Haechan melirik sinis ke arah Rayan yang sekarang ini tengah berjalan
menghampirinya, sembari membawa nampan yang berisi bubur hangat buatan pemuda tampan itu langsung dan segelas air hangat."Ayo makan dulu, saya sudah membuatkan kamu bubur" kata Rayan sembari menaruh nampan itu di atas nakas.
"Gak butuh!, gue gak laper" kata si manis ketus sembari kembali memakan apel yang di kupaskan Jeno tadi.
"Ayo makan, habis itu kamu harus minum obat" kata Rayan sembari mendudukkan tubuh nya di pinggir ranjang, kemudian pemuda tampan itu mengambil mangkuk berwarna putih yang berisi bubur buatannya dari atas nakas.
Rayan menyendok bubur hangat itu hingga terisi setengah meniup nya sebentar memastikan kalau bubur itu tak terlalu panas untuk si manis, kemudian Rayan menyodorkan sendok berisi bubur itu ke arah mulut si manis.
"Ayo buka mulut kamu" bukannya menurut si manis malah memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Haechan!!" desis Rayan kesal seraya menaruh sendok itu kembali kedalam mangkuk, kemudian pemuda tampan itu menarik lengan atas si manis dengan kasar membuat punggung si manis langsung menghantam dada bidang nya.
"Sakit bangsat!!" Rayan memilih tak ambil pusing dengan ucapan pemuda manis itu, dengan santai nya Rayan malah menarik tubuh berisi si manis untuk duduk di atas pangkuannya.
"Saya tak punya waktu untuk meladeni sikap keras kepala kamu itu Haechan, makan bubur nya sekarang dan setelah itu kamu minum obat yang kemarin saya bawa" kata Rayan sembari mengambil mangkuk berisi bubur buatannya, kemudian kembali menyodorkan sendok berisi bubur itu ke arah mulut si manis.
"Ayo buka mulut kamu" kata Rayan tak mau di bantah, membuat si manis yang mendengar itu mau tak mau menuruti keinginan pemuda tampan yang kelewat menyebalkan itu.
"Anak pintar" kata Rayan sembari menatap wajah si manis dengan datar.
"Ck, gue tuh gak butuh perhatian palsu lu itu, jadi gue mohon berhenti berprilaku seolah lu tuh peduli sama gue" kata Haechan sembari menatap wajah tampan Rayan dengan penuh permusuhan.
"Sebenarnya saya tak peduli dengan kamu, hanya saja hari-hari saya menjadi sangat sepi tanpa kehadiran kamu. Saya tak bisa menghukum kamu kalau kamu tengah sakit seperti ini" kata Rayan santai sembari kembali menyuapkan bubur buatan nya ke arah si manis.
"Bangsat lu!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jeno hanya mampu menundukkan kepalanya sedalam mungkin, berharap tak bisa melihat wajah gus Jusuf yang sekarang ini terlihat sangat menyeramkan di matanya.
"Apa kamu tak punya mata?" tanya Jusuf sinis sembari menatap pemuda sipit itu dengan tajam.
"Maaf gus saya tak sengaja" kata Jeno sembari meremat pakaian bawahnya dengan erat.
"Tak sengaja?, kamu serius mengatakan itu? Kamu sudah mengotori baju saya asal kamu tahu" kata Jusuf sembari mencengkram pipi Jeno dengan kasar, membuat sang empu meringis pelan karenanya.
"Sapu halaman pondok sekarang!!, harus sampai bersih dan tanpa sampah satu pun" kata Jusuf sembari mendorong tubuh Jeno dengan kasar, membuat tubuh pemuda sipit itu langsung menghantam lantai pondok.
"M-maaf gus, tapi halaman pondok terlalu luas untuk di sapu seorang diri saya tak akan mampu untuk melakukannya" Jusuf mendecih pelan begitu mendengar ucapan pemuda sipit itu barusan.
"Jeno, itu nama kamu kan?" tanya Jusuf sembari berjongkok di hadapan pemuda sipit itu.
"I-iya gus" jawab Jeno takut-takut.
"Hmm, saya tak menyangka anak haram seperti kamu ternyata bisa hidup damai seperti ini" tubuh Jeno sukses menegang begitu mendengar ucapan gus Jusuf barusan.
"Kenapa?, kamu kaget saya bisa tahu?" tanya Jusuf sembari terkekeh pelan melihat Jeno yang sekarang ini sudah berderai air mata.
"Kenapa kamu tak mati saja Jeno?, lumayan kan orang kotor seperti kamu akan berkurang satu di dunia ini" Jeno hanya mampu menangis dalam diam begitu mendengar ucapan gus Jusuf yang begitu menusuk ke dalam hati itu.
"Lakukan perintah saya sekarang!, atau rahasia kamu sebagai anak haram anak tersebar diseluruh penjuru pondok" kata Jusuf sembari berdiri dari acara berjongkok nya di atas lantai, kemudian pemuda tampan itu langsung berlalu pergi begitu saja meninggalkan Jeno yang sekarang ini masih menangis.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan menggeram kesal ketika pemuda sipit itu tak kunjung datang ke kamar, padahal ini hampir malam hari tapi Jeno sama sekali belum menunjukkan batang hidungnya.
"Jeno kemana sih?" gumam Haechan kesal sembari bangun dari acara tiduran nya, kemudian pemuda manis itu turun dari atas ranjang berniat mencari teman sipit nya itu.
Cklek
Langkah Haechan terhenti begitu melihat Jeno datang dengan penampilan yang bisa di bilang sangat tak baik.
"Loh Jen lu kenapa?" tanya Haechan panik sembari berjalan menghampiri Jeno.
"Saya tak apa kok Chan" jawab Jeno sembari tersenyum manis.
"Gak apa-apa gimana sih anying, penampilan lu udah kaya gembel begini juga masih bisa bilang gak apa-apa" kata Haechan kesal sembari menuntun Jeno untuk duduk di atas ranjang.
"Minum dulu Jeno" kata Haechan sembari menyodorkan segelas air putih ke arah Jeno.
"Makasih Chan" kata Jeno seraya menengguk air putih itu dengan rakus.
"Lu habis ngapain sih Jen kok bisa sampe kucel begini?" tanya si manis penasaran.
"Saya habis bersihin halaman pondok Chan" jawab Jeno jujur, membuat si manis yang mendengar itu langsung menatap Jeno tak percaya.
"Jangan gila deh Jen!!, lu gabut apa gimana sih Jen kok bisa-bisanya" kata Haechan sembari menggelengkan kepalanya.
"Gus Jusuf yang menyuruh" jawab Jeno sembari menundukkan kepalanya.
"Anying!!" kata Haechan kesal sembari menggepalkan tangannya dengan erat.
"Gak Rayan gak Jusuf, ternyata dua-duanya sama-sama kek babi!!"
TBC
Aku update kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"