Jeno menatap sedu si manis yang sekarang ini tengah menangis seraya terus mengatakan kalau dirinya tak ingin putus, sungguh Jeno benar-benar tak tega melihatnya.
"Chan" dengan air mata yang sudah bercucuran Haechan menoleh ke arah sang kekasih yang sekarang ini tengah tersenyum manis.
"Maafkan saya Chan, tapi kita berdua tak memiliki pilihan lain mau tak mau kita harus mengakhiri hubungan ini cepat atau lambat"
"Hiks.. Kita kan cuma beda ibu doang masa gak boleh pacaran sih?" Jeno hanya terkekeh pelan begitu mendengar ucapan si manis barusan.
"Tentu saja tak boleh Chan, walaupun kita berdua beda ibu tapi ayah kita sama. Kita berdua bersaudara dan sudah sangat jelas kalau hubungan seperti ini tak benarkan" kata Jeno seraya menjepit hidung si manis yang memerah dengan gemas.
"Lah lu kira kita nge-gay kayak begini di benarkan dalam agama islam?, kita berdua udah ngelakuin dosa Jen maka dari itu mending terobos aja. Biar sekalian dosa nya gak tanggung-tanggung" Haechan dan pemikiran ajaib nya benar-benar mampu membuat Jeno melongo.
"Atau gak kita pura-pura gak tau aja kalau kita berdua bersaudara, jadi kan dosanya gak gede-gede amat" Jeno hanya mampu geleng-geleng kepala begitu mendengar ucapan si manis barusan, entahlah Jeno benar-benar tak habis pikir dengan pemikiran ajaib pemuda manis berpipi gemil itu.
"Chan, maafkan saya tapi saya harus mengatakan ini" Jeno menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan ucapannya.
"Saya ingin putus dari kamu" tangisan si manis kian terdengar makin keras begitu mendengar ucapan Jeno barusan.
"Hiks.. Gak mau!! jangan putus" rengek si manis seraya memeluk tubuh Jeno dengan sangat erat.
"Maafkan saya Chan" sungguh Jeno tak ingin mengatakan itu tapi dirinya tak punya pilihan lain.
"Hiks.. Jangan putus Jen, gue sayang banget sama lu, gue cinta mati sama lu Jen. gue gak mau kehilangan lu" Jeno hanya mampu menangis dalam diam seraya memeluk tubuh Haechan dengan sangat erat.
"Saya juga sangat menyayangi kamu Chan"
Malam itu keduanya habiskan untuk menangis serta meluapkan emosi mereka masing-masing, mungkin Jeno tak bisa melindungi Haechan sebagai seorang kekasih namun dirinya masih bisa melindungi pemuda manis itu sebagai seorang adik. Meski sakit tapi setidaknya mereka berdua masih bisa menujukan kasih sayang walaupun dengan status yang berbeda.
Sedangkan si luar kamar Haechan berdiri sang ayah yang sekarang ini tengah terisak pelan seraya menggepalkan tangannya dengan erat, andai saja dulu dirinya membawa Jeno pulang ke rumah mungkin saja semua ini tak akan terjadi. Haechan mungkin akan marah tapi setidaknya ia akan memiliki seorang adik yang akan menemaninya dari rasa kesepian mungkin juga dia akan mulai menyayangi Jeno dengan seiring berjalan nya waktu. Andai saja dulu dirinya bisa berpikir sampai sana mungkin juga Jeno tak akan sampai mengalami kekerasan dari ibunya. Hanya kata andai, andai dan andai yang hanya bisa Johnny ucapkan sekarang ini.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Setelah permasalahanan mereka selesai keduanya langsung berniat pulang kembali ke pondok, awalnya Johnny yang akan mengantar namun begitu gus Rayan dan gus Jusuf menawarkan tumpangan Johnny langsung menerimanya, mengabaikan raut wajah anak-anaknya yang tampak kesal.
Dan berakhirlah mereka berdua kini satu mobil dengan kedua gus tampan itu, jangan tanyakan bagaimana keadaannya mereka berdua yang jelas sangat tidak baik.
"Kamu tau en--"
"Bacot anying!! Gue timpug juga itu mulut" kata Haechan kesal seraya melirik ke arah gus Jusuf yang akan memulai sesi gombal nya.
"Chan lebih baik kamu diam, jangan sampai sandal saya mendarat di wajah jelek kamu itu" kata gus Jusuf seraya menatap si manis dengan tajam.
"Lakukan saja jika berani, dan jangan salahkan saya jika kamu saya tendang keluar dari mobil" kata gus Rayan di balik kemudi seraya melirik sekilas ke arah kaca yang berada di atasnya.
"Aku hanya bercanda kak, jangan di anggap serius begitu" Haechan tersenyum penuh kemenangan begitu melihat gus Jusuf yang langsung menciut begitu mendengar ucapan dari gus Rayan.
"Wleee.. Mampus" Jusuf menatap kesal si manis yang sekarang ini tengah memeletkan lidah ke arahnya.
"Jangan mengatakan sesuatu yang buruk tentang kakak saya jika gus tak mau saya tampar dengan ingin!!" Jusuf menatap horor manisnya yang sekarang ini tengah menyodorkan sandal yang tadi Jeno lepaskan dari kakinya, tepat di hadapan wajah tampan nya.
"Kakak kamu manis sekali yah Jen, huek" sekedar info kalau kedua pemuda tampan itu sudah tahu kalau Haechan dan Jeno adalah kakak beradik, Rayan dan Jusuf jelas sangat senang begitu mendengar informasi itu bahkan keduanya sampai tak bisa tidur saking senengnya. Mereka ini bersenang-senang di atas penderitaan orang lain memang.
"Gak usah ada 'huek' nya juga lah tai" entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi setelah si manis tinggal di rumah bibi kedua gus itu. Dirinya menjadi sangat kemusuhan dengan orang yang bernama Jusuf itu, begitupun sebaliknya.
"Eh stop!! Stop!!" Rayan menginjak rem mobilnya dengan panik begitu mendengar ucapan si manis barusan, membuat penumpang di belakang sana tersungkur kedepan karena dirinya yang mendadak menge-rem.
"Ada apa Chan?" tanya gus Rayan seraya menatap si manis dengan khawatir.
"Tuh ada warung bakso, mampir dulu ke situ ya gue laper" jawab si manis tanpa beban seraya menunjuk ke sebuah warung bakso.
"Oalah asu!! Dasar gembrot liat makanan dikit langsung laper padahal tiga puluh menit yang lalu baru aja makan nasi padang tiga piring!!" jangan di tanya itu siapa yang berbicara, kalian pasti sudah tahu jawabannya.
TBC
Gimana chap kali ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"