Rayan langsung memeluk pinggang Haechan dengan mesra, ketika pemuda manis itu berniat melarikan diri darinya lagi.
"Mau kemana hmm?" tanya gus Rayan sembari menciumi pipi bulat si manis dengan gemas.
"Bukan urusan situ!!" jawab si manis ketus sembari berusaha melepaskan tangan Rayan yang tengah memeluk pinggangnya.
"Sayang" Rayan membalik tubuh manisnya untuk menghadap ke arahnya, kemudian pemuda tampan itu mencium kening si manis dengan penuh kasih sayang.
"Kamu cemburu?" tanya Rayan sembari menatap wajah si manis yang memerah dengan intens.
"Dih mimpi lu!!" kata Haechan ketus sembari menatap gus Rayan dengan penuh permusuhan.
"Kalau kamu tak suka melihat saya dekat-dekat dengan Rina kenapa kamu tak bilang saja?, dan juga kenapa kamu harus berpura-pura berkencan dengan Jisung hanya agar melihat saya cemburu seperti tadi" Haechan hanya mampu diam tak berniat menanggapi ucapan gus Rayan sama sekali, pemuda manis itu terlanjur malu karena gus Rayan sudah mengetahui semua rencananya.
"Kamu tak bisa mengelak lagi kan manis?" Haechan mengatur nafasnya sebentar sebelum dengan berani menatap pemuda tampan yang tengah mengelus rambutnya itu.
"Dih siapa yang cemburu sih?, gak usah ngaco deh" gus Rayan hanya mampu terkekeh pelan ketika manisnya masih tak mau jujur.
"Hmm, tidak ya? Baiklah jika begitu lebih baik sama kembali menemani Rani berbelanja saja" mata bulat si manis sukses melotot begitu mendengar ucapan gus Rayan barusan.
"Penting banget kayaknya dia bagi situ" kata Haechan sembari mendorong tubuh gus Rayan untuk menjauh darinya.
"Hmm, karena dia teman masa kecil saya jelas dia sangat berharga" kata gus Rayan seraya mulai berjalan menjauhi si manis.
"Berharga ya? Kalau gitu kenapa gak di jual aja?" gus Rayan langsung menoleh ke arah Haechan begitu mendengar ucapan pemuda manis itu barusan.
"Karena dia bukan benda sayang" kata gus Rayan sembari terkekeh pelan ketika melihat wajah kesal si manis.
"Di pasar gelap kan bisa"
"Saya seorang gus sayang, bukan kriminal"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Gus mau bawa saya kemana?" tanya Jeno seraya meringis pelan ketika lengannya di tarik terlalu kasar oleh gus Jusuf.
"Nanti juga kamu akan tau" jawab Jusuf ketus tanpa menoleh ke arah manisnya sama sekali.
"Lepaskan!! Saya tak ingin ikut dengan gus!!" Jusuf menggeram marah ketika manisnya terus memberontak.
Plak
Detik itu juga Jusuf langsung mengumpati dirinya sendiri begitu sadar dengan apa yang sudah dirinya lakukan barusan.
"Jen, maaf saya tak bermaksud" Jusuf panik bukan main ketika melihat manisnya yang sudah menangis di hadapannya.
"Menjauh!! Menjauh!! Menjauh dari saya!!" Jeno berteriak histeris seraya menatap gus Jusuf dengan ketakutan.
"Jen" Jusuf berusaha mendekati manisnya, namun pemuda sipit itu berteriak dengan keras ketika melihat dirinya akan mendekat.
"Jeno anak baik mama, Jeno anak baik mama tolong jangan kurung Jeno di gudang lagi. Jeno takut disana gelap sekali Jeno tak bisa melihat apapun" hati Jusuf berdenyut nyeri begitu mendengar teriakan manisnya barusan, apakah manisnya memiliki trauma masa lalu?.
"Jen tenang saya tak akan menyakiti kamu lagi, saya minta maaf tentang tadi" hati Jusuf sakit sekali ketika melihat manisnya yang menangis dengan keras, seraya terus bergumam kalau dia adalah seorang anak yang baik.
"Jeno!!" mata bulat si manis sukses melotot begitu teman sipit nya yang tengah menangis dengan keras di area parkiran, bahkan es krim yang di pegang nya sampai terjatuh begitu melihat keadaan teman sipit nya itu.
"Menjauh!! Menjauh!! Jeno tak mau masuk gudang lagi!! Tidak mau!! Mama jahat kenapa melempar Jeno dengan vas bunga? Itu sakit sekali kepala Jeno sampai berdarah, tidak jangan tinggalkan Jeno disini mama!! Jeno anak baik. Jeno anak baik jadi jangan buang Jeno, Jeno mohon" Haechan menggigit bibir bawahnya dengan keras ketika melihat keadaan mengenaskan sang teman, kemudian pandangan pemuda manis itu teralih ke arah gus Jusuf yang masih berusaha menenangkan sang teman.
"Lu apain temen gue bangsat?!!" dengan cepat pemuda manis berjalan ke arah gus Jusuf, tanpa rasa takut sama sekali pemuda manis itu menarik kerah baju yang Jusuf kenakan dengan kasar.
"Bear tenang" Rayan segera menarik tubuh si manis yang hendak meninju wajah adiknya, kemudian pemuda tampan itu membawa tubuh berisi si manis kedalam pelukannya seraya mengucapkan kata-kata penenang.
"Mama!! Mama!!" Jusuf sudah tak tahan lagi, dia sudah tak sanggup lagi ketika melihat manisnya yang terus berteriak seraya memanggil nama ibunya.
Grep
"Tenang sayang, tenang" Jusuf tak pedulikan tubuhnya yang terus di tinju oleh Jeno, dirinya tahu rasa sakitnya tak sebanding dengan rasa sakit yang di alami oleh manisnya.
"Lepas!! Lepas!!" tangisan Jeno kian keras terdengar ketika tubuhnya makin di dekap dengan erat oleh Jusuf.
"Maaf, maaf. Maafkan saya karena telah menyakiti kamu tapi saya pastikan kejadian itu tak akan terulang lagi"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jusuf mendudukkan tubuh di atas kursi yang terletak di depan pintu kamar Haechan dan juga Jeno, sesekali pemuda tampan itu akan melirik ke arah pintu yang masih senantiasa tertutup dari empat jam yang lalu.
"Makan dulu Suf, nanti kamu sakit" Jusuf menoleh ke arah sang kakak yang tengah berjalan ke arahnya sembari menentang kantong plastik kresek.
"Saya tak lapar" kata Jusuf ketus seraya mulai menutup matanya kembali.
"Tapi kamu harus makan" kata Rayan sembari mendudukkan tubuhnya di samping sang adik.
"Kakak saja, aku bisa nanti" Rayan hanya mampu menghela nafas ketika mendengar ucapan sang adik barusan.
"Benar-benar budak cinta"
"Membutuhkan kaca?"
TBC
Maaf baru bisa update soalnya aku baru aja sembuh, belum total sih tapi lumayan mendingan lah jadi aku putusin buat update hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"