. Ia yakin, Viera pasti kabur dari rumah dengan membawa Babeh bersamanya.

"Ayo dong angkat..." lirih Cheryn dengan menatap layar ponselnya.

"Halo,"

Melihat teleponnya sudah diangkat oleh Xavier, Cheryn segera memposisikan benda pipih itu ke telinganya.

"Halo, Vier. Anak kamu kabur lagi!" kata Cheryn yang membuat Xavier terkejut.

"Apa? Kabur lagi? Kok bisa?"

"Aku juga nggak tau, tapi kali ini dia bawa Babeh...Xavierr. Nanti kalo Babeh di mutilasi sama dia gimanaa?" rengek Cheryn dengan khawatir.

"Yaudah, aku cari Viera sekarang ya. Kamu tenang, oke?"

"Nggak bisa! Kamu harus cari Babeh dulu baru Viera! Pokoknya Babeh harus ketemu tanpa lecet!" kata Cheryn tegas.

"Tapi sayang, nanti kalo Viera kenapa-napa gimana?"

"Masa bodo! Lagian anak kamu itu udah kaya hantu, tau nggak? Tiba-tiba ada, tiba-tiba ilang. Suka kabur-kaburan lagi kaya kucing garong. Pokoknya aku nggak mau tau, kamu harus bisa temuin Babeh titik!" jelas Cheryn panjang lebar.

"Ya-yaudah deh iya, tapi nanti kalo Viera kenapa-napa jangan salahin aku ya."

"Ya nggak bisalah! Kalo Viera atau Babeh kenapa-napa, tetep kamu yang salah!" sahut Cheryn dengan penuh penekanan.

"Lohh...kok jadi aku sih yang salah? Kan kamu sendiri yang bilang suruh cari Babeh dulu baru Viera. Kalo Viera sekarang ketabrak motor terus luka, aku cari Babeh. Masa iya aku yang salah?"

"Terus? Kamu nyalain aku, gitu?" tanya Cheryn yang membuat Xavier glagapan.

"Y-ya bukan gitu, tapikan-"

"Pokoknya kamu yang salah! Karena cewek selalu bener!" seru Cheryn yang membuat Xavier menggeram kesal.

"Bodoamat! Cari aja sana sendiri! Jancuk!"

"XAVIERR!" teriak Cheryn ketika mendengar Xavier mengumpatinya.

BERSAMBUNG

Jadi Anak AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang