Tak terasa hubungan gus Rayan dan Haechan kini sudah berjalan lima bulan lamanya, dan selama itu pula keduanya tampak semakin mesra dari hari ke hari namun meski demikian tentu saja keduanya tak berani mengumbar kemesraan mereka kedepan publik. Karena keduanya jelas tahu konsekuensinya jika mereka melakukan kesalahan sedikit saja.
Namun entah kenapa pemuda gemil itu merasa jikalau hubungan keduanya akhir-akhir ini mulai merenggang, ia tak tahu kenapa namun yang pasti ia tahu betul jikalau sang kekasih akhir-akhir ini mulai menjauhinya. Bahkan sudah tiga hari sang kekasih absen dari jadwal mengajar-nya mengaji tak ada alasan yang pasti kenapa sikap pemuda tampan itu mulai berubah. Sang kekasih hanya mengatakan jikalau ia tengah sibuk dan tak bisa meluangkan waktu untuknya sekarang ini.
"Kak?" tubuh Haechan tersentak ketika pundaknya tiba-tiba di tepuk oleh sang adik.
"Kenapa?" tanya Haechan seraya melirik ke arah sang adik yang tengah menatapnya dengan khawatir.
"Makan dulu yuk" ajak Jeno seraya menarik tangan sang kakak untuk berdiri.
"Duluan aja, gue lagi gak laper" Jeno menatap sedih sang kakak ketika melihat pemuda manis itu mulai kembali duduk di atas kursi, melamun kembali seperti yang ia lakukan sebelumnya.
"Kakak ingin balikan lagi dengan Jeno?" tanya Jeno tiba-tiba yang sukses membuat mata bulat itu melotot begitu mendengarnya.
"Lu gila Jen? Jelas gak lah, kita ini adik kakak kalau lu lupa" Jeno hanya diam seraya berjongkok di hadapan sang kakak yang masih duduk di atas kursi.
"Jeno ingat, Jeno tentu saja tidak lupa tapi Jeno tak suka melihat kakak seperti ini. Jeno tak suka melihat kakak menjadi pendiam seperti ini sakit sekali rasanya ketika melihat kakak terus melamun sepanjang hari, maka dari itu Jeno berpikir jika kita bersama kembali mungkin saja rasa sedih kakak akan berkurang sedikit" kata Jeno seraya mengusap punggung tangan Haechan dengan penuh kasih sayang, kemudian ia menatap manik indah sang kakak yang sudah berkaca-kaca.
"Maaf gue udah bikin lo khawatir" Jeno menggeleng seraya mengusap pipi bulat sang kakak yang sudah di banjiri oleh air mata.
"Lupain gus Rayan ya, kakak engga perlu ingat dia lagi" Haechan hanya diam seraya menggigit bibir bawahnya dengan pelan.
"Kalau memang dia cintai sama kakak mana mungkin dia akan mencampakkan kakak seperti ini, itu sudah terbukti jelas kalau dia hanya mempermainkan kakak selama ini" kata Jeno seraya menggeram marah, Jeno bersumpah ketika ia melihat gus muda itu nanti. Ia akan menghajar-nya tanpa ampun karena sudah membuat sang kakak menangis seperti ini.
"Tap--"
"Kakak pasti bisa, buktikan kepada orang brengsek itu kalau kakak sama sekali tak sedih karena sudah di mempermainkan olehnya"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pagi ini Haechan merasa lebih baik dari sebelumnya, perkataan Jeno ada benarnya ia tak bisa terus-terusan sedih seperti ini ia tak mau di anggap lemah oleh orang yang sudah mencampakkan-nya itu.
"Mau Jeno temani kak?" Haechan menggeleng seraya memakai peci miliknya, merapihkan sebentar rambutnya agar tak terlalu terlihat lalu setelahnya ia berjalan menghampiri sang adik yang sudah menunggu di depan pintu kamar.
"Gak usah, lu kan ada jadwal sama Jusuf bisa-bisa itu ragunan satu mencak-mencak gak jelas kalau lu gak dateng. Dan sekalian sampein salam gue juga buat dia bilang ke dia kalau sekarang gue udah bisa hidup tanpa kakaknya" kata Haechan dengan raut wajah yang sulit di artinya, Jeno tahu tak mungkin sang kakak bisa melupakan gus Rayan semudah itu. Tapi Jeno juga tahu jikalau sang kakak sekarang ini tengah berusaha melupakan pemuda brengsek yang sudah mempermainkan-nya itu maka dari itu Jeno akan membantu sang kakak sebisa mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"