Haechan menatap pemuda tampan berkoko biru laut itu dengan penuh permusuhan, sungguh jika saja si manis sudah tak mengenal sopan santun mungkin sekarang ini wajah pemuda tampan itu sudah di tendangnya sendari tadi.
"Siapa ya?" mata bulat si manis sukses melotot begitu mendengar ucapan pemuda tampan itu yang seperti tak merasa berdosa sama sekali.
"Eh mata situ buta atau gimana sih?, atau lu pura-pura gak kenal aja? Kita baru aja tadi pagi ketemu ya!. Dan lu entah sengaja atau gimana nabrak gue sampe gue jatuh anjing! Sakit nih pantat gue asal lu tau, dan lu dengan kurang ajar nya malah langsung pergi gitu aja tanpa minta maaf dulu" kata Haechan kesal sembari menatap wajah pemuda tampan itu dengan amat sangat tajam.
"Oh jadi yang saya tabrak itu kamu ya?, maaf saya tadi kirain tuyul" kata pemuda tinggi itu tanpa beban seraya kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
"Oh?, jadi oh doang gitu anjing?. Gak ada kata maaf nya kah? Dan juga gue gak sependek itu bangsat sampe lu katain tuyul begitu" sungguh ingin rasanya Haechan menendang wajah pemuda tampan itu yang sekarang ini tampak sangat menyebalkan di matanya.
"Gak pendek?" tanya pemuda tampan itu seraya berjalan menghampiri si manis yang sekarang ini tengah menatapnya dengan penuh permusuhan.
"Lain kali tolong sadar diri ya?" mata bulat itu langsung bertemu dengan dada bidang Jisung begitu pemuda tampan itu berdiri tepat di hadapannya.
Haechan sedikit menahan nafas karenanya sungguh pemuda manis itu tak menyangka jika tingginya akan kalah jauh dengan pemuda tampan berkoko biru laut itu.
"Lu aja yang kaya tiang bangsat!" Jeno yang sendari tadi diam hanya mampu menghela nafas begitu melihat pertengkaran kedua pemuda itu.
"Woy mau kemana lu?!, urusan kita belum selesai ya setan jangan pergi dulu!!" teriak Haechan kesal sembari menatap punggung tegap yang sudah menjauh itu dengan penuh permusuhan.
"Udah Chan gak usah di perpanjang lagi, sikap Jisung memang seperti itu jadi kamu tak perlu pikirkan perkataannya tadi" kata Jeno sembari menepuk pundak si manis dengan pelan.
"Bacot!, pokoknya gue gak akan pernah mau berdamai sama dia" kata Haechan sembari mencebikkan bibir dengan kesal.
"Sikap Jisung memang mirip dengan gus Rayan dan gus jusuf, tapi hanya saja Jisung lebih menyebalkan daripada mereka berdua" kata Jeno sembari mengusap-ngusap bahu si manis pelan, berharap pemuda manis yang lebih pendek satu senti darinya itu bisa segera tenang.
"Bacot ah"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Terhitung sudah dua hari pemuda manis itu tinggal di pondok bersama dengan Jeno, dan selama itu pula ada saja kejadian sial yang menimpa si manis dari yang dirinya bangun kesiangan dan berakhir di hukum untuk membersihkan toilet. Sampai pemuda manis itu tak kebagian jatah makan karena terlalu sibuk beradu mulut dengan Jisung ketika dirinya tengah mengantri.
"Pengen pulang!" rengek si manis seraya mendudukkan tubuh berisi nya di atas anak tangga lantai dua, seraya memperhatikan para santri yang masih sibuk menyambut kedatangan dua gus itu.
"Hari ini kan datengnya?" tanya Haechan sembari melirik ke arah Jeno yang tengah mengepel lantai.
"Iya, kemungkinan datangnya sore atau tidak malam" kata Jeno sembari menyimpan tongkat pel-an ke dalam ember, kemudian pemuda sipit itu ikut mendudukkan tubuhnya di atas anak tangga di samping si manis.
"Udah selesai?" tanya Haechan sembari menoleh ke arah Jeno yang sekarang ini tengah mengipasi dirinya sendiri menggunakan peci hitam miliknya.
"Udah" jawab Jeno sembari mengelap keringat yang memenuhi wajahnya menggunakan lengan baju koko nya.
"Makasih udah mau bantuin" kata Haechan sembari meluruskan kaki yang terasa sangat pegal.
"Tak masalah, saya kasihan kalau melihat kamu mengepel lorong lantai dua hanya seorang diri" walaupun Haechan sangat tak menyukai tempat ini dan juga para penghuninya namun sepertinya Jeno bisa dirinya jadikan sebagai pengecualian.
"Lagian kamu kenapa sampai kena hukum segala sih Chan?, ini kali ketiganya kamu di hukum seperti ini loh padahal kamu masih terbilang sangat baru disini" tanya Jeno penasaran.
"Gue habis nonjok mukanya Jisung" Jawab Haechan santai seraya menyandarkan tubuhnya ke tembok.
"Loh kamu kenapa sampai mukul mukanya Jisung segala?, kamu tau kan di itu keponakan nya pemilik pondok?. Kamu bisa dapet masalah loh kalau cari gara-gara terus sama dia" Haechan hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan pemuda sipit itu.
"Dia nyerobot antrian, gue gak kesel gimana coba?. Waktu Jisung dateng itu seharusnya jadi jatah makan gue tapi dia dengan seenaknya jidat nya malah main nyolong begitu aja, alhasil karena gue udah terlanjur kesel sama dia jadi gue tonjok aja mukanya" Jeno hanya mampu meringis pelan begitu mendengar ucapan si manis barusan.
"Jadi kamu belum sarapan?" Haechan menggeleng pelan seraya mengelus perutnya yang terasa mulai sakit.
"Ayo kita sarapan di luar" ajak Jeno seraya berdiri dari duduknya.
"Emang boleh keluar" tanya Haechan seraya ikut berdiri dari duduknya.
"Boleh kok, asal jangan lama-lama minimal duapuluh menit kita boleh keluar dari pondok itu juga dengan alasan yang jelas. Kalau melebihi duapuluh menit nanti kita bikin kena hukuman" Haechan hanya mengangguk paham dengan apa yang pemuda sipit itu ucapkan barusan.
"Kita mau sarapan di mana?" tanya Haechan seraya mengambil satu pisang goreng yang ada di atas meja.
"Di depan pondok ada warteg jadi kita bisa beli makanan disana" kata Jeno sembari memperhatikan si manis yang tengah lahap memakan pisang goreng yang barusan di curi nya.
Bruk
Tubuh berisi milik si manis langsung terjatuh ke atas lantai begitu dirinya tak sengaja menabrak seseorang, si manis menggeram kesal ketika pantatnya kembali mencium lantai pondok yang terasa sangat dingin itu.
"Pisang goreng nya" kata si manis sedih sembari menatap nanar pisang yang tengah dirinya makan tadi sekarang ini sudah tergeletak di atas lantai.
"Woy jalan tuh liat-liat lah anjir" teriak si manis kesal seraya berdiri dari atas lantai, begitu dirinya bangun hal pertama yang dilihatnya adalah dada bidang yang dilapisi oleh kemeja berwarna biru.
Kemudian pemuda manis itu mendongak guna melihat wajah dari si tersangka yang sudah menabrak dirinya, wajah dingin serta mata coklat yang tengah menatapnya dengan tajam lah yang Haechan dapatkan.
"Gus Rayan!!" teriak Jeno dengan heboh
TBC
Ceritanya aneh gak sih?.
Gue pengen unpublis ini book karena gue rasa ceritanya terlalu banyak kekurangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"