Tak Mau Mengalah

861 167 0
                                    

Rayan meringis merasakan sudut bibirnya yang robek terasa perih, pukulan calon ayah mertuanya ini memang tak main-main.

"Lancang sekali kamu berbicara begitu kepada saya!! Apa kamu bilang?, kamu ingin membawa kabur kedua putra saya? Jangan harap!! Itu tak akan pernah terjadi" teriak Johnny marah seraya menatap Rayan dengan tajam.

"Saya hanya mengatakan yang sebenarnya, jika anda masih bersikeras tak ingin memberikan kami restu maka jangan salahkan kami jika kami bertindak lebih jauh dari ini" kata Rayan seraya menatap Johnny dengan tak kalah tajam.

"Kak sudahlah lebih baik kita pulang dulu, baru besok kita kembali lagi kesini" kata Jusuf seraya menumpuk pundak sang kakak, ia sudah tak mampu lagi melihat pertengkaran kedua orang berbeda usia itu yang semakin memanas, ia yakin jika masih di teruskan bisa-bisa baku hantam lah yang akan keduanya pilih.

"Tak bisa!! Kita harus selesaikan masalah ini sekarang juga, saya tak mau menunda-nunda waktu lagi" Jusuf hanya mampu menghela nafas kasar ketika mendengar ucapan sang kakak barusan, sikap keras kepala sang yang seperti inilah yang ia tak sukai.

"Baiklah, tapi tolong selesaikan masalah ini dengan kepala dingin aku tak mau melihat kalian sampai beradu tinju nantinya" Rayan hanya mengangguk mengiyakan, seraya kembali menatap pada calon ayah mertuanya yang masih menatapnya seolah ingin menelan-nya hidup-hidup.

"Lebih baik kalian pulang saja karena jawaban saya tetap sama, tidak dan tidak kalian hanya akan membuang waktu jika tetap berada disini"

"Baiklah jika begitu, maka jawaban saya juga tetap sama. Saya akan melakukan cara apapun supaya saya bisa menikah dengan Haechan, menjadi seorang kriminal pun akan saya lakukan asalkan saya bisa menikah dengan dia"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Baik Haechan ataupun Jeno keduanya sama-sama diam tak ada yang membuka suara sendari tadi, keduanya terlalu larut dalam pikiran masing-masing.

"Kak" tubuh Haechan sedikit tersentak ketika mendengar suara Jeno yang tiba-tiba saja memanggil namanya.

"Iya kenapa?" Jeno hanya menggeleng seraya menaruh kepalanya di atas meja belajar sang kakak.

"Lu khawatir sama aa', aa' bandung lu itu?" tebak Haechan yang sialnya tepat sasaran, kakaknya ini memang yang paling tahu tentang apa yang tengah di pikirannya.

"Iya, Jeno khawatir aa' akan di hajar habis-habisan oleh ayah" kata Jeno seraya berdiri dari duduknya, kemudian pemuda sipit itu berjalan ke arah sang kakak yang tengah duduk di tepi ranjang.

"Kalau mereka kena pukul sama ayah ya wajar aja, lagian salah mereka sendiri yang nekat mau minta restu sama ayah. Jadi sekarang mereka harus terima akibatnya" bohong jika Haechan tak khawatir, ia juga memiliki rasa takut yang sama seperti Jeno namun ia lebih memilih tenang dan tak mengutarakan kekhawatirannya juga karena ia yakin sang kekasih pasti bisa mendapatkan hati sang ayah.

"Tapi Jeno tak ingin ayah memukul aa', jeno tak ingin melihat aa' babak belur" Haechan hanya diam mendengarkan ucapan sang adik, seraya membawa tubuh Jeno kedalam pelukannya begitu melihat sang adik yang mulai terisak.

"Kalau aa' lu itu babak belur tinggal lu obatin aja, dia juga gak bakal mati kalau kena pukul ayah doang. Jadi lu gak usah khawatir" Jeno hanya mampu meringis begitu mendengar ucapan sang kakak barusan, ia tahu sang kakak tengah berusaha membuangnya tenang maka dari itu ia akan menghargai usaha dari mantan kekasihnya ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Johnny memijat pangkal hidungnya dengan pelan, sungguh berurusan dengan kedua gus muda itu mampu membuat kepalanya terasa sangat pening.

"Jadi bagaimana? Andai mau kan merestui pernikahan kami" Johnny melirik ke arah gus Rayan yang tengah duduk di hadapannya, walaupun wajah pemuda tampan itu sudah babak belur namun rupanya sikap keras kepalanya itu masih ada.

"Harus saya katakan berapa kali lagi?!! Kalau jawaban saya adalah tidak, dan itu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun" subuh ribuan kata 'tidak' yang ia ucapkan dari mulutnya, namun pemuda gus muda itu seolah tak mendengar dan menanyakan pertanyaan yang sudah sangat jelas jawabannya.

"Pikiran lagi tuan, anda tak akan rugi jika menjadikan kami sebagai menantu anda" Johnny sudah di imingi-imingi akan di berikan setengah harta warisan mereka, namun tetap saja jawabannya tak akan pernah berubah tapi kedua gus muda itu seolah tak peduli dan terus membujuknya dengan berbagai cara.

"Pulang!! Saya sudah tak ingin melihat wajah jelek kalian itu" kata Johnny seraya berdiri dari duduknya, kemudian pria paruh baya itu memilih berlalu dari ruang tamu meninggalkan kedua saudara kembar itu yang masih duduk di atas sofa mahalnya.

"Ayo kak lebih baik kita pulang ke rumah bibi dulu, besok baru kita ke kembali lagi kesini. Rasanya tak akan sanggup jika aku menerima pukulan di wajahku lagi" Rayan melirik ke arah sang adik yang sama babak belur sepertinya, wajah kedua gus muda itu benar-benar sudah tak karuan akibat pukulan kuat yang Johnny layangkan kepada mereka berdua.

"Hmm, baiklah tapi saya ingin menemui Haechan dulu. Saya tak mau pergi jika belum berpamitan dengan dia" kata Rayan seraya berdiri dari duduknya, kemudian pemuda tampan itu berjalan dengan tertatih ke arah kamar si manis diikuti oleh Jusuf setelahnya.

Tok

Tok

Tok

"Bola coklat!! Ini koko!!" tanpa menunggu lama pintu berwarna putih itu langsung terbuka begitu ia selesai berbicara.

"Koko bagai- YA AMPUN!!!"

TBC

alurnya makin kacau gak sih? Soalnya aku udah lama gak update jadi agak lupa sama ceritanya.

Gus ReseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang