Seperti biasa setiap pagi pemuda manis berpipi gemil itu akan mengantri untuk mengambil jatah sarapan nya, dan tak luput juga pertengkaran pasti akan terjadi ketika dengan seenak jidat nya Jisung menyerobot antrian nya.
Seperti sekarang ini, pemuda manis itu tengah mengomeli Jisung yang sudah mengambil jatah sarapan nya dan berakhir dia yang tak dapat jatah makanan pagi ini. Atau si manis bisa bilang untuk yang sekian kalinya karena bukan hanya pagi ini saja tapi kemarin-kemarin pun begitu.
"Ini udah sekian kalinya lu nyerobot antrian gue ya babi, mau lu itu sebenarnya apa sih setan? Kok kayaknya lu sengaja banget ngelakuin ini sama gue" kata si manis kesal sembari menatap wajah tampan pemuda tinggi itu dengan penuh permusuhan.
"Ada apa ini?" semua yang berada disana langsung menoleh ke arah gus Rayan dan gus Jusuf yang baru saja datang.
"Haechan numpahin makanan saya, gus" jawab Jisung sembari menunjuk makanannya yang sudah berserakan di atas lantai.
"Padahal kamu baru saja menjadi santri disini tapi kamu sudah banyak tingkah sekali" kata Rayan sembari menatap wajah si manis dengan datar.
"Eh anying!! Sepupu lu yang mulai duluan ya asu, dia nyerobot antrian gue dan ngambil jatah makan gue pagi ini. Gimana gue gak kesel coba" kata si manis kesal sembari menatap ketiga pemuda tampan itu dengan penuh permusuhan.
"Jaga ucapan kamu!, saya ini lebih tua dari kamu sopan kamu berbicara seperti itu kepada saya?" si manis meringis pelan ketika merasakan pergelangan tangannya yang di cengkeram dengan erat oleh gus Rayan.
"Pel semua lorong lantai pondok tanpa kecuali" mata bulat si manis sukses melotot begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Gak bisa begitu lah, dia yang salah kok malah gue yang di hukum? Itu gak adil namanya" kata si manis tak setuju.
"Selesaikan sebelum jam makan siang, kalau kamu sampai telat mengerjakan semuanya hukuman mu nanti saya tambah" kata Rayan sembari menghempaskan lengan si manis yang tadi di cengkeram nya dengan kasar, kemudian gus Rayan memilih berlalu pergi bersama dengan sang adik. Meninggalkan si manis yang sekarang ini tengah menatap punggung tegap nya dengan tajam.
"Bangsat!!" gumam si manis kesal sembari menggepalkan kedua tangannya dengan erat.
"Semangat kamu pasti bisa" kata Jisung sembari menatap wajah si manis dengan datar.
Haechan menatap datar Jisung yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tak kalah datar, rasanya ingin sekali pemuda manis itu menendang wajah Jisung begitu mendengar ucapan pemuda tinggi itu barusan.
Pasalnya Kata-kata semangat yang Jisung lontarkan barusan malah terdengar seperti kata-kata mengejek di telinganya.
"Bacot!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan merebahkan tubuh berisi nya atas lantai ketika rasa pusing tiba-tiba saja menyerang kepalanya, diiringi dengan rasa mual yang begitu menyeruak ingin segera di muntahkan.
"Begini nih kalau gue sampe telat makan" gumam si manis lirih sembari mengatur nafasnya yang mulai memburu.
"Ini baru satu lantai loh anying, tapi udah se-capek ini apalagi nanti dua lantai terakhir bisa-bisa pingsan gue. Untung aja kemarin gue ngepel lorong lantai dua di bantu sama Jeno jadi capeknya gak begitu kerasa, dan sial nya pagi ini dia lagi ada jadwal jadi gak bisa bantuin gue deh" kata si manis kesal sembari bangun dari acara tiduran nya di atas lantai.
Tap tap tap
Haechan mendelik begitu mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya, si manis menoleh ke arah gus Rayan yang sekarang ini tengah berjalan dengan santai ke arahnya.
"Itu baru aja gue pel ya anying!!" ingin sekali rasanya pemuda manis itu menangis sejadi-jadinya, ketika melihat lantai yang sudah bersih di pel oleh nya sekarang ini kotor kembali karena ulah gus Rayan.
"Selain belajar sholat dan mengaji sepertinya kamu juga perlu di ajari cara berbicara yang sopan" kata Rayan sembari berhenti tepat di hadapan si manis.
"Mau ngapain lu kesini?, mau ngejek gue kah?" kata si manis ketus sembari menatap wajah tampan Rayan dengan penuh permusuhan.
"Nih untuk kamu" kata Rayan sembari menyodorkan kantong plastik kresek putih ke arah si manis.
"Apaan tuh?" tanya si manis bingung.
"Makanan untuk kamu, saya tak mau jika kamu mati karena kelelahan berkerja" si manis mendengus kesal begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Gak butuh, gue gak sudi nerima makanan dari situ" kata si manis ketus sembari menenteng ember dan pel-an nya untuk naik ke lantai dua.
"Makan dulu" kata Rayan sembari menahan lengan si manis.
"Gue gak laper" Rayan hanya mampu menghela nafas lelah begitu melihat sikap keras kepala si manis.
"Kamu marah sama saya?" tanya Rayan sembari meletakkan ember berwarna hitam itu kembali ke atas lantai.
"Pikir aja sendiri" kata si manis ketus.
"Saya hanya tak suka dengan cara bicara kamu itu, panggil saya dengan benar jangan 'lu', 'anying' atau apapun itu" kata Rayan sembari mendudukkan tubuh di atas lantai.
"Terus situ mau gue panggil apa?, dedemit?" tanya si manis sembari ikut mendudukkan tubuh berisi nya si atas lantai.
"Koko" jawab Rayan langsung sembari membuka bungkus makanan yang dirinya bawa kemudian menyerahkannya kepada si manis.
"Hah?" tanya si manis tak mengerti.
"Panggil saya Koko" si manis mengeryit bingung begitu mendengar ucapan Rayan barusan.
"Baju koko maksudnya?" tanya Haechan sembari menyuap-kan satu sendok makanan ke mulutnya.
"Habis pel lantai dua dan tiga langsung aja kamu bersihin kamar mandi di semua lantai"
"Lah asu!!, kok malah nambah!!"
TBC
Semoga ini book bisa menghibur kalian walaupun gue masih belum pd sama ini book tapi bakal tetep gue lanjutin kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"