Semakin hari kedekatan kedua pemuda manis itu semakin membuat Rayan dan Jusuf panik bukan main, bagaimana tidak kedua pemuda manis itu terlihat semakin mesra setiap harinya mungkin di mata santri lain mereka berdua terlihat tak lebih dari seorang teman. Namun di mata Rayan dan Jusuf tentu saja terlihat berbeda.
"Menurut kamu apa mereka saling menyukai?" tanya Rayan sembari melirik ke arah sang adik.
"Sudah jelas, dilihat dari bagaimana cara mereka memperlakukan satu sama lain sudah sangat jelas kalau mereka berdua saling menyukai" kata Jusuf kesal sembari memakan sarapan nya dengan penuh emosi.
"Lalu kita harus bagaimana? Saya tak mau jika Haechan dan Jeno sampai menjalin hubungan nantinya" kata Rayan sembari menatap sarapan nya dengan tanpa minat.
"Entahlah kak aku sudah tak dapat memikirkan apapun lagi" Rayan mendecih pelan begitu mendengar ucapan sang adik barusan.
"Makannya jangan belepotan Chan, kamu seperti anak kecil saja" kedua pemuda tampan itu kompak menoleh ke arah Haechan dan Jeno yang duduk tak jauh dari mereka berdua.
"Kak?!" Jusuf melirik takut-takut ke arah sang kakak yang sekarang ini tengah menatapnya dengan sangat tajam.
"Lihat? Mereka berdua malah semakin berani" kata Rayan sembari berdiri dari duduknya, kemudian dengan tergesa pemuda tampan itu berjalan menghampiri Haechan dan Jeno yang tengah sibuk dengan dunia mereka.
"Bagaimana? Kamu suka kan makanan yang ibu kantin masak?" Haechan mengangguk semangat sembari mengacungkan kedua ibu jarinya.
"Haechan!" kedua pemuda manis itu kompak menoleh ke arah Rayan yang tengah berjalan ke arah mereka berdua.
"Ayo ikut saya sebentar" kata Rayan sembari menarik lengan si manis dengan kasar.
"Gus mau bawa teman saya kemana?" tanya Jeno sembari menatap gus Rayan dengan tajam.
"Saya pinjam teman kamu sebentar" Jeno ingin protes namun gus Jusuf tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya, lalu menarik tangannya dengan kasar untuk keluar dari area kantin.
"Gus lepaskan!!" Jusuf tak ambil pusing dengan manisnya yang terus memberontak. Pemuda tampan itu malah mengajak Jeno ke belakang pondok tempat paling sepi dan jarang di kunjungi orang.
"Kamu suka sama Haechan?" tanya Jusuf to the point tanpa ingin berbasa-basi terlebih dahulu.
"Gus ini bicara apa? Tak mungkin jika saya menyukai teman saya sendiri" di lihat dari bagaimana raut wajah Jeno yang menjadi panik, membuat asumsi Jusuf semakin kuat.
"Jen" Jusuf memojokkan Jeno ke tembok, mengungkung tubuh yang lebih kecil darinya itu menggunakan kedua tangannya.
"Saya menyukai kamu" mata Jeno sukses melotot begitu mendengar ucapan gus Jusuf barusan.
"Jadi tolong jangan melirik orang lain lagi kecuali saya, saya cemburu melihatnya" Jeno hanya mampu diam, tampaknya pemuda sipit itu masih belum bisa mencerna fakta baru yang sangat mengejutkan-nya itu.
"Gus bercanda kan?" Jusuf menggeleng sembari mendekatkan wajahnya dengan wajah pemuda sipit itu.
"Saya serius" kata Jusuf tepat di telinga manisnya, membuat pemuda sipit berhenti bernafas sejenak karenanya.
"Saya ingin bertanya sesuatu" Jusuf menatap wajah Jeno yang sekarang ini tengah menatapnya dengan serius.
"Darimana gus tau tentang status saya? Bagaimana gue bisa tau kalau saya ini hanyalah seorang anak haram yang tak memiliki seorang ayah?" Jusuf terdiam begitu mendengar ucapan manisnya barusan.
"Saya tak bisa men-jawabannya" Jeno tersenyum sinis sembari mendorong tubuh Jusuf untuk menjauh darinya.
"Baiklah, jika gus memang tak ingin memberitahu saya tak akan memaksa" kata Jeno sembari berniat pergi dari sana, namun perkataan Jusuf selanjutnya mampu membuat tubuh Jeno bergetar seketika.
"Ibu kamu sendiri" kata Jusuf sembari membawa tubuh bergetar manisnya kedalam pelukannya.
"Waktu itu saya baru saja pulang dari sekolah bersama dengan kak Rayan, kami melihat ibu kamu keluar dari bangunan pondok sembari berteriak tak jelas. Beliau berhenti tepat di depan kami kala itu sembari menatap saya dengan tajam" Jusuf menghela nafas sejak sembari mengusap punggung manisnya yang masih bergetar dengan penuh kasih sayang.
"Lalu?" Jusuf hanya tersenyum tampan sembari mencium kening manisnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan menjilat bibirnya sendiri ketika melihat es krim berukuran besar milik Rayan, ah ralat maksudnya es krim yang akan Rayan berikan kepadanya namun harus ada syarat terlebih dahulu sebelum si manis bisa memakan es krim cup rainbow berukuran besar itu.
"Ck! Ok, ok gue emang suka sama Jeno kenapa? Masalah buat lo" Rayan menggeram tak suka begitu mendengar ucapan si manis barusan.
"Kemarin kamu bilang kamu masih lurus, tapi nyatanya?" Haechan hanya mampu menghela nafas kasar begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Terserah deh! Gue males ng-ladenin orang nyebelin kayak situ" Rayan meletakkan cup es krim itu di hadapan si manis.
"Tak bisakah kamu melirik kepada saya Haechan? Apa saya seburuk itu di mata kamu?" kata gus Rayan sembari menatap si manis dengan serius.
"Dibandingkan Jeno, jelas dia lebih baik di mata gue" kata Haechan sembari menatap Rayan dengan sinis.
"Setidaknya tolong berikan saya kesempatan kamu jangan menghindar terus, saya tak bisa jika sehari saja tak melihat kamu" kata Rayan sembari menatap si manis dengan penuh permohonan.
"Satu bulan! Gue kasih waktu lu satu bulan untuk buat gue jatuh cinta sama lu, tapi kalau lu gag--"
"Saya pastikan akan membuat kamu jatuh cinta kepada saya, apapun yang terjadi"
TBC
Tetep update walaupun ceritanya makin gak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"