Bukan Salah Jodoh [END]

1.9K 183 5
                                    

Terhitung hampir satu bulan kedua kakak beradik itu selalu pulang dengan wajah yang bisa di bilang tak baik-baik saja, setiap harinya selalu saja ada luka baru di wajah kedua pemuda tampan itu. Dan itu semua tentu saja menjadi tanda tanya besar bagi sang bibi yang selalu tak di beri tahu tentang alasan mengapa keduanya bisa terluka.

Baik Rayan ataupun Jusuf keduanya sama-sama bungkam, tak ada yang mau menjawab pertanyaan sang bibi yang selalu terlontar pada mereka yang baru saja pulang dengan luka baru di wajah keduanya. Jika di tanya mengapa keduanya bisa terluka maka jawabannya akan terus sama setiap harinya, yaitu keduanya hanya akan
mengatakan jikalau wanita paruh baya itu tak usah terlalu khawatir karena keduanya baik-baik saja.

Sang bibi yang selalu mendapatkan jawaban seperti itu mau tak mau hanya menurut, karena ia juga tak mau mengulik masalah ini terlalu jauh ia lebih memilih menunggu si kembar yang mengatakan masalah mereka langsung padanya. Jika si kembar masih belum mau bicara maka ia akan menunggu karena ia juga tahu batasan untuk tak terlalu ikut campur dengan masalah kedua kakak beradik itu.

Sebagai gantinya sang bibi akan duduk di kursi yang terletak di teras rumah setiap sore, seraya membawa kotak p3k untuk mengobati luka kedua keponakan nya itu. Seperti sekarang ini wanita paruh baya itu tengah menyeruput secangkir teh hangat ketika motor mahal si kembar memasuki pekarangan rumahnya.

"Terluka lagi?" tanya sang bibi seraya menghela nafas lelah, ketika melihat wajah kedua kakak beradik itu yang sudah sangat babak belur.

"Assalamualaikum!! Ya, seperti biasa" kata Jusuf santai seraya mencium punggung tangan sang bibi, di ikuti oleh Rayan setelahnya.

"Waalaikumsalam, apa kalian berdua tak bosan seperti ini terus? Pulang dengan wajah yang sudah tak karuan begini. Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan sih?" Rayan hanya menggeleng seraya memeluk tubuh wanita paruh baya itu dari samping.

"Untuk saat ini belum, kami berdua belum bosen dengan apa yang tengah kami perjuangkan sekarang ini. Dan mungkin saja tak akan pernah bosen sebelum kami mendapatkan apa yang kami mau" sang bibi hanya mampu menghela nafas lelah ketika mendengar ucapan Rayan barusan.

"Tapi sampai kapan kalian terus seperti ini? Ayah kalian sudah meminta bibi untuk mengirim kalian berdua pulang, jika kalian tak cepat pulang maka ayah kalian sendiri yang akan menjemput kalian kemari"

"Tolong katakan pada ayah untuk membiarkan kami disini sebentar lagi, kami pasti akan pulang tapi tidak sekarang"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ngapain kesini?" tanya Haechan ketus seraya menatap tak suka pada Rayan dan Jusuf.

"Bola Coklat ko--"

"Pulang!!" Rayan tertegun ketika mendengar suara sang kekasih yang meninggi, selama mereka menjalin hubungan tak pernah sekalipun pemuda manis itu berbicara se-ketus ini padanya.

"Cepat pulang sebelum ayah bangun, jika kalian masih sayang nyawa" Rayan menggeleng seraya meraih tangan manisnya yang masih bertengger di gagang pintu.

"Bola coklat koko rindu sama kamu" kata Rayan seraya mencium punggung tangan si manis dengan sayang.

"Ck! Cepet pulang sana, gue gak mau ya liat ayah mukul-in kalian lagi. Muak gue liatnya" kata Haechan seraya menarik lengannya yang tadi di genggam oleh Rayan.

"Bola coklat apa kamu tak rindu dengan koko?" Haechan tak menjawab, pemuda manis itu malah menoleh ke belakang memastikan jikalau sang ayah tak datang kemari.

"Gue mohon kalian pulang aja, jangan keras kepala cukup selama satu bulan ini kalian menderita. Gue gak mau liat kalian di pukul-in sama ayah lagi lebih baik kalian cari orang lain aja buat di nikahin jangan maksa nikah sama gue dan Jeno" Rayan dan Jusuf jelas tak terima dengan ucapan si manis barusan, mereka hanya mau menikah dengan kedua pemuda manis itu tak ada orang lain di dalam kamu keduanya.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang