Fakta Mengejutkan

1.2K 217 30
                                    

Jeno menoleh ke arah sang kekasih yang baru saja bertanya, pemuda sipit itu menaruh buku yang tengah di bacanya ke atas nakas. Kemudian menggeser tubuhnya mendekati kekasih gemil nya itu.

"Umur lu tuh sebenernya berapa sih Jen?" tanya Haechan sembari menyandarkan kepalanya di pundak sang kekasih.

"Sembilan belas tahun, memangnya kenapa?" mata bulat si manis sukses melotot begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Seriusan? Berarti lu lebih muda dari gue dong" kata si manis seraya mencebikkan bibirnya dengan kesal.

"Umur kamu duapuluh dua kan? Berarti kita hanya berbeda tiga tahun saja, lagipula kamu tak setua itu di mata saya kok" pipi bulat si manis sukses memerah begitu mendengar ucapan kekasih sipit nya barusan.

"Ngomong-ngomong kamu tak berkerja Chan?" tanya Jeno bingung sembari mengusap rambut hitam sang kekasih dengan penuh kasih sayang.

"Gue masih sekolah, sma kelas tiga harusnya tahun ini gue lulus" Jeno mengeryit bingung begitu mendengar ucapan kekasih manisnya barusan.

"Kamu masih bersekolah? Saya kira kamu sudah berkerja" Haechan menggeleng pelan sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang kekasih.

"Hmm, soalnya gue pernah gak naik kelas jadi ya gitu" kata Haechan sembari menggenggam jempol Jeno menggunakan jemarinya mungilnya.

"Kalau lu?" Jeno melirik ke arah si manis yang tengah menatapnya dengan penasaran.

"Kalau saya tidak bersekolah, dari umur sebelas tahun saya sudah mondok disini" jelas Jeno sembari membawa tubuh berisi sanh kekasih untuk duduk di atas pangkuannya.

"Sekalian pun belum pernah sekolah?" Jeno menggeleng sembari mencuri satu ciuman di pipi bulat si manis.

"Pernah itupun hanya sampai taman kanak-kanak saja, baru satu bulan bersekolah saya sudah disuruh untuk berhenti" si manis mengeryit bingung begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Cuma sampe tk doang?" Jeno mengangguk seraya terkekeh pelan ketika melihat raut wajah si manis yang tampak tengah kesal.

"Itu lu yang milih berhenti atau ibu lu yang nyuruh?" Jeno hanya tersenyum manis seraya menurunkan sang kekasih dari atas pangkuannya.

"Saya" kata Jeno sembari beranjak dari atas ranjang-nya, kemudian pemuda sipit itu berjalan ke arah meja belajarnya.

"Bohong!! Pasti ibu lu yang nyuruhkan?!" kata Haechan sembari menatap sang kekasih dengan penuh selidik.

"Sudah Chan, kita tak perlu membahas ini lagi lagipula sudah sangat terlambat kalau saya bersekolah sekarang" Haechan merebahkan tubuh berisi nya di atas ranjang milik sang kekasih, kemudian pemuda manis itu melirik sang kekasih yang tengah berkutat di atas meja belajarnya.

"Lu benci gak sama dia?" tanya Haechan tiba-tiba.

"Sama?" tanya Jeno bingung.

"Ibu lu" Jeno terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang sang kekasih ajukan.

"Tidak! Saya tak membenci mama sama sekali" Haechan mendecih pelan begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Kenapa? Bukannya dia gak pernah sayang sama lu, lu aja bahkan di lempar sama vas bunga" nafas Jeno langsung tercekat begitu mendengar ucapan kekasih manisnya barusan

"Kamu tahu darimana?" tanya Jeno sembari berdiri dari duduknya, kemudian berjalan dengan tergesa ke arah sang kekasih.

"Lu sendiri yang bilang, waktu insiden lu yang di tampar sama Jusuf waktu itu trauma lu juga kambuh. Dan--" ucap Haechan terpotong kala melihat Jeno yang tengah menatapnya dengan tajam.

"Cukup!! Jangan bahas itu lagi, saya mohon" kata Jeno sembari mencengkram lengan sang kekasih dengan erat.

"Ahk! Ok, ok tapi lepasin tangan gue dulu itu sakit" kata Haechan yang mampu membuat kesadaran Jeno tertarik kembali.

"Maaf saya tak bermaksud" kata Jeno sembari mengelus lengan si manis yang tadi di cengkeram-nya.

"Besok gue mau pulang" kata Haechan sembari menatap sang kekasih dengan serius.

"Tidak!! Jangan pulang saya minta maaf tolong kamu jangan pergi, tolong jangan tinggalkan saya" Haechan hanya terkekeh pelan ketika melihat raut wajah sang kekasih yang tampak panik.

"Gue pulang ke rumah karena besok peringatan hari kematian ibu, bukan karena marah sama lu" Jeno menghela nafas lega begitu mendengar ucapan sang kekasih barusan.

"Bukan karena marah dengan sayang?" Haechan mengangguk seraya mencuri satu cium di pipi sang kekasih.

"Besok lu mau menemani gue pulang kan?"

"Tentu"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Chan bisa kita bicara sebentar?" Haechan menoleh ke arah sang ayah yang baru saja memanggilnya.

"Kamu boleh pergi, saya tak apa" kata Jeno sembari mengusap rambut hitam sang kekasih dengan penuh kasih sayang.

"Gue tinggal sebentar ya" kata Haechan sembari berjalan menghampiri sang ayah yang tengah menunggunya.

"Ingin bicara soal apa?" bukannya menjawab Johnny malah meminta sang anak untuk duduk terlebih dahulu.

"Ini tentang teman kamu" tubuh si manis mendadak menegang begitu mendengar ucapan sang ayah.

"Kenapa sama dia emang?" kata Haechan sembari melirik ke segala arah, tak ingin melihat ke arah sang ayah untuk sekarang ini.

"Dia--" nafas Haechan langsung tercekat begitu mendengar ucapan sang ayah barusan.

"Ayah bercanda!! Itu gak mungkin!! Jangan bohong kepada Haechan, Haechan tau ayah mengatakan ini semua karena ayah sudah tau Haechan dan Jeno berpacaran kan?. Makanya ayah mengatakan itu agar Haechan dan Jeno putus" mata Johnny sukses melotot begitu mendengar ucapan sang anak barusan.

"Haechan kamu berkencan dengan dia!!? Apa kamu sudah tak waras!!" teriak Johnny sembari menatap sang anak dengan tajam

"Mau berkencan ataupun tidak itu bukan urusan ayah" kata Haechan sembari berlalu pergi meninggalkan sang ayah yang sekarang ini tengah meneriaki namanya.

"Gak mungkin, ini semua pasti bohong. Gak mungkin kalau Jeno--"

TBC

Gimana nih chap kali ini?, bagus gak kira-kira menurut kalian.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang