Haechan celingak-celinguk mencari keberadaan sang adik yang sudah tak di lihat-nya dari setengah jam yang lalu, entah kemana pemuda sipit itu pergi Haechan pun tak tahu yang di ingatnya sang adik tadi masih duduk di sampingnya seraya melihat gus Rayan yang tengah berceramah di atas panggung.
"Dia kemana sih? Kok bisa-bisanya ninggalin gue sendirian disini" kata si manis kesal seraya melirik ke arah gus Rayan yang masih berceramah di atas panggung, pembahasan gus muda itu masih belum mencapai puncaknya dan Haechan yakin kalau ceramah yang pemuda tampan itu lakukan malam ini tak akan selesai dengan cepat.
"Ini gak ada orang yang gue kenal apa ya?" Pemuda manis itu menghela nafas kasar seraya mengambil satu bolu kukus dari atas nampan, disini memang banyak makanan tapi tak ada seseorang yang menemaninya. Si manis merasa menjadi seorang introvert malam ini.
"Nyesel juga gue gak bersosialisasi di pondok, mungkin aja gue gak akan kebingungan sekarang kalau punya banyak temen" kata si manis kesal seraya berdiri dari duduknya, jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam namun para jemaah yang mendengarkan ceramah gus Rayan masih tampak segar bugar. Apa mereka tak merasa mengantuk sama sekali? Si manis menjadi heran melihatnya.
"Jeno kemana sih?!! Gak mungkin kan kalau dia pulang duluan, gila aja kalau dia ninggalin gue sendirian disini. Mana udah malem banget lagi gak mungkin kalau gue pulang jalan kaki ke pondok dari sini, yang ada gue ketemu sama mbak key lagi di jalan" gerutu si manis kesal seraya berjalan menjauhi panggung, kepalanya terus menoleh kesana kemari berharap bisa melihat seseorang yang di kenal-nya.
Sembari membawa satu nampan yang berisi berbagai jenis kue pemuda manis itu berjalan semakin menjauh dari area panggung, sebenarnya banyak santri dari pondok yang sama dengannya yang Haechan lihat namun pemuda manis itu kurang mengenal mereka ia jadi malu kalau ingin menyapa.
Pada akhirnya pemuda manis itu lebih memilih terus berjalan sampai-sampai sekarang ini ia sudah menginjakkan kakinya di area rumah milik si pengantin wanita, matanya sedikit memicing ketika melihat satu sosok pemuda jangkung yang lumayan di kenal-nya. Tanpa pikir panjang Haechan langsung berjalan menghampiri Jisung yang tengah berkumpul dengan beberapa santri di teras rumah milik si pengantin wanita.
"Jisung!!" para santri yang berada disana kompak menoleh ke arah si manis yang tengah berjalan ke arah mereka semua, lebih tepatnya ke arah Jisung.
"Haechan? Ada apa?" Haechan menggeleng pelan seraya mendudukkan tubuh berisi nya di atas lantai yang sudah di tutupi oleh tikar.
"Gak papa, temenin gue aja. Males sendirian takutnya nanti di kira introvert" kata si manis sembari menyandarkan punggungnya ke pilar rumah.
"Memangnya Jeno kemana? Tumben sekali kamu tak bersama dengannya" tanya Jisung bingung.
"Di gaet si Jusuf palingan" kata si manis ketus sembari mulai memakan berbagai jenis kue yang tadi di bawa-nya.
"Hmm, ya udah kamu disini saja daripada sendirian seperti anak hilang begitu" kata Jisung santai sembari melanjutkan acara makannya yang tertunda.
"Itu emang tujuan gue" kata Haechan sembari merangkak, mengambil satu aqua gelas beserta sedotan-nya yang terletak di tengah-tengah teras rumah.
"Makan kue sebanyak itu kamu memang tak enek Chan?" si manis menoleh ke arah Chenle yang baru saja bertanya.
"Gak kok, lagian gak bakal gue habisin semuanya sekarang. Kalau nyisa ya nanti tinggal gue bawa pulang" jawab si manis santai seraya meminum air mineral gelas itu hingga tandas.
"Ngomong-ngomong kalian gak liat ceramahnya koko Rayan?" tanya si manis seraya mencomot satu potong daging ayam dari piring Jisung.
"Dua puluh menit yang lalu kita baru aja dari sana, karena kita tadi ngerasa laper jadi sepakat buat kesini" Haechan hanya megangguk paham begitu mendengar ucapan Chenle barusan.
"Ada yang bawa motor gak sih? Gue mau pulang, ngantuk pengen tidur" tanya Haechan seraya menguap pelan.
"Tidur disini aja Chan, jangan pulang dulu nanti gus Rayan marah kalau tau ada yang pulang duluan" kata Chenle seraya menaruh piring bekas makanannya ke atas meja.
"Bener tuh tunggu aja dulu, ceramah gus Rayan sebentar lagi pasti selesai kita juga habis ini bakal kesana lagi. Kamu tidur aja disini biar Jisung nanti yang nemenin" Jisung hampir tersedak makanannya begitu mendengar ucapan Mark barusan.
Karena merasa sudah sangat mengantuk akhirnya pemuda manis itu menyetujui usulan Mark barusan, lagipula matanya benar-benar sudah terasa sangat berat ia butuh tidur sekarang ini.
"Ok kalau begitu, awas aja kalau ninggalin gue pas tidur nanti" ancam-nya pada Jisung sebelum benar-benar memejamkan matanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Eugh" si manis melengguh pelan ketika merasakan bahunya yang di goyangkan cukup kencang.
"Ayo pulang" sayup-sayup Haechan bisa mendengar suara gus Rayan, ia ingin bangun namun matanya tak bisa di ajak kompromi sekarang ini.
"Haechan ayo bangun, kamu bisa lanjut tidur di pondok nanti" Rayan hanya mampu menghela nafas lelah begitu si manis malah menyamakan posisi tidurnya, padahal angin malam cukup dingin namun sepertinya pemuda manis itu tak merasa terganggu sama sekali.
"Ya ampun gembul, gembul"
TBC
Tetep maksa update walaupun ceritanya makin gak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"