Rayan dengan fokus menatap wajah si manis yang tengah mengaji, sesekali pemuda manis itu akan melirik ke arahnya hanya untuk memastikan apakah bacaannya sudah benar atau belum. Adapun ketika pemuda manis itu lupa ataupun tak tahu lanjutan dari ayat yang tengah di baca olehnya.
"Setelah selesai membaca surat al-fatihah kamu langsung saja membaca surat yasin" si manis refleks berhenti begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Hah?" Rayan hanya terkekeh pelan ketika melihat raut wajah si manis yang tampak sangat polos di matanya.
"Kenapa? Itu surat yang sangat penting untuk kamu hapal jadi kamu tak perlu lagi meminta Jeno untuk membacakan-nya setiap malam jum'at" Pipi bulat si manis sukses memerah begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Kenapa? Kamu kira saya tidak tau?" Haechan hanya menggeleng pelan sembari mulai membuka halaman surat yasin.
Haechan hanya mampu pasrah seraya mulai membaca surat yasin dengan perlahan takut kalau dirinya salah mengucapkan, namun baru saja pemuda manis itu membacakan satu baris tapi Rayan sudah menyuruhnya untuk berhenti membaca.
"Salah! Cara kamu membacanya salah Haechan" kata Rayan tegas sembari menatap si manis dengan tajam.
"Ulangi lagi" kata Rayan tak mau di bantah yang langsung di turuti oleh Haechan.
"Haechan!" si manis melirik ke arah Rayan yang sekarang ini tengah menatapnya tajam.
"Apalagi si bangsat?! Kalau gue salah ngucapin tuh kasih tau jangan apa-apa Haechan Apa-apa Haechan, hih gue tikam juga lu lama-lama" kata Haechan kesal sembari menatap Rayan dengan penuh permusuhan.
"Haechan saya memang menyukai kamu tapi bukan berarti saya akan memanjakan kamu, jangan salah paham saya tak akan melakukan itu" Haechan hampir tersedak ludahnya sendiri begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Lu suka sama gue?" Rayan mengutuk dirinya sendiri di dalam hati begitu sadar kalau dia sudah keceplosan berucap.
"Maaf, tapi gue masih normal" kata Haechan sembari menutup al-qur'an yang tengah di bacanya, kemudian pemuda manis itu berdiri dari duduknya lalu berjalan pergi keluar dari masjid.
"Astagfirullah!, saya benar-benar bodoh" kata Rayan sembari melepaskan peci-nya, kemudian pemuda tampan itu mengusak rambutnya dengan kasar.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Chan nanti malam kamu ikut kan?" tanya Jeno sembari melirik ke arah si manis yang tengah memilih baju koko yang akan di beli olehnya.
"Kemana?" tanya si manis bingung.
"Pawai obor" jawab Jeno sembari mengambil baju koko berwarna putih untuk di belinya.
"Gak tau, gimana nanti aja" Jeno menatap intens si manis yang tampaknya sangat tak bersemangat.
"Kamu sakit?" si manis menggeleng seraya melirik ke arah temannya sipit nya itu.
"Gue sehat kok" Jeno menatap si manis tak percaya, pasalnya teman beruang nya itu lebih pendiam daripada biasanya.
"Yakin?" Haechan mengangguk sembari menepuk bahu Jeno untuk meyakinkan.
"Gue pilih yang ini aja deh" kata Haechan sembari mengambil baju koko berwarna hitam untuk di beli olehnya.
Kemudian kedua pemuda manis itu pergi ke kasir untuk membayar belanjaan mereka, baik miliknya sendiri ataupun milik si manis Jeno yang membayarnya. Katanya sebagai ucapan terima kasih karena sudah membiarkan nya tinggal di rumah si manis waktu itu.
"Mampir ke kedai es krim dulu ya Jen" pinta si manis sembari menatap Jeno dengan penuh permohonan.
"Tak bisa Chan, waktu kita sebentar lagi habis" Haechan mencebikkan bibirnya kesal begitu mendengar ucapan Jeno barusan.
"Gak lama Jen, sebentar aja kok" rengek si manis sembari menduselkan kepalanya di bahu Jeno.
"Baiklah, baiklah tapi janji hanya sebentar saja. Ok" Haechan mengangguk semangat sembari berjalan lebih dulu, meninggalkan Jeno yang sekarang ini tengah terkekeh pelan karena melihat tingkah nya.
"Kamu benar-benar lucu Chan"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan berlari kecil menghampiri Jeno yang tengah memegang dua obor yang belum di nyalakan.
"Udah nunggu lama?" Jeno menggeleng sembari menyerahkan satu obor ke arah si manis.
"Rambut kamu berantakan" kata Jeno sembari melepaskan peci yang si manis kenakan, kemudian merapikan rambut hitam teman beruang nya itu sampai rapih.
"Makasih" kata Haechan sembari menunduk malu, tak kuasa menatap teman sipit nya itu yang tampak sangat tampan di matanya malam ini.
"Tak masalah, kamu sudah siap?" tanya Jeno sembari memakaikan kembali peci si manis.
"Udah dong" kata Haechan sembari sembari mengangkat Obor nya tinggi-tinggi.
"Ya sudah ayo" kata Jeno sembari menggandeng tangan si manis, membuat pipi bulat si pemilik sukses memerah karenanya.
"Kenapa mereka semakin hari malah terlihat semakin mesra?!" kata Jusuf sembari menatap punggung kedua pemuda manis itu dengan tajam.
"Mereka hanya teman jadi kamu tak perlu cemas seperti itu" timpal Rayan sembari menepuk-nepuk bahu sang adik.
"Dilihat dari sudut manapun mereka lebih terlihat sebagai sepasang kekasih daripada hanya seorang teman biasa" kata Jusuf sembari melirik ke arah sang kakak dengan kesal.
"Lalu kita harus bagaimana? Tak mungkin kan jika kita memisahkan mereka berdua. Yang ada mereka semakin benci kepada kita" Jusuf mendecih kesal sembari mengepalkan tangannya dengan sangat erat.
"Kamu sudah mengantuk?" tanya Jeno sembari mengusap punggung si manis yang tengah duduk di atas pangkuannya.
"Hoam!, iya gue gak jadi ikut pawai obor deh" kata Haechan sembari menyandarkan kepala di dada teman sipit nya itu.
"Ya sudah kamu tidur saja dulu, saat kita akan berangkat nanti kamu saya bangunkan tapi jangan sampai tak ikut nanti saya tak ada teman" si manis hanya megangguk sembari mulai memejamkan matanya.
"Kak kita harus siaga satu!!"
TBC
Alurnya makin kacau gak sih?
Padahal aku udah berusaha bikin cerita yang bagus tapi selalu aja berakhir alurnya kacau parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"