Kini Haechan dan Jeno sudah resmi menjadi kekasih dari kedua kakak beradik itu, ah ralat lebih tepatnya hanya Rayan dan Jusuf yang menganggap seperti itu tetapi tidak untuk kedua pemuda manis itu.
"Kalau kamu tidak ingin memanggil saya koko, lebih baik kamu memanggil saya sayang saja. Itu terdengar lebih baik" kata Rayan sembari menatap si manis dengan genit.
"Dih ogah!! Dalam mimpi lu aja gua ngomong kayak begitu" kata si manis sembari menatap gus Rayan dengan penuh permusuhan.
"Ayolah Chan, memang apa salahnya memanggil kekasih sendiri dengan sebutan sayang?" Haechan hanya mampu menggeram kesal begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Emangnya sejak kapan kita jadian ya? Perasaan gue belum pernah tuh dapet kata 'kamu mau gak jadi pacar aku?'." kata si manis sembari menatap gus Rayan dengan menantang.
"Si manis ini" kata gus Rayan sembari tersenyum tampan, kemudian pemuda tampan itu membawa tubuh berisi manisnya kedalam pelukannya.
"Kamu ingin saya tembak dulu hmm?" tanya Rayan sembari mencium pipi bulat si manis secara bergantian.
"Lepas!! Gak usah cium-cium!!" kata si manis kesal sembari berusaha mendorong tubuh Rayan untuk menjauh darinya.
"Terima saya menjadi pacar kamu dulu, baru saya lepas" si manis menggeram kesal begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Gak mau! Ini pemaksaan namanya" Rayan tak ambil pusing, pemuda tampan itu malah semakin gencar mencium pipi bulat si manis.
"Koko Rayan bangsat!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Apa kamu tak ada niatan untuk pulang kerumah?" tanya Jusuf sembari melirik ke arah manisnya yang tengah memakan sarapan mereka pagi ini.
"Uhuk.. Uhuk.." Jeno langsung tersedak makanannya begitu mendengar pertanyaan yang gus Jusuf ajukan barusan.
"Ini minum dulu" kata Jusuf sembari menyodorkan segelas air putih ke arah manisnya.
Tanpa banyak babibu pemuda sipit itu langsung saja menengguk air putih itu hingga tandas, membuat Jusuf yang melihat itu hanya mampu tersenyum kecil.
"Sudah lebih baik?" tanya Jusuf sembari mengelap bibir manisnya yang basah menggunakan sapu tangannya.
"Hmm, terima kasih gus" jawab Jeno sembari mengangguk kecil.
"Maaf, apa pertanyaan saya membuat kamu tak nyaman?" tanya Jusuf sembari mengecup kening manisnya dengan penuh kasih sayang.
"Tak apa gus, saya baik-baik saja" kata Jeno sembari menundukkan wajahnya dalam-dalam, tak ingin gus Jusuf melihat pipinya yang tengah merona hebat sekarang ini.
"Kalau begitu kamu lanjutkan saja Sarapan nya, saya permisi sebentar" Jeno hanya mengangguk sembari kembali menyantap sarapan-nya yang hanya tersisa dua suap lagi.
"Huh! Haechan kemana ya? Kenapa dia tak terlihat dari tadi?" gumam Jeno seraya mengedarkan pandangannya keseluruhan penjuru kantin, yang seperti biasa pagi ini tampak sangat ramai.
"Dia pasti tengah bersama dengan gus Rayan" kata Jeno sembari menghela nafas kasar, pemuda sipit itu sekarang ini tengah dilanda dilema hebat antara Haechan atau Jusuf.
Dirinya menyukai Haechan tapi entah mengapa jantungnya selalu berdetak dengan tak beraturan begitu tengah bersama dengan gus Jusuf.
Sebenarnya Jeno berbohong kemarin saat dirinya mengatakan kalau rasa sukanya bukan dalam konteks cinta, tapi nyatanya Jeno sangat suka melihat wajah Haechan yang memerah ketika tengah bersama dengannya. Bahkan Jeno sering sekali melihat wajah si manis yang tengah terlelap di tengah malam saat dirinya tengah tak bisa tidur. Jeno juga sangat suka ketika si manis mulai menyentuhnya perasaan Jeno senang bukan main ketika si manis bersikap manja padanya.
"Apa yang harus saya lakukan?!" gumam Jeno kesal seraya mengepalkan tangannya dengan erat.
"Kenapa?" Jeno terlonjak kaget ketika baru menyadari kalau Jusuf sudah berada di sampingnya lagi.
"Gus!?" Jusuf hanya terkekeh pelan ketika melihat wajah kaget manisnya, benar-benar terlihat sangat menggemaskan.
"Kamu memikirkan apa hmm?" tanya Jusuf sembari tersenyum menggoda ke arah manisnya.
"Ekhem! Tak apa saya hanya melamun biasa saja" kata Jeno sembari berdiri dari duduknya, Jusuf pun ikut berdiri begitu melihat manisnya hendak pergi.
"Mau kemana?" tanya Jusuf bingung sembari mengikuti langkah manisnya yang mulai menjauh dari area kantin.
"Mencari Haechan" Jusuf menggeram tak suka begitu mendengar ucapan manisnya barusan.
"Kenapa mencari Haechan? Kamu ada urusan sama dia" di dengar dari nada-nya pun, jeno tahu kalau jusuf tengah menahan amarahnya yang mungkin saja akan meluap kapanpun.
"Gus! Haechan itu teman saya, memangnya harus ada alasan khusus untuk bertemu dengannya?" ekspresi Jusuf mulai melunak begitu mendengar ucapan manisnya barusan.
"Maaf, saya hanya tak suka melihat kamu terlalu menempel padanya" Jeno tak ambil pusing, pemuda sipit itu masih berusaha mencari keberadaan Haechan yang entah berada dimana.
"Gus tau dimana Haechan?" Jeno akhirnya menyerah, dia tak bisa menemukan keberadaan teman beruang nya itu. Jadi mau tak mau dia harus meminta bantuan gus Jusuf.
"Dia tengah berada di kamar kakak saya, mungkin sekarang ini mereka tengah sarap--"
"Hey Jen! Tunggu saya!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Jeno!!" mata si manis sukses berbinar begitu mendapati teman sipit nya yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Sudah sarapan?" tanya Jeno sembari mengusap rambut hitam si manis dengan penuh kasih sayang.
"Udah, tadi sama bubur ayam" kata si manis sembari menikmati usapan yang Jeno berikan.
"Bagus, saya kira kamu belum makan" kata Jeno sembari menggandeng tangan si manis untuk keluar dari kamar Rayan.
"Kak?!" Jusuf melirik ke arah sang kakak yang tengah mengontrol amarahnya yang kini mulai meluap.
"Berikan mereka waktu, tapi jika nantinya mereka memilih untuk tak bersama kita. Baru kita bertindak"
TBC
Alurnya makin kacau gak sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"