Mulai Dekat

1.5K 255 12
                                    

Haechan memakan bubur yang Rayan buat dengan lahap, sebenarnya pemuda manis itu ingin menolak mentah-mentah ketika Rayan menawarkan nya tadi namun dirinya yang sudah kepalang lapar itu tak punya pilihan lain selain menerimanya.

"Anak pintar" puji Rayan sembari mengusap rambut hitam si manis dengan penuh kasih sayang.

"Bacot!" kata Haechan sembari menatap Rayan dengan penuh permusuhan.

"Setelah ini kamu minum obat ya" Haechan menggeleng ribut begitu mendengar ucapan Rayan barusan.

"Gak mau!! Pait" kata Haechan sembari menggeser tubuhnya menjauhi Rayan.

"Memang pahit namanya juga obat, kalau kamu ingin yang manis makan permen saja" kata Rayan sembari menaruh mangkuk yang sudah kosong itu ke atas nakas.

"lagipula kalau kamu terus seperti ini kamu tak akan sembuh-sembuh nanti" kata Rayan lagi sembari mengambil obat yang dibawa nya tadi dari atas nakas.

Si manis yang melihat itu buru-buru bersembunyi kembali di bawah selimut tebal milik Rayan, membuat Rayan yang melihat itu hanya mampu menghela nafas pelan.

"Haechan!" Haechan tak bergeming, pemuda manis itu malah semakin menggeser tubuhnya sampai ke pinggir ranjang.

"Haechan jangan keras kepala!" kata Rayan kesal sembari merangkak naik ke atas ranjang, mengungkung tubuh yang lebih kecil dari nya itu menggunakan kedua tangannya.

"Jangan membuat saya marah Haechan!" kata Rayan sembari menarik selimut tebalnya dengan kasar menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk menumpang tubuhnya agar tak menimpa si manis.

"Gus!" Rayan menoleh ke arah Jeno yang tengah menatapnya dengan tajam.

"Gus apakan teman saya!" Rayan melirik sinis ke arah Jusuf yang tampaknya sama sekali tak merasa bersalah.

"Maaf kak tapi aku tak bisa menang melawan dia" Rayan mendecih pelan sembari beranjak dari atas tubuh si manis.

"Haechan kamu tak apa?" tanya Jeno khawatir sembari mendorong tubuh Rayan dengan kasar, hampir saja pemuda tampan itu terjatuh ke atas lantai jika saja tak memiliki refleks yang cepat.

"Jeno" Haechan menatap Jeno dengan mata yang sudah berkaca-kaca, membuat Jeno yang melihat itu di buat panik bukan main.

"Chan" kata Jeno sembari mendudukkan tubuh di pinggir ranjang, Haechan yang melihat itu langsung saja menggeser tubuhnya mendekati teman sipit nya.

"Gak mau minum obat" cicit si manis sembari menaruh kepalanya di atas paha Jeno.

"Kebiasaan" kata Jeno sembari menyentil dahi si manis dengan gemas.

"Kak!" Jusuf meringis pelan ketika merasakan lengan atasnya di cubit oleh sang kakak.

"Ini semua gara-gara kamu" kata Rayan kesal sembari menatap sang adik dengan penuh permusuhan.

"Ayo Chan minum obat dulu" si manis mencebikkan bibirnya dengan kesal begitu mendengar ucapan teman sipit nya itu barusan.

"Minum obat anak-anak aja ya Jen" pinta Haechan sembari menatap Jeno dengan penuh permohonan.

"Umur berapa sih kamu itu Chan?!"

"2 tahun 3 bulan hehehe...."

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jeno melirik sinis ke arah Jusuf yang sendari tadi terus mengikutinya, ingin rasanya pemuda sipit itu menendang wajah Jusuf sekarang juga. Lalu menjambak rambut pemuda tampan itu sampai puas.

"Gus sedang apa?" Jusuf hanya mampu menggaruk kepalanya yang tak gatal, tampaknya pemuda tampan itu tak tahu harus menjawab apa.

"Jangan ikuti saya lagi" peringat Jeno sembari menatap Jusuf dengan tajam, yang sial nya malah terlihat sangat menggemaskan di mata Jusuf.

"Dia benar-benar membuat saya gila" kata Jusuf sembari menatap intens punggung Jeno yang mulai menjauh.

Jeno berjalan menghampiri Haechan yang tengah duduk di atas lantai sembari memakan es krim rasa coklat.

"Kamu beli es krim dimana?" tanya Jeno sembari mendudukkan tubuhnya di samping si manis.

"Dari si koko bangsat Rayan" kata Haechan santai sembari menyodorkan satu es krim yang belum di buka ke arah Jeno.

"Terima kasih" kata Jeno sembari mulai membuka bungkus es krim itu.

"Kamu beli peci baru?" tanya Jeno sembari melirik ke arah peci hitam yang terletak di atas lantai.

"Itu Punya si koko bangsat Rayan, punya gue di ambil sama dia katanya mau tukeran" jawab Haechan sembari ikut melirik ke arah peci hitam itu.

"Dan kamu setuju?" Haechan menggeleng sembari menghela nafas pelan.

"Jelas gak ya kali gue mau, tapi itu si bangsat satu tetap kekeh pengen tukeran peci" Jeno mengangguk paham begitu mendengar ucapan si manis barusan.

"Kamu mau tukeran karena di sogok sama es krim kan?" tanya Jeno sembari terkekeh pelan.

"Ck, gue bukan anak kecil ya yang bisa di sogok sama ginian" kata Haechan kesal dengan pipi bulat-nya yang benar-benar sudah sangat memerah.

"Iya Chan saya percaya" Haechan memalingkan wajahnya ke arah lain tak ingin menatap teman sipit nya itu untuk sekarang.

"Jeno" kedua pemuda manis itu kompak melirik ke arah Rayan dan Jusuf yang tengah berjalan ke arah mereka.

"Ada apa gus?" tanya Jeno bingung.

"Untuk kamu" kata Jusuf sembari menyodorkan sebuah paper bag ke arah Jeno.

"Untuk saya?" tanya Jeno memastikan.

"Iya" dengan ragu Jeno menerima paper bag itu yang entah berisi apa.

"Kalau begitu saya permisi dulu" kata Jusuf sembari mulai menjauh.

"Saya pergi dulu" kata Rayan sembari mencuri satu kecupan di pipi si manis, membuat sang pemilik melotot tak percaya karenanya.

"Gus bangsat memang!!"

TBC

Gak tau deh.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang