Masuk Pondok

7.1K 373 19
                                    

Plak

Tamparan keras itu mendarat di atas pipi bulat pemuda manis yang sekarang ini sudah tersungkur ke atas lantai.

"Kamu benar-benar sudah membuat ayah malu Haechan!!" teriak seorang pria paruh baya seraya menatap anak satu-satunya itu dengan tajam.

"Malu?" tanya pemuda manis berpipi gemil itu seraya terkekeh pelan.

"Rupanya ayah masih punya rasa malu setelah dengan tega nya ayah menyelingkuhi ibu" kata Haechan sinis seraya menatap wajah sang ayah yang masih terlihat tampan itu dengan tajam.

"Ayah pikir aku begini gara-gara siapa?!!, kalau saja ayah bisa sedikit menahan diri mungkin sekarang ini ibu masih ada!!" teriak Haechan seraya memukuli dada bidang sang ayah dengan penuh amarah.

Johnny hanya mampu diam begitu mendengar ucapan sang anak barusan, ada rasa tak tega di hatinya begitu melihat sang anak yang dulunya sangat ceria sekarang ini malah menjadi anak yang sangat rapuh seperti ini.

"Ayah tau ayah salah tapi bukan berarti perbuatan kamu itu bisa ayah benarkan" kata Johnny sembari mengelus rambut hitam sang anak dengan penuh kasih sayang.

"Jangan sok perhatian, gue gak butuh" kata si manis sarkas seraya berlalu pergi dari ruang tamu rumahnya, meninggalkan sang ayah yang sekarang ini tengah menatap punggungnya dengan nanar.

"Satu kesalahan ku ternyata mampu membuat rumah tangga yang ku bangun dengan susah payah hancur seketika" kata Johnny sembari mendudukkan tubuhnya di atas sofa, kemudian setelahnya pria paruh baya itu terisak pelan seraya menyesali perbuatan nya di masa lalu.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Haechan menengguk minuman beralkohol yang tengah di minum nya hingga tandas, mengabaikan tenggorokan nya yang sekarang ini terasa sangat panas.

"Sialan!, ayah bener-bener bikin gue emosi mulu setiap kali kita ketemu" kata Haechan kesal sembari menyodorkan gelas nya yang sudah kosong ke arah bartender yang sekarang ini tengah menatapnya dengan khawatir.

"Chan lu bisa berhenti minum?, inget chan lu tu orang islam. Lu tau kan hal yang kaya begini haram dalam agama lu" Haechan hanya mendecih kesal begitu mendengar ucapan bartender itu barusan.

"Ayolah jun, apa lu gak bosen ngomong kaya gini mulu setiap kali gue datang ke bar lu?" tanya Haechan kesal seraya menatap wajah tampan pemuda tinggi itu dengan amat sangat tajam.

"Gue kaya gini juga karena kasihan sama lu tau?" kata Yeonjun kesal sembari menyodorkan minuman yang sudah dirinya racik ke arah si manis.

"Thanks rasa kasihan nya, tapi gue gak butuh" kata si manis sarkas seraya kembali menengguk minuman beralkohol itu dengan santai.

"HAECHAN PRATAMA PRAWIRA!!" Haechan langsung tersedak minumannya begitu dirinya mendengar suara sang ayah yang baru saja meneriaki namanya.

"Uhuk... Uhuk... mampus gue" pemuda manis itu meringis pelan ketika dirinya melihat raut wajah sang ayah yang tampak sangat marah.

"Baru saja kita bertengkar karena masalah yang kamu buat di sekolahan, dan sekarang ini kamu malah sudah membuat masalah baru lagi!!" Teriak Johnny kesal seraya berdiri tepat di hadapan sang anak yang sekarang ini tengah menatapnya dengan ketakutan.

"Ayo pulang!!" kata Johnny tegas seraya menarik tangan sang anak dengan kasar untuk pergi dari tempat terkutuk itu.

"Mau sampai mana lagi kamu mengecewakan ayah Haechan?" Haechan hanya mampu diam, pemuda manis itu tak punya kata-kata untuk melawan sang ayah sekarang ini.

"Ayah benar-benar sudah sangat muak dengan semua prilaku kamu selama ini, mulai sekarang lebih baik kamu bereskan semua pakaian kamu dari rumah ayah. Kita hidup secara terpisah saja mulai sekarang karena ayah benar-benar sudah tak mampu mengurus kamu lagi" air mata Haechan langsung terjatuh begitu mendengar ucapan sang ayah barusan, apa katanya?. Sang ayah mau membuangnya begitu saja? Setelah semua hal buruk yang Haechan terima sekarang ini sang ayah malah mau membuangnya jauh-jauh dari kehidupannya begitu saja.

Pemuda manis itu hanya mampu terkekeh pelan dalam tangisnya, menurutnya takdir nya ini benar-benar sangat lucu setelah dirinya di tinggalkan oleh sang ibu. Dan sekarang keluarga satu-satunya yang dirinya punya malah ingin menelantarkan nya begitu saja.

"Ayah ingin kamu menjadi anak yang pandai beribadah bukannya malah berbuat dosa seperti yang kamu lakukan barusan" kata Johnny seraya berbalik, menatap sang anak yang sekarang ini sudah berderai air mata.

"Ayah saja tak pernah mengajarkan lalu aku akan pandai darimana?" kata si manis sembari mengusap air matanya yang keluar tanpa permisi dengan kasar.

"Aku bodoh karena ayah, bukan kesalahan ku. Ayah tak pernah mau menyempatkan waktu hanya untuk sekedar sholat bersama, ayah akan langsung pergi begitu sudah memberikan ku uang tanpa mau bertanya terlebih dahulu. Apa hariku baik atau tidak" kata Haechan sembari menggepalkan tangannya dengan kuat.

"Nak-" Johnny tak sanggup berucap begitu melihat sang anak yang terlihat sangat rapuh sekarang ini.

"Maafkan ayah, maafkan ayah karena tak bisa menjadi ayah yang baik. Ayah benar-benar minta maaf karena tak bisa mengerti dengan keadaan kamu selama ini" kata Johnny seraya membawa tubuh berisi sang anak yang tengah bergetar hebat kedalam pelukannya.

"Mulai sekarang kamu harus belajar tanpa ayah ya?, kamu harus belajar dengan rajin di sana. Cobalah berbaur dengan yang lain agar kamu tak merasa kesepian lagi, ayah benar-benar sangat menyayangi kamu ayah mengirim kamu jauh dari ayah bukan karena benci tapi karena ayah ingin kamu menjadi anak yang lebih baik. Ayah janji setelah kamu sudah lebih pandai nanti kita akan segera bertemu tapi sebelum itu kamu harus belajar untuk hidup mandiri terlebih dahulu" kata Johnny seraya mencium rambut hitam sang anak dengan penuh kasih sayang.

"Hiks... Maksud ayah apa?" tanya si manis seraya menatap wajah tampan sang ayah dengan penuh tanda tanya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Haechan menatap bangunan Pondok berlantai tiga itu dengan tatapan tak percaya nya, apa ayahnya sudah gila dengan mengirimkan nya ke tempat seperti ini.

"Ayah serius?" Johnny hanya terkekeh pelan begitu melihat Haechan yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam.

"Tentu saja serius" jawab Johnny sembari mengusap rambut hitam sang anak dengan penuh kasih.

"Belajar yang rajin ya" Haechan mendelik sinis begitu mendengar ucapan sang ayah barusan.

"Tapi kenapa harus di bandung?, kalau begini caranya aku gak bisa kabur buat pulang ke rumah!!"

TBC

Sesuai janji gue bawain cerita baru dengan genre islami lagi, tapi kali ini gue cuma mau nitip dulu aja.

Soalnya gue cuma bakal publis chap satunya dulu dan di lanjut nanti kalau tanggung jawab gue dah selesai.

Semoga suka ya.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang