Haechan hanya mampu terdiam ketika mendengar ucapan gus Rayan barusan, ia sama sekali tak pernah berpikir akan di tembak seperti ini oleh gus muda itu. Walaupun tak terkesan romantis karena gus Rayan tak memberikannya se-tangkai bunga ataupun membaca puisi terlebih dahulu sebelum menyatakan perasaannya.
Gus muda itu hanya memberikannya satu cup es krim rasa coklat sebelum memintanya untuk menjadi kekasihnya, namun hal sesederhana seperti itupun sudah mampu membuat pipi bulat-nya sukses memerah.
"Gus serius?" tanya Haechan seraya menatap gus Rayan dengan malu-malu.
"Tentu saya serius, benar-benar serius" sebenernya di lihat dari raut wajahnya pun Haechan sudah tahu, namun ia ingin mematikannya terlebih dahulu sebelum merasa besar kepala.
"Kamu tak perlu menjawabnya sekarang, saya akan memberikan kamu waktu untuk berpikir terlebih dahulu" kata gus Rayan seraya mengusap sudut bibir si manis yang terkena oleh lelehan es krim dengan penuh kasih sayang.
"Gus--" nafas Haechan tercekat ketika memanggil nama pemuda tampan itu, ia rasa tak akan pernah bisa melanjutkan ucapannya barusan. Namun pemuda tampan yang berada di hadapannya ini butuh jawaban cepat ataupun lambat.
"Gue mau" kata Haechan seraya menatap gus Rayan dengan sungguh-sungguh.
"Hah?!!" kini giliran Rayan yang langsung terdiam begitu mendengar ucapan manisnya barusan.
"Chan kamu tak bercanda kan?" setelah beberapa detik mencerna kata-kata si manis barulah pemuda tampan itu kembali berbicara.
"Menurut situ?!" kata Haechan ketus seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, tak ingin melihat wajah gus Rayan untuk sekarang ini yang kemungkinan bisa membuat rasa malu-nya kian bertambah.
"Berarti kita sekarang--" Rayan benar-benar tak menyangka jikalau pada akhirnya cintanya di terima oleh pemuda manis itu, memang butuh perjuangan untuk bisa meluluhkan hati si manis namun kini perjuangannya itu sudah terbayar tuntas.
"Pacaran" kata si manis dengan pipi bulat-nya yang benar-benar sudah semerah tomat, rasanya malu sekali ketika ia malah kalah oleh pesona gus muda itu. Padahal ia yakin masih lurus tapi kenapa setiap perhatian yang pemuda tampan itu berikan selalu bisa membuatnya merasa nyaman.
"Kalau begitu mulai sekarang kamu bisa memanggil saya dengan sebutan sayang dong"
"Dih ogah!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Jen memang saya kurang apa? Kenapa kamu tak mau menjadi kekasih saya?" kata Jusuf seraya menatap manisnya dengan tatapan sok sedihnya.
"Kurang akhlak" Jusuf hanya mampu meringis begitu mendengar ucapan Jeno barusan, apa sikapnya benar-benar sudah berbeda jauh dari yang dulu? Jika memang iya lalu kenapa ia tak menyadarinya.
"Jen" Jusuf berdiri tepat di hadapan manisnya yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam, lalu tanpa permisi pemuda tampan itu mencuri satu ciuman di bibir Jeno. Beruntung lah mereka tengah berada di tempat yang sepi jadi mereka tak khawatir akan kepergok oleh orang lain.
"Gus!!" Jeno menatap nyalang gus Jusu yang sekarang ini tengah menatapnya dengan datar.
"Jadi pacar saya dengan suka rela, atau kamu ingin saya kasari terlebih dahulu" Jeno mendadak menciut begitu melihat tatapan gus Jusuf yang kelewat dingin, matanya yang tadi tengah menatap gus Jusuf dengan tajam tiba-tiba saja berubah menjadi tatapan seokor anak anjing yang minta di kasihani.
"Gus sa--" Jeno tak sanggup melanjutkan ucapannya lagi, ia benar-benar tak bisa berhadapan dengan Jusuf mode begini.
"Jadi? Kamu mau kan menjadi pacar saya" Jeno hanya mampu menunduk seraya menggigit bibir bawahnya, ia tak tahu harus mengiyakan atau tidak di satu sisi ia memang memiliki rasa kepada gus muda itu. Namun di sisi lain perasaan takut akan di sakiti tiba-tiba saja muncul.
"Kamu tak usah khawatir, karena saya tak akan menyakiti kamu apapun yang terjadi. Saya tak akan membuat trauma kamu semakin memburuk. Justru saya akan membuatnya sembuh dengan cara apapun" Jusuf tahu betul dengan rasa takut yang manisnya tengah alami, ia juga tahu alasan selama ini kenapa pemuda sipit itu terus menolaknya karena Jeno takut dengan yang namanya pengkhianatan. Jeno takut jikalau suatu saat nanti dirinya sampai berpaling ke orang lain.
"Jen saya berjanji tak akan pernah mengkhianati kamu apapun yang terjadi, saya berjanji tak akan pernah berpaling dari kamu. Saya juga berjanji jikalau hanya ada nama kamu di hati saya" siapa yang tak terharu begitu mendengar ucapan gus muda itu barusan, Jeno tak mungkin bisa menahan air matanya begitu mendengar ucapan gus Jusuf yang ke lewat halus itu.
"Saya ingin menjadi kekasih gus" kata Jeno sembari menyembunyikan wajahnya yang sudah berlinang air mata ke dada bidang Jusuf, yang langsung di sambut pelukan oleh pemuda tampan itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tok
Tok
Tok
"Bola coklat!! Kamu ada di dalam?!!" teriak Rayan seraya mengetuk pintu kamar Haechan dan Jeno dengan sedikit brutal, sebab ia rindu karena sudah tak melihat sang kekasih selama dua hari karena ia dan Jusuf baru saja pulang dari luar kota.
Cklek
"Koko?" begitu pintu kamar itu terbuka Rayan langsung saja memeluk tubuh sang kekasih dengan penuh kasih sayang.
"Kangen" kata Rayan seraya menghirup aroma si manis yang sudah dirinya rindukan selama dua hari ini.
"Kapan pulang?" tanya Haechan seraya membalas pelukan sang kekasih.
"Baru saja kami tiba" kata Rayan sembari mencuri satu ciuman dari pipi bulat si manis.
"Terus kenapa koko langsung kesini?, kenapa gak istirahat dulu di kamar?"
"Koko mau lepas rindu sama bola coklat kesayangan koko ini"
TBC
Mau di tamatin sekarang atau gas sampe lima puluh chap?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"