Maju Satu Langkah

1.1K 200 6
                                    

Terhitung sudah satu bulan sikap Haechan menjadi lebih manis dari biasanya, bahkan semenjak satu bulan terakhir pemuda gemil itu tak pernah absen untuk membuatkan-nya bekal di pagi hari. Pemuda manis itu selalu menaruh bekal buatannya di depan pintu kamar gus Rayan namun ketika di tanyakan pemuda manis itu selalu berdalih jikalau bekal itu bukan darinya, Rayan tentu di buat gemas dengan tingkah Haechan yang dari hari ke hari semakin terlihat manis di matanya ia bahkan sekarang ini mulai tinggal di kamarnya mengabaikan omelan sang adik yang merasa kesal karena di tinggal sendirian di pondok bambu.

"Dari kamu?" kompak kedua pemuda manis itu menoleh ke arah gus Rayan yang tengah berdiri di hadapan mereka.

"Bukan" jawab Haechan seraya menggeleng pelan, membuat gus Rayan yang melihat itu menggigit pipi dalamnya menahan gemas. Ketika melihat pipi bulat si manis yang memerah karena mendengar ucapannya barusan.

"Oh, begitu" Rayan hanya mengangguk paham seraya mendudukkan tubuhnya di hadapan kedua pemuda manis itu.

"Tumben engga sama Jusuf Jen?" tanya Rayan seraya melirik ke arah Jeno yang tengah fokus dengan sarapan-nya pagi ini.

"Saya tak tahu gus Jusuf ada dimana, dari pagi pun kami berdua belum bertemu" kata Jeno sembari berdiri dari duduknya, makanannya sudah habis maka dari itu ia lebih memilih pergi daripada harus menjadi nyamuk.

"Mau kemana?" tanya Haechan bingung begitu melihat sang adik yang mulai berjalan menjauhi mereka.

"Mencari angin segar!! Jeno tak mau menjadi nyamuk pagi-pagi begini" Haechan meringis pelan begitu mendengar ucapan sang adik barusan.

"Adik kamu sudah pandai berbicara ya?" kata gus Rayan seraya terkekeh pelan.

"Udah sembilan belas tahun juga, ya kali masih belum bisa ngomong" ah ternyata jokes-nya tak sampai pada si manis, padahal yang Rayan maksud bukan itu.

"Setelah sarapan langsung ke masjid saja ya" kata Rayan seraya membuka tutup tupperware berwarna merah muda itu, ia sedikit heran sebenarnya karena setiap pagi tupperware yang si manis pakai selalu saja berbeda. Ia menjadi bingung sebenernya si manis memiliki berapa tupperware di kamarnya.

"Okei" kata Haechan dengan nada yang sangat lucu, membuat hidung Rayan hampir saja mimisan karenanya.

Jika sudah begini ia tak tahan lagi, haruskah ia menembak pemuda gemil itu untuk menjadi kekasihnya?. Karena jika di lihat dari segi manapun Rayan yakin betul pemuda manis itu tak akan menolak cinta-nya kali ini.

"Setelah selesai belajar mengaji kamu ada waktu?" Haechan terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang gus Rayan ajukan.

"Hmm, kayaknya gak ada deh" senyuman gus Rayan sukses merekah begitu mendengar ucapan si manis barusan.

"Bagus kalau begitu, nanti setelah selesai belajar mengaji kamu langsung ikut dengan saya ya" Haechan mengeryit bingung begitu mendengar ucapan pemuda tampan itu barusan

"Kemana?"

"Nanti juga kamu tahu"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Gus jangan ikuti saya!! Saya tak mau di panggil surat lagi oleh para santri" perangko dan surat, selama satu bulan terakhir mereka di juluki seperti itu karena dimanapun ada Jeno. Pasti akan ada Jusuf disekitarnya.

"Jen memangnya kamu tak merindukan saya?, kita sudah tak bertemu dari pagi loh" kata Jusuf seraya menatap manisnya dengan tatapan sok sedihnya.

"Gus tolong!! Jangan ikuti saya selama sehari saja, apa gus tak cape mengikuti saya kemana pun?" Jusuf hanya menggeleng seraya tersenyum seperti orang bodoh.

"Tidak kok, saya malahan senang bisa ada di sekitar kamu karena kamu itu layaknya vitamin yang selalu membuat saya sehat jika berada di dekat kamu" Jeno muak, benar-benar muak mendengar gombalan gus muda itu setiap hari.

"Gus jika memang serius buktikan, jangan terus berbicara seperti orang bodoh yang tak melakukan apapun. Karena saya butuh bukti bukan janji manis yang tak berfaedah sama sekali" entah sejak kapan tepatnya, manisnya itu menjadi bermulut pedas seperti ini ia pun tak menyadarinya. Padahal sebelumnya ucapan pemuda sipit itu teramat manis dan halus tak sarkas dan menohok seperti ini. Tapi tak peduli mau seperti apapun manisnya itu Jusuf tetap cinta kok.

"Mau langsung aa' lamar kah dek?" tanya Jusuf seraya menaik-turunkan alis-nya, Jeno yang melihat itu hanya mampu meringis pelan. Sepertinya otak gus muda itu benar-benar sudah sangat rusak.

"Terserah gus!!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Rayan hanya terkekeh pelan ketika melihat mata manisnya yang berbinar begitu melihat satu cup es krim yang tengah di bawa-nya.

"Kamu sudah menunggu lama?" Haechan menggeleng seraya menggeser tubuhnya, mempersilakan gus muda itu untuk duduk di sebelahnya.

"Gak kok, gue baru aja sampe. Tadi di anterin Jeno sama Jusuf" kata Haechan sembari menerima satu cup es krim yang pemuda tampan itu sodor-kan ke arahnya.

"Oh ya? Sekarang mereka berdua ada dimana?" tanya gus Rayan berbasa-basi.

"Mau keliling katanya" jawab Haechan seraya menyuap-kan es krim rasa coklat itu ke dalam mulutnya.

"Chan" Haechan melirik ke arah gus Rayan yang sekarang ini tengah menatapnya dengan intens.

"Kenapa?" tanya Haechan heran ketika melihat gelagat gus muda itu yang terlihat sangat aneh di matanya.

"Sa-saya ingin berbicara serius dengan kamu" Rayan sedikit gugup, tapi ia yakin bisa melakukan ini tanpa kesalahan.

"Kamu mau engga jadi pacar saya?"

"Hah?!!"

TBC

Maaf baru bisa update, maaf udah bikin kalian nunggu lama tapi malah di bales dengan update gj seperti ini sorry ya.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang