Dengan penuh kasih sayang Haechan mengelus rambut sang adik, berharap setidaknya itu bisa membuat sang adik merasa lebih baik.
"Kakak ikut kan?" tanya Jeno seraya menatap sang kakak dengan penuh permohonan.
Haechan hanya tersenyum seraya menggeleng pelan "Lu gak usah khawatir, gue ada disini. Gue gak akan pergi kemanapun sebelum masalah kalian selesai" Jeno meremat tangan sang kakak untuk yang kesekian kalinya, ia ingin egois agar pemuda manis itu ikut juga dengannya namun ia juga tak mau jika nanti sang kakak akan terluka karena keinginannya itu.
"Kalau Jeno pergi kesana, apa semuanya akan baik-baik?" Haechan hanya mengangguk seraya membawa pemuda sipit itu agar segera turun dari dalam mobil.
"Tentu, gue percaya Jusuf gak akan ngebiarin lu lecet sedikit pun" kata Haechan begitu sesudah menutup pintu mobil dengan sedikit kasar, jujur saja ia memang tak setuju dengan ide gus muda itu tapi apa yang Jusuf kemarin katanya ada benarnya juga.
"Gue emang gak suka sama dia, tapi gue juga percaya kalau dia bisa jagain lu lebih baik dari gue. Maka dari itu gue lebih baik nunggu disini aja kalau emang lu butuh bantuan jangan ragu buat nerikin nama gue, gue otw dateng nanti" kata Haechan yang sama sekali tak di dengarkan oleh Jeno, karena begitu melihat penampakan kampung yang sudah tak di lihat-nya selama delapan tahun itu. Nafas Jeno tiba-tiba saja memburu sepertinya trauma pemuda sipit itu akan kambuh kembali.
"Jen?!!" Haechan panik ketika melihat sang adik yang mulai menangis seraya bergumam tak jelas.
"Jeno kenapa?!!" dari kejauhan terlihat gus Rayan dan gus Jusuf yang tengah berjalan seraya membawa beberapa kantong belanjaan.
"Gak tau, dia tiba-tiba aja nangis" kata Haechan seraya menggeser tubuhnya, memberi ruang kepada gus Jusuf untuk memeluk manisnya yang masih menangis.
"Tenang sayang, tenang aa' ada disini" kata Jusuf seraya membawa tubuh sang kekasih kedalam pelukannya.
"Kamu baik-baik saja sayang?" Haechan hanya mengangguk seraya mengambil alih kantong plastik dari tangan sang kekasih.
"A'." cicit Jeno seraya mendongak, menatap wajah tampan sang kekasih yang tengah tersenyum manis ke arahnya.
"Kenapa sayang?" tanya Jusuf seraya mencium kening manisnya dengan penuh kasih sayang.
"Ayo" kata Jeno seraya melepaskan pelukannya.
"Mau sekarang?" tanya Jusuf seraya mengusap sisi air mata di pipi sang kekasih.
"Gak mau makan dulu Jen?" tanya Haechan yang tengah memakan bubur yang sang kekasih belikan.
"Jika tak cepat maka kita akan berada semakin lama disini, dan Jeno tak suka itu" kata Jeno seraya menarik tangan sang kekasih dengan tak sabaran.
"Gue titip dia, lu harus bisa jaga dia selama ada disana jangan sampe pulang-pulang dia lecet sedikitpun" kata Haechan sembari menatap Jusuf dengan tajam.
"Tak perlu kamu minta sekalipun, saya pasti akan menjaga Jeno dengan sangat baik" kata Jusuf seraya menatap si manis dengan tak kalah tajam.
"Kita duluan, assalamualaikum!!"
"Waalaikumsalam!!" Haechan menatap nanar punggung sang adik yang mulai menjauh, ada rasa gelisah ketika membiarkan mereka berdua saja yang pergi.
"Mereka pasti baik-baik saja, kamu tak perlu terlalu khawatir bola coklat"
"Semoga, semoga aja"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
"A'." Jusuf melirik ke arah manisnya yang akhirnya mau berbicara setelah terdiam sendari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"