Kedua pemuda manis itu menatap sengit ke arah Rayan dan Jusuf yang sekarang ini tengah berjalan ke arah mereka, baik Haechan dan Jeno keduanya sama-sama ingin menendang wajah menyebalkan kedua gus itu sekarang juga.
"Sarapan dulu" kata Rayan sembari menaruh nampan yang berisi dua mangkuk bubur ayam ke hadapan kedua pemuda manis itu.
Kedua pemuda manis itu hanya diam tak berniat menyentuh mangkuk bubur ayam itu sama sekali.
"Cepat habiskan, atau kamu mau saya suapi?" tanya Jusuf sembari mendudukkan tubuhnya di samping Jeno.
"Maaf, tapi saya sedang berpuasa" kata Jeno sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Sedang berpuasa?, tapi tadi saya melihat kamu meminum air minimal yang saya berikan" pipi Jeno sukses memerah begitu mendengar ucapan gus Jusuf barusan.
"Tak perlu banyak alasan lagi, sekarang cepat habiskan" kata Jusuf sembari menaruh mangkuk putih berisi bubur ayam itu ke atas pangkuan Jeno.
"Gus!" pekik Jeno seraya dengan sigap menahan mangkuk berwarna putih itu yang hampir saja akan menghantam tanah.
"Cepat habiskan" kata Jusuf tak mau di batah, membuat Jeno yang mendengar itu mau tak mau mulai memakan bubur ayam yang Rayan dan Jusuf beli.
"Haechan!" desis Renjun pelan seraya menatap wajah manis Haechan dengan tajam.
"Gue bilang gak mau bangsat!!, kenapa sih situ maksa amat?" kata Haechan sembari menatap wajah tampan Rayan dengan tak kalah tajam.
"Ok kalau kamu memang mau saya suapi" kata Rayan sembari mengambil mangkuk berisi bubur ayam itu dari atas nampan.
"Ayo buka mulut kamu" suruh Rayan sembari menyodorkan satu sendok bubur ke arah mulut si manis.
"Gak mau!, gak sudi gue makan dari tangan kotor lu itu" kata Haechan sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
Habis sudah kesabaran pemuda tampan itu dalam menghadapi sikap keras kepala si manis, jadi dengan kasar Rayan menarik tubuh berisi si manis untuk duduk di atas pangkuannya.
"Ayo makan" kata Rayan sembari memeluk pinggang si manis dengan erat menggunakan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya Rayan gunakan untuk menyuapi pemuda manis berpipi gemil itu.
"Kalian benar-benar seperti anak kecil, susah sekali jika di suruh makan" komentar Jusuf sembari menyeruput es teh manis yang tadi di pesan nya.
Jeon hanya diam tak berniat menanggapi ucapan gus Jusuf yang menurutnya sama sekali tak penting itu.
"Stop bangsat!!, turunin gue. Gue bisa makan sendiri" kata Haechan sembari berusaha turun dari atas pangkuan pemuda tampan itu.
"Diam dan menurut saja, atau saya akan melakukan hal lebih kepada kamu" ancam Rayan seraya kembali menyuapi Haechan, mengabaikan teriakan melengking si manis yang mungkin dapat menganggu gendang telinganya.
"Mati kek lu anying!!, mati!!. Dasar gus bangsat!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Haechan dan Jeno berjalan dengan ogah-ogahan sembari mengikuti langkah kedua pemuda tampan itu, keduanya hanya mampu menggeram kesal ketika kedua gus itu sama sekali tak mau menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.
"Kabur aja yu Jen" kata Haechan sembari melirik ke arah Jeno.
"Kalian berdua jangan coba-coba untuk melarikan diri" kata Jusuf sembari menatap kedua pemuda manis itu dengan tajam.
"Ck, makannya jawab pernyataan gue lah babi. Kalian berdua sebenarnya mau bawa gue sama Jeno ke mana?" Jusuf tak menjawab, pemuda tampan itu malah kembali melanjutkan perjalanannya lagi tanpa mau ambil pusing mendengar ucapan sarkas yang si manis lontarkan.
"Gus bangsat memang" kata Haechan sembari menatap kedua punggung tegap itu dengan tajam.
"Nih" Haechan menatap tajam sebungkus permen yupi yang Rayan sodorkan ke arahnya.
"Heh bangsat di kira gue anak kecil apa bisa di sogok sama ginian" kata Haechan kesal sembari mengambil sebungkus permen yupi berwarna merah muda itu dengan kasar.
Setelahnya hening, kini kedua pemuda manis itu tak mengomel seperti tadi fokus keduanya kini sudah teralih ke arah permen yupi yang di berikan Rayan.
"Kita sudah sampai" kedua pemuda manis itu menatap bingung Rayan dan Jusuf, sebab tak mengerti dengan pikiran kedua gus itu yang malah membawa mereka kemari.
Hanya ada satu rumah serta pekarangan yang cukup luas, lebih tepatnya rumah hantu mungkin karena rumah itu terlihat sangat menyeramkan di mata keduanya.
"Ini rumah saya dan Jusuf, terlihat cukup tua tapi saya jamin rumah ini akan sangat nyaman jika di tinggali" kata Rayan seraya kembali berjalan, diikuti Haechan dan Jeno yang masih mengamati rumah besar itu dengan seksama.
"Situ gabut atau emang mau uji nyali beli rumah di tengah hutan begini?" tanya Haechan tak mengerti, sebab orang gila mana yang mau membeli rumah tua yang terletak di tengah hutan seperti ini. Kecuali Rayan dan Jusuf tentunya.
"Haechan" Haechan menatap bingung ke arah Rayan yang baru saja memanggil namanya.
"Ikut saya" belum sempat si manis menjawab tapi tangannya sudah di tarik oleh pemuda tampan itu.
"Jen" Jeno melirik ke arah Jusuf yang baru saja memanggil namanya itu.
"Apa?" tanya Jeno ketus.
"Saya minta maaf" kata Jusuf sembari berjalan menghampiri Jeno, membuat pemuda sipit itu mau tak mau menahan nafasnya sebentar ketika wajah tampan Jusuf tepat berada di hadapan nya.
"Untuk?" tanya Jeno sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Untuk perkataan saya tempo hari itu, sungguh saya tak bermaksud melukai hati kamu" Jeno hanya terkekeh pelan begitu mendengar ucapan Jusuf barusan.
"Antarkan saya dan Haechan pulang" kata Jeno sembari menatap wajah Jusuf dengan tajam.
"Maafkan saya terlebih dahulu baru saya akan mengabulkan keinginan kamu itu" kata Jusuf santai seraya tersenyum manis ke arah Jeno yang sekarang ini tengah menatapnya dengan penuh permusuhan.
"Gus bangsat memang"
TBC
Tetep update walaupun ceritanya makin gak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"