Menanam Padi

1.1K 204 17
                                    

Haechan menggeram kesal ketika pagi ini para santri di suruh menanam padi di sawah milik pak kiyai, mungkin untuk santri lain tak masalah karena mereka sudah terbiasa. Sedangkan dirinya baru pertama kali melakukan ini karena tak ingin terlihat seperti orang bodoh pada akhirnya pemuda manis itu berinisiatif meminta arahan kepada beberapa santri untuk memberi tahu-nya cara menanam padi yang benar.

Namun bukannya mendapatkan arahan yang benar pemuda manis itu malah di ejek habis-habisan oleh gus Jusuf, yang kebetulan di tugaskan menanam padi di sawah yang sama dengannya. Sedangkan untuk Jeno dan gus Rayan mereka berada jauh di depan mereka terhitung ada tiga kotak sawah yang memisahkan jarak mereka.

"Ngebacot doang!! Cepetan kasih tau gue lah asu!!" kata si manis kesal seraya menatap gus muda itu dengan penuh permusuhan.

"Alah yang kayak begini saja masa kamu tak tahu? Cemen banget sih gembrot satu ini" kata gus Jusuf seraya tersenyum mengejek ke arah si manis, yang sukses membuat amarah pemuda manis itu meluap pagi ini.

"Jusuf bangsat!!" para santri kompak menoleh ke arah si manis yang sekarang ini tengah mengejar gus Jusuf yang sudah berlari terlebih dahulu, sembari menggenggam segumpal lumpur pemuda manis itu terus meneriaki gus Jusuf untuk berhenti.

"Jusuf asu!! Sini gak lu!!" Jusuf tak ambil pusing, pemuda tampan itu malah berlari menghampiri manisnya yang sekarang ini tengah beristirahat di pinggir sawah.

"Gus apakan kakak saya?" tanya Jeno malas seraya berdiri dari duduknya.

"Kakak kamu yang emosian Jen, saya hanya mengajari dia cara menanam padi yang benar. Tapi dia malah marah-marah tak jelas" si manis menggeram kesal begitu mendengar ucapan gus Jusuf barusan.

"Ngajarin congor lu!! Yang ada lu malah ngatain gue ya asu!" dengan tanpa perasaan pemuda manis itu melempar lumpur yang tadi di bawa-nya tepat di wajah tampan gus Jusuf, membuat beberapa santri yang melihat itu sebisa mungkin menahan tawa mereka agar tak pecah.

"Haechan muka saya kotor!!" Haechan tertawa terbahak-bahak begitu melihat wajah gus Jusuf yang hampir tak terlihat.

"Hahahaha.. Mampus!!" si manis benar-benar puas melihatnya, orang menyebalkan seperti gus Jusuf memang sekali-kali harus di berikan pelajaran.

"Jen coba lihat kelakuan kakak kamu" Jeno yang melihat itu hanya mampu menghela nafas lelah.

"Makannya lain kali jangan menjahili kakak saya lagi" kata Jeno seraya menuntut gus Jusuf untuk pergi ke sebuah sungai kecil 'jika dalam bahasa sunda-nya adalah wahangan' yang berada tak juah dari sawah milik pak kiyai.

"Sudah tahu jika kakak saya pemarah malah gus gangguin terus" gue Jusuf hanya tersenyum kecil ketika mendengar manisnya yang tengah mengomel.

"Lagian masa dia tak tahu cara menanam padi, kan aneh" kata gus Jusuf tak mau kalah.

"Kakak saya kan memang belum pernah menanam padi sebelumnya gus, jadi wajar saja kalau dia tak tahu dan gus bukannya memberikan dia arahan yang benar tapi gus malah menertawakan-nya. Jadi tak heran jika kakak saya merasa kesal seperti tadi" kata Jeno seraya membantu membersihkan wajah gus Jusuf dari lumpur yang tadi sang kakak lempar.

Si tersangka yang tengah mereka bicarakan sekarang ini malah tengah asik memakan seblak yang tadi gus Rayan belikan, di temani segelas sirup rasa jeruk mampu membuat mood si manis sedikit membaik.

"Pelan-pelan saja saya tak akan meminta kok" kata gus Rayan sembari membersihkan mulut si manis dari kuah seblak yang menempel di kulit halus-nya.

"Habis makan ini gue boleh pulang kan?" kata si manis sembari menatap gus Rayan dengan penuh pemohon.

"pekerjaan kamu sudah selesai memangnya?" tanya gus Rayan sembari terkekeh gemas melihat si manis yang kini tengah cemberut.

"Pokoknya gue mau pulung bodo belum selesai juga" kata si manis seraya kembali melahap seblak super pedas itu dengan lahap.

"Baiklah, sayang baik. Kamu menang saya memang tak bisa menentang keinginan kamu" kata gus Rayan sembari mencubit pipi bulat si manis dengan gemas.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setelah pulang dari sawah Rayan memutuskan untuk mampir ke sebuah minimarket terlebih dahulu, ia ingin membahagiakan manisnya kembali dengan membelikan gembul-nya itu makanan manis.

"Mau es krim?!" mata si manis sukses berbinar begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.

"Mau lah, ya kali gak" gus Rayan terkekeh gemas ketika melihat pipi bulat si yang memerah, agaknya gembul-nya ini tengah merasa malu.

"Pilih saja yang kamu suka, saya yang akan membayarnya" kata gus Rayan sembari membukukan pintu untuk si manis masuk ke dalam.

"Serius ya? Situ yang bayar" kata Haechan seraya celingak-celinguk mencari makanan wajibnya yang harus di beli jika belanja di minimarket seperti ini.

"Ketemu!!" kata si manis semangat sembari berjalan ke arah rak tujuannya.

"Kamu suka itu? Tapi bukannya itu untuk anak-anak ya?" kata gus Jusuf bingung, seraya menatap si manis yang sekarang ini sudah mengambil lima buah coklat bulat dengan satu bagiannya yang berisikan mainan.

"Kenapa? Emang gue gak boleh makan ginian ya?" kata si manis sewot.

"Bukan begitu han--"

"Kalau situ gak ikhlas bilang aja" kata si manis sembari berniat meletakkan coklat itu kembali ke rak nya.

"Baiklah, baiklah kamu boleh ambil apapun yang kamu mau. Saya tak akan berkomentar lagi"

"Makasih koko bangsat Rayan"

TBC

Ceritanya makin gj gak sih?.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang