Bola Coklat Ku

1K 201 34
                                    

Rayan hanya terkekeh pelan ketika melihat sang kekasih yang tengah merengek padanya, seraya menduselkan wajahnya di lengan atasnya. Rayan benar-benar di buat gemas oleh tingkah manja kekasih gemil nya itu.

"Kenapa hmm?" tanya Rayan seraya menaruh gelas air yang tengah di minumnya ke atas meja.

"Ngantuk, mau pulang" mata Haechan terlihat sangat sayu, yang menandakan jikalau kekasih gemil nya itu memang tengah mengantuk.

"Pulang duluan aja gih sama Jeno, koko belum bisa pulang sekarang sayang" Haechan menggeleng pelan seraya menatap sang kekasih dengan tajam.

"Gak mau!! Aku mau pulangnya sama koko" Rayan hanya mampu menghela nafas ketika menghadapi sikap keras kepala sang kekasih, semenjak mereka pacaran pemuda manis itu benar-benar tak ingin terlepas darinya barang sedetik pun.

"Tapi koko harus mengisi ceramah dulu, sebelum pulang bola coklat ku" Haechan mencebikkan bibirnya dengan kesal begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Kita baru aja selesai ngaji loh! Masa harus ngisi ceramah juga apa mereka kira kita gak cape" Rayan hanya tersenyum manis ketika melihat sang kekasih yang mulai mengomel.

"Acara hari ini memang lama bola coklat ku, maka dari itu kalau kamu engga kuat pulang duluan saja sayang" kata Rayan sembari menoel-noel pipi bulat si manis dengan gemas.

"Hiks.. Tapi aku maunya tidur sambil peluk koko, aku gak mau pulang sendiri pokoknya harus sama koko" entah sejak kapan pemuda manis itu menjadi sangat rewel ketika tengah mengantuk, benar-benar persis seperti seorang bayi.

"Mau tidur bareng koko hmm?" Haechan mengangguk seraya memeluk lengan sang kekasih dengan sangat erat.

"Sabar ya bola coklat ku, ceramahnya hanya dua jam kok. Begitu nanti selesai kita bisa langsung pulang yah" kata Rayan seraya melepaskan peci yang tengah manisnya pakai, mencium pucuk kepala kesayangannya sebentar sebelum kembali memakaikan peci berwarna hitam itu ke kepala si manis.

"Kepala kamu pasti panas kan dari tadi pakai peci terus, mau di lepas aja peci-nya?" Haechan menggeleng pelan seraya menegangkan tubuhnya yang tadi bersandar di tubuh tegap gus Rayan.

"Gak papa kok, malu kalau lepas peci di tempat rame kayak begini" Rayan hanya mengangguk paham seraya berdiri dari duduknya.

"Koko tinggal dulu ya sayang, kamu sama Jeno dulu aja ya nanti kalau ceramahnya udah selesai koko jemput kamu lagi" Haechan hanya megangguk lesu begitu melihat punggung sang kekasih yang mulai menjauh.

"Jadi gimana? Mau pulang sekarang?" Haechan menoleh ke arah sang adik yang tengah berjalan ke arahnya.

"Gak jadi, gue nanti aja pulangnya sama koko Rayan" kata Haechan sembari berdiri dari duduknya.

"Ya sudah kalau begitu, mending sekarang kita lihat ceramahnya gus Rayan dan Jusuf saja" Haechan hanya mengangguk seraya mulai berjalan ke arah panggung, yang dimana kedua kakak beradik itu sudah berdiri di atas sana.

Keduanya sedikit merasa heran karena entah mendapatkan angin dari mana, tiba-tiba saja pemuda tampan itu ingin ikut berceramah juga padahal sebelumnya gus Jusuf sangat enggan dengan yang namanya berceramah dengan adanya banyak orang seperti ini. Karena pada dasarnya pemuda tampan itu sedikit memiliki demam panggung.

"Pacar lu tumben-an banget mau ceramah di depan orang banyak kayak begini, Jen"

"Entahlah Jeno juga tak tahu kak"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pukul duabelas malam tepat ketika acara yang di hadiri oleh mereka baru selesai, dan Haechan sudah tepar sebelum Rayan dan Jusuf menyelesaikan ceramah mereka berdua.

"Aa' cape, kasih kiss di pipi dong Jen" kata Jusuf seraya menatap manisnya dengan penuh permohonan.

"Aku kasih kiss pakai sandal mau?!" kata Jeno sembari menatap sang kekasih dengan tajam.

"Aa' bawa pulang banyak kembang goyang loh Jen" mata Jeno sukses berbinar begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Aa' mau Jeno kiss dimana? Pipi kanan atau kiri?" Jusuf tersenyum penuh kemenangan begitu mendengar ucapan manisnya barusan.

"Kalau kiss nya di tengah boleh engga?" kata Jusuf sembari mengedipkan matanya beberapa kali.

"Ngelunjak!!" teriak Jeno kesal sembari berkacak pinggang, seraya menatap kekasih tampan nya itu dengan tajam.

"Bercanda sayang, kiss pipi kanan aja. Biar sopan" Jeno melihat ke kanan kiri terlebih dahulu, sebelum berjinjit lalu mendaratkan satu ciuman di pipi sang kekasih.

"Makasih vitamin ku" kata Jusuf sembari mencuri satu ciuman di pipi manisnya yang sekarang ini mulai sedikit berisi.

"Haechan mana?" keduanya kompak menoleh ke arah gus Rayan yang baru saja tiba, seraya membawa beberapa kantong plastik.

"Kakak sedang tidur disana" kata Jeno sembari menunjuk ke arah Haechan yang tengah tidur di atas kursi, dengan tangannya sebagai bantal.

"Suf ambil ini" kata Rayan sembari menyerahkan kantong plastik yang tadi di bawa-nya ke arah sang adik yang hanya mampu pasrah, padahal Jusuf juga sudah membawa banyak namun ia lebih memilih diam daripada kena omel.

"Kalian pulang duluan saja, saya dan Haechan akan menyusul nanti" kata Rayan seraya berjalan menghampiri manisnya yang masih terlelap.

"Bola coklat" begitu sampai Rayan langsung saja menggoyangkan bahu manisnya dengan pelan.

"Ayo pulang sayang, katanya mau tidur sambil peluk koko" si manis mulai membuka matanya begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Lama!!" Rayan hanya terkekeh pelan ketika melihat raut wajah sang kekasih yang tengah kesal.

"Maaf bola coklat ku"

TBC

Chap kali ini aneh banget gak sih??

Gas gak kawel mereka sampai menikah??..

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang