Kembali

1.5K 257 15
                                    

Setelah menghabiskan waktu sepuluh hari untuk menenangkan diri akhirnya kedua pemuda manis itu memilih kembali menginjakkan kaki mereka di pondok, walaupun keduanya masih belum siap untuk bertemu dengan Rayan dan Jusuf tapi tak mungkin jika keduanya terus-terusan menghindar seperti ini.

Pukul lima pagi saat keduanya baru saja sampai di pondok suasana pondok yang tampak sepi membuat Haechan dan Jeno menghela nafas lega, tanpa menunggu lebih lagi keduanya langsung saja bergegas menuju kamar mereka berdua yang terletak di lantai dua.

Cklek

Baik Haechan ataupun Jeno keduanya sudah tak heran lagi ketika mereka memasuki kamar dan tak menemukan satupun barang-barang mereka di dalam sana, keduanya sangat yakin kalau barang-barang mereka pasti berada di kamar Rayan dan Jusuf.

"Rayan bangsat memang!" kata Haechan kesal sembari mendudukkan tubuhnya si pinggir ranjang.

"Bagaimana caranya agar kita bisa mengambil barang-barang kita tanpa ketahuan oleh gus Rayan dan gus Jusuf?, saya tak mau jika kita mengambilnya secara langsung bisa-bisa mereka berdua tak mengizinkan" kata Jeno sembari melirik ke arah si manis.

"Tau deh, gue juga pusing" kata Haechan sebal sembari merebahkan tubuh berisi nya di atas ranjang.

"Mending buat sekarang ini kita istirahat aja lu juga pasti cape kan? Soal barang-barang kita bisa pikirin nanti" Jeno mengangguk setuju sembari ikut merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya.

"Hmm baiklah, semoga saja gus Rayan dan gus Jusuf tak menyadari kepulangan kita" kata Jeno sembari menatap langit-langit kamar mereka.

"Jen" Jeno menoleh ke arah Haechan yang baru saja memanggil namanya.

"Kenapa Chan?" tanya Jeno bingung.

"Maafin gue ya" Jeno mengeryit bingung begitu mendengar ucapan Haechan barusan.

"Minta maaf untuk apa Chan? Kamu sama sekali tak memiliki salah kepada saya" Haechan menggeleng pelan sembari mendudukkan tubuhnya di atas ranjang.

"Ada Jen, waktu yang di warung bakso itu. Gue minta maaf karena udah maksa lu cerita tentang masa lalu lu seharusnya waktu itu gue tau batasan" kata Haechan sembari melirik ke arah pemuda sipit itu.

"Tak apa Chan, saya tak masalah dengan itu lagipula kamu berhak tau karena kamu sudah menjadi bagian di dalam hidup saya sekarang ini" pipi bulat si manis sukses memerah begitu mendengar ucapan Jeno barusan.

"Makasih Jeno" Jeno hanya mengangguk sembari tersenyum manis ke arah Haechan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Rayan menghela nafas kasar sembari menatap sarapan nya dengan tak minat, sungguh dirinya tak mampu makan dengan lahap jika masih tak tahu keadaan Haechan bagaimana sekarang.

"Gus" Rayan melirik ke arah Jisung yang tengah berjalan ke arah nya sembari membawa nampan yang berisi makanan.

"Gus tak makan?" tanya Jisung sembari mendudukkan tubuhnya di samping Rayan.

"Saya tak bernafsu" kata Rayan sembari berdiri dari duduknya.

"Gus mau kemana?" tanya Jisung bingung.

"Saya ingin memeriksa keadaan sekitar, sembari mencari angin segar" kata Rayan sembari berlalu pergi meninggalkan Jisung yang sekarang ini tengah menatap punggungnya dengan datar.

"Hah!, Haechan kapan kamu akan kembali? Saya sudah benar-benar sangat merindukan kamu" kata Rayan sembari menaiki tangan lantai dua.

"Kak!" Rayan menoleh ke arah Jusuf yang sekarang ini tengah berjalan ke arahnya.

"Mau ke kamar Haechan dan Jeno?" Rayan hanya mengangguk pelan sembari kembali berjalan, meninggal Jusuf yang sekarang ini tengah menatapnya khawatir.

"Aku tau kakak khawatir tapi jangan seperti ini juga, Haechan tak akan kembali jika kakak bersikap acuh kepada diri sendiri seperti ini" kata Jusuf sembari berjalan menyusul sang kakak, walaupun dirinya sendiri sama frustasi-nya dengan sang kakak namun Jusuf tak sampai menyiksa diri seperti yang sang kakak lakukan.

"Menurut kamu apakah mereka ada di dalam?" tanya Rayan sembari menatap pintu bercat putih itu di lengkat.

"Aku tak tau" kata Jusuf sembari ikut memperhatikan pintu bercat putih itu.

Cklek

Tepat saat Rayan berniat membuka pintu kamar Haechan dan Jeno, namun niatnya itu harus tak terlaksana karena tiba-tiba saja pintu itu sudah terbuka dari dalam menampilkan sosok pemuda manis yang sudah sangat dirinya rindukan.

"Haechan!" mata bulat si manis sukses melotot begitu mendapati Rayan dan Jusuf yang tengah berdiri di depan kamarnya.

Brak

Pemuda manis itu langsung saja menutup pintu kamarnya kembali kemudian mengunci nya, sial dirinya benar-benar lupa kalau sekarang ini dirinya sudah berada di pondok.

Tok

Tok

Tok

"Haechan bukan pintunya saya mohon!! Mari kita bicara jangan menghindar dari saya terus!!" Haechan memilih tak ambil pusing dengan teriakan Rayan, pemuda manis itu malah naik ke atas ranjang Jeno kemudian merebahkan tubuhnya di samping pemuda sipit itu.

"Chan?" Jeno jelas kaget ketika mendapati sang sahabat yang tengah tidur di sampingnya.

"Chan kamu sedang apa?" tanya Jeno sembari mendudukkan tubuhnya di atas ranjang.

"Rayan dan Jusuf ada di luar" mata Jeno sukses melotot begitu mendengar ucapan si manis barusan.

"Kamu serius Chan?" Haechan mengangguk sembari menunjuk ke arah pintu kamar mereka yang masih di ketuk dengan brutal oleh Rayan dan juga Jusuf.

"Jeno ayo kita kabur" Jeno menggeleng pelan sembari menepuk-nepuk pundak Haechan dengan pelan.

"Mau kabur kemana Chan? Kamar kita berada di lantai dua jika kamu lupa"

"Ahk!! Bangsat!!"

TBC

Maaf kalau ceritanya makin gak jelas soalnya ide ku udah bener-bener mentok banget ini.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang