Restu

860 167 4
                                    

Gugup

Satu kata itulah yang tengah pemuda manis berpipi gemil itu rasakan, berkali-kali ia memelototi sang kekasih seraya menggeleng. Memberikan gestur agar pemuda tampan itu tak mengatakan tujuan mereka yang sebenarnya datang kemari, karena sungguh ia masih belum siap melihat raut wajah marah sang ayah nantinya. Bahkan besar kemungkinan pria paruh baya itu akan melayangkan tinju-nya ke wajah tampan kedua gus itu.

"Ekhem! Pak" jantung Haechan rasanya baru saja melompat dari tempatnya begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Iya kenapa?" tanya Johnny seraya menatap kedua gus muda itu dengan bingung.

"Sebelumnya saya meminta maaf jika kedatangan kami kemari terlalu mendadak, mungkin bapak sendiri juga pasti merasa heran dengan kedatangan kami yang tiba-tiba ini. Tapi ada urusan penting yang harus segera kami bahas bersama dengan bapak" Johnny mengeryit bingung begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.

"Urusan penting?, memangnya urusan penting apa yang akan kalian bahas bersama dengan saya?" tanya Johnny bingung, jelas ia masih belum mengerti pembicaraan mereka ini akan mengarah kemana.

"Sebenarnya kedatangan kami kemari bukanlah sekedar kunjungan biasa, melainkan kami berdua datang kemari dengan memiliki niat untuk melamar kedua putra bapak. Kami berdua ingin meminta restu bapak untuk bisa meminang Haechan dan Jeno. Kami berdua bersungguh-sungguh untuk menjadikan Haechan dan Jeno teman hidup kami, tetap bersama dalam suka maupun duka jadi karena itu saya mohon tolong izinkan kami berdua untuk menikahi Haechan dan Jeno" Johnny jelas kaget ketika mendengar ucapan gus Rayan barusan, apa katanya? Mereka ingin menikahi kedua putranya yang benar saja.

"Kalian berdua tengah bercanda kan?" Johnny berdiri dari duduknya, menatap marah kedua gus muda itu yang terlihat sangat tenang. Tak ada raut keraguan dari wajah keduanya.

"Chan katakan pada ayah jika semua ini tak benar" kini Johnny melirik ke arah anak tertua-nya yang hanya mampu menunduk, tak mau menatap kearahnya sama sekali.

"Jeno" kini Johnny beralih, menatap pada putra bungsunya namun responnya sama saja dengan si sulung.

"Apa kalian semua sudah tak waras?!! Apa wanita di luar sana sudah punah sehingga kalian ingin menikah dengan sesama jenis seperti ini?!!" Johnny berteriak marah, menatap kecewa kepada kedua putra yang hanya mampu menunduk seraya terisak. Sungguh ia tak menyangka kedua putranya bisa melakukan dosa sebesar ini ketika mereka berdua menjalin hubungan saja ia sudah murka, apalagi ini mana mungkin ia masih bisa tenang-tenang saja.

"Keluar! Keluar dari rumah saya sekarang juga" Jusuf melirik ke arah sang kakak yang masih terlihat sangat tenang, tak ada raut kepanikan dari wajah tampan itu.

"Kak"

"Tenang biar saya yang urus" kata Rayan seraya berdiri dari duduknya, kemudian tanpa beban pemuda tampan itu berjalan ke arah manisnya yang tengah menangis.

"Ssstt jangan menangis, nanti mata kamu bengkak sayang" emosi Johnny jelas makin tersulut ketika melihat Rayan yang tengah mencium pipi anaknya seraya mengucapkan kata-kata penenang.

"Sebelum saya benar-benar kehilangan kesabaran lebih baik kalian berdua pergi, jika tidak kalian akan tahu konsekuensinya" kata Johnny seraya mendorong tubuh Rayan untuk menjauh dari sang anak, membawa tubuh berisi itu untuk menjauh dari jangkauan gus muda itu.

"Bawa adik kamu ke kamar, jangan keluar sebelum ayah perintahkan" Haechan hanya mampu mengangguk seraya menarik tubuh sang adik untuk berdiri, lebih baik sekarang ini mereka menurut daripada harus membuat emosi pria paruh baya itu semakin tersulut.

"Jadi kalian ingin pergi secara sukarela, atau menggunakan cara kekerasan?" tanya Johnny begitu memastikan kedua anaknya sudah masuk ke dalam kamar.

"Kami akan pergi setelah anda memberikan restu" kata Jusuf seraya berdiri dari duduknya, berjalan menghampiri sang kakak yang tengah berdiri di hadapan calon ayah mertua mereka.

"Tidak akan, dan tidak akan pernah saya memberikan restu pada pernikahan terlarang seperti itu. Jadi karena itu lebih baik kalian berdua pergi sebelum saya benar-benar mengunakan cara kekerasan" Johnny benar-benar muak melihat kedua orang yang berada di hadapan ini, ingin rasanya ia menghajar kedua gus muda itu sekarang juga.

"Pak kami mohon, anda hanya perlu memberikan restu saja semua persiapan pernikahan akan di tanggung oleh kami berdua. Anda tak perlu repot-repot mengeluarkan uang" Johnny menggertakkan gigi-nya dengan penuh emosi ketika mendengar ucapan Jusuf barusan, apa-apaan ini apa mereka kira ia semiskin itu? Ia juga bisa membiayai pernikahan kedua anaknya tanpa harus ada campur tangan dari orang lain. Namun dalam tanda kutip jika keduanya menikah dengan perempuan bukan dengan sesama jenis seperti ini.

Bugh

Hilang sudah kesabarannya dalam menghadapi tingkah keras kepala kedua gus muda itu, jalan satu-satunya yang bisa ia pilih sekarang ini hanya menggunakan cara kekerasan.

"Pergi sebelum kalian saya buat sekarat!!" Rayan membantu sang adik yang sudah tersungkur ke atas lantai akibat pukulan Johnny tadi, ia sedikit kesal karena nyatanya meminta restu dari pria paruh itu cukup sulit dari apa yang ia bayangkan.

"Berikan kami restu atau kami akan membawa kedua putra anda kabur" kata Rayan seraya menatap Johnny dengan tajam.

"Asal anda tahu, tanpa adanya restu dari anda-pun kami pasti bisa menikah dengan putra anda kami datang kesini meminta restu karena kami masih memiliki rasa hormat kepada anda. Namun jika anda masih bersikeras tak ingin memberikan restu maka mau tak mau kami akan membawa putra anda kabur"

"Sialan!!"

TBC

Hehehe update nya kelamaan ya?.

Maaf ya.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang