Rayan hanya mampu menggeram kesal ketika melihat Haechan yang tengah bertengkar bersama dengan Jisung, tangan si manis yang tengah bertengger di bahu Jisung adalah pusat perhatiannya sekarang. Ada rasa tak suka ketika pemuda manis itu bersentuhan dengan orang lain selain dengannya.
"Kebiasaan banget sih ini setan satu!" kata Haechan sembari mencengkram bahu tegap Jisung dengan penuh kekesalan.
"Cepat minggir saya mau makan" kata Jisung sembari menatap wajah manis Haechan dengan datar.
"Minggir?, enak banget ya lu kalau nge-bacot seharusnya gue yang bilang begitu sama lu. Mau sampe kapan sih lu nyerobot antrian gue mulu? cape tau gak adu bacot mulu sama lu setiap pagi" sungguh Haechan benar-benar sudah sangat muak dengan Prilaku pemuda tinggi itu yang memang tak pernah ramah kepadanya.
"Saya tak menyerobot antrian, tapi kamu yang menghalangi jalan tubuh pendek kamu itu benar-benar menganggu pandangan saya" mata bulat Haechan sukses melotot begitu mendengar ucapan pemuda tinggi itu barusan.
"Chan sudah, lebih baik kita berdua makan di warteg saja seperti biasa" kata Jeno sembari menarik lengan Haechan, sebelum pemuda manis itu melayangkan tinju nya pada wajah Jisung dan kembali membuat masalah.
"Ck, awas lu urusan kita belum selesai" kata Haechan sembari menatap wajah Jisung dengan penuh permusuhan.
"Sudah tenang?" Haechan menggeleng pelan seraya menghela nafas kasar.
"Gue masih kesel" jawab Haechan seraya memijat pangkal hidungnya, sungguh berurusan dengan Jisung selalu mampu membuatnya sakit kepalanya.
"Kan tadi sudah saya bilang langsung ke warteg saja tak perlu mampir ke kantin dulu" kata Jeno yang langsung di angguki oleh si manis, benar juga seharusnya Haechan tadi tak memberi usulan untuk pergi ke kantin terlebih dahulu.
Seharusnya dirinya tau jikalau tujuannya pergi ke kantin untuk makan itu selalu berakhir dengan adu mulut, sebenarnya Haechan sangat penasaran dengan makanan yang di masak oleh ibu-ibu kantin karena dari hari pertama dirinya masuk Pondok sama sekali belum pernah menyicipi.
"Jisung bangsat memang!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jusuf terkekeh pelan ketika melihat Jeno yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam, ingin rasanya Jusuf mencium pemuda manis itu sekarang juga.
"Tolong minggir saya mau lewat" Jusuf tak bergeming, pemuda tampan itu malah semakin asik memandangi wajah Jeno. Membuat yang di tatapannya merasa risih karenanya.
"Gus!" Jeno menatap tajam Jusuf yang baru saja mencium pipinya tanpa izin, ingin sekali rasanya Jeno menendang wajah sok tampan Jusuf sekarang juga.
"Woy lu apain temen gue?!" dari kejauhan terlihat Haechan yang tengah berjalan ke arah mereka seraya menatap Jusuf dengan tajam, di belakangnya ada Rayan yang tengah berjalan dengan santai.
"Jen lu gak apa-apa?" tanya Haechan sembari memutar-mutar tubuh Jeno, memastikan jikalau teman sipit nya itu tak terluka.
"Saya tak apa-apa Chan" kata Jeno sembari menepuk-nepuk pundak si manis untuk menenangkan.
"Syukurlah" kata Haechan sembari memeluk tubuh Jeno membuat Rayan dan Jusuf yang melihat itu mendelik tak suka.
"Kamu kok bisa sama gus Rayan Chan?" tanya Jeno bingung.
"Tau tuh setan satu dari tadi ngintilin gue mulu" jawab Haechan seraya melirik sinis ke arah Rayan.
"Haechan!, sudah berapa kali saya bilang? Bersikap sopan dengan saya. Saya ini lebih tua dari kamu loh" kata Rayan sembari menatap wajah manis Haechan dengan tajam.
"Ck, iya-iya bawel banget sih jadi orang" kata Haechan kesal sembari menarik tangan Jeno untuk menjauh dari kedua gus itu.
"Chan saya rasa ada yang salah dengan gus Rayan dan Jusuf" kata Jeno yang langsung di angguki setuju oleh si manis.
"Bener, mereka makin stres kayaknya" Jeno menggaruk kepalanya yang tak gatal begitu mendengar ucapan si manis barusan, sebenarnya bukan itu yang dirinya maksud tapi melihat si manis yang begitu antusias jadi dirinya lebih memilih diam.
"Hmm, sepertinya" kata Jeno menimpali.
"Jen lu besok mau pulang gak?" tanya Haechan sembari melirik ke arah pemuda sipit itu.
"Pulang?, hmm sepertinya tidak" jawab Jeno seraya menggeleng pelan.
"Loh kenapa?, emangnya lu gak kangen sama keluarga lu apa?" Jeno hanya diam tak berniat menanggapi ucapan si manis barusan, membuat Haechan yang melihat itu mau tak mau harus mencari topik lain.
"hmm, gak apa-apa kalau lu belum mau cerita. Tapi jangan lupa kalau lu punya gue buat berkeluh kesah, ok?" kata Haechan sembari menepuk-nepuk pundak Jeno beberapa kali.
"Makasih Chan" kata Jeno seraya merangkul pundak Haechan, kemudian kedua pemuda manis itu berjalan beriringan menuju kamar keduanya.
"Mereka hanya teman kan?" kata Rayan seraya menggepalkan tangannya dengan erat, dirinya tak suka ketika Jeno menyentuh manisnya seperti itu walaupun pemuda sipit itu adalah teman Haechan sekalipun tapi tetap saja rasanya tak rela.
"Tapi bagaimana kalau mereka berdua memiliki hubungan?" kata Jusuf menimpali.
"Ck, tak mungkin jika kedua pemuda manis seperti itu memiliki hubungan tapi jika memang benar siapa yang akan memimpin?" kedua pemuda tampan itu saling melirik seraya menggelengkan kepalanya dengan ribut.
"Tak mungkin jika Jeno kan?" setelah mengatakan itu Jusuf langsung berlari menghampiri Haechan dan Jeno yang sudah menjauh dari mereka berdua, kemudian di susul oleh Rayan setelahnya.
"Kalian berdua tak boleh bersama!!"
TBC
Aneh kan ceritanya? Bodo lah yang penting gue dah update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"