Jeno melirik ke arah si manis yang hanya diam sendari tadi, pemuda manis itu hanya melamun seraya mengabaikan makanan yang Rayan berikan.
"Chan" tak ada jawaban, pemuda manis itu masih asik dengan dunianya sendiri.
"Haechan!" si manis terlonjak kaget begitu Jeno menepuk bahunya dengan pelan.
"Kenapa Jen?" tanya Haechan bingung.
"Kamu tak makan?" tanya Jeno sembari mendudukkan tubuhnya di samping si manis.
"Gak nafsu makan gue" kata Haechan sembari berdiri dari duduknya, kemudian pemuda manis itu berjalan ke arah ranjang-nya.
"Tapi Chan kamu belum makan dari pagi loh, kalau kamu sakit gimana?" kata Jeno khawatir.
"Gak akan, gue kan kuat" kata Haechan sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Kamu tak mau makan karena ini pemberian gus Rayan?" tebak Jeno yang sialnya tepat sasaran.
"Hmm, kalau bukan si Rayan yang ngasih pasti udah gue makan dari tadi" kata Haechan sembari memejamkan matanya, sungguh sekarang ini kepalanya terasa sangat pusing Haechan butuh sesuatu untuk mengisi perutnya. Apapun itu asalkan jangan makanan dari orang yang bernama Renjun Arion Arrayan.
"Mau ke warteg?" tanya Jeno sembari mendudukkan tubuh di pinggir ranjang milik Haechan.
"Ke warteg? Lu mau ngajak makan atau bunuh diri?, gila aja didepan kamar udah ada si Rayan sama Jusuf kalau kita keluar yang ada kita kalah dari mereka" kata Haechan kesal sembari melempar wajah Jeno dengan bantal, beruntung lah pemuda sipit itu segera sigap menghindar.
"Baiklah, baiklah kamu jangan marah biar saya bicarakan lagi dengan gus Rayan dan gus Jusuf" kata Jeno sembari berdiri dari duduknya, kemudian pemuda sipit itu berjalan ke arah pintu kamarnya dengan Haechan.
Cklek
Kedua pemuda tampan itu kompak menoleh ke arah Jeno yang baru saja membuka pintu kamar, Jusuf yang paling cepat menghampiri pemuda tampan itu menarik lengan pemuda sipit kesayangannya. Kemudian dengan penuh kasih sayang Jusuf membawa tubuh si pemilik kedalam pelukannya.
"Saya merindukan kamu" kata Jusuf sembari memeluk tubuh Jeno se-erat mungkin, takut jikalau manisnya kembali pergi.
"Gus lepaskan! Tak enak jika ada yang melihat" kata Jeno sembari berusaha menjauhkan tubuh Jusuf darinya.
"Berjanji dulu kalau kamu tak akan pergi kemanapun lagi baru akan saya lepaskan" Jeno hanya mampu menghela nafas kesal begitu mendengar ucapan Jusuf barusan.
"Untuk apa saya berjanji kepada gus?" kata Jeno sembari mencubit pinggang Jusuf dengan kesal, membuat si pemilik mengaduh kesakitan karenanya.
"Ahk! Sakit Jen" Jeno tak peduli dengan ekspresi kesakitan yang Jusuf tunjukkan, pemuda sipit itu malah memanfaatkan keadaan itu untuk kabur dari Jusuf.
Setelah menaruh makanan yang diberikan oleh Rayan ke atas lantai pemuda sipit itu buru-buru kembali kedalam kamar.
Brak.
Jeno menutup pintu tepat di depan wajah Rayan, untung saja pemuda tampan itu refleks berhenti kalau tidak mungkin saja sekarang ini tangannya sudah terjepit oleh pintu kamar Haechan dan Jeno.
"Hah sial!!" kata Rayan kesal sembari mengepalkan tangannya dengan erat.
"Kak ku rasa kita tak punya pilihan lain" Rayan menoleh ke arah Jusuf yang baru saja berbicara.
"Maksud kamu kita harus mengembalikan barang-barang mereka? Apa kamu sudah menyerah?" Jusuf menggeleng pelan sembari menyandarkan punggungnya ke tembok.
"Kakak hanya tinggal memilih dijauhi atau mengalah, aku lebih memilih mengalah daripada di jauhi oleh Jeno anggap saja kalau aku ini lemah tapi aku tak punya pilihan lain" kata Jusuf sembari menepuk pundak sang kakak, kemudian pemuda tampan itu berlalu pergi meninggalkan Rayan yang tengah berperang dengan batinnya.
"Akh! Sial!!"
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jeno panik bukan main ketika pagi ini suhu tubuh si manis naik, tubuh Haechan benar-benar panas pemuda manis itu terus mengumumkan kata dingin padahal sudah dua selimut tebal yang menutupi tubuh berisi itu.
"Jen dingin" kata Haechan sembari menatap Jeno dengan sayu, membuat Jeno yang melihat itu semakin dibuat panik.
"Tunggu sebentar, saya akan meminjam selimut dari santri lain kamu bertahan ya Chan" Haechan hanya mengangguk lemah seraya kembali memejamkan matanya.
Cklek
Jeno terdiam begitu melihat banyak koper yang tersusun rapih di depan kamarnya, tanpa pikir panjang pemuda sipit itu langsung saja membongkar isinya berharap bisa menemukan kain yang bisa membuat sang sahabat merasa lebih hangat.
"Jeno!" Jeno menoleh ke arah Rayan dan Jusuf yang tengah menatapnya dengan bingung.
"Bantu saya mencari selimut saya, Haechan sedang sakit" nafas Rayan langsung tercekat begitu mendengar ucapan Jeno barusan, tanpa babibu pemuda tampan itu langsung saja masuk ke dalam kamar Haechan dan juga Jeno.
"Haechan!!" Rayan menatap khawatir Haechan yang tengah tertidur di atas ranjang seraya bergumam dingin secara terus-menerus.
"Chan?" Rayan mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang seraya mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening si manis.
"Panas sekali" kata Rayan sembari merebahkan tubuhnya di samping si manis, memeluk tubuh yang tengah bergetar itu dengan penuh kasih sayang.
"Jeno?" kata Haechan lirih sembari berusaha membuka matanya yang tiba-tiba terasa sangat berat.
"Ssstt.. Tak apa saya disini" kata Rayan seraya menjadikan tangan kanannya menjadi bantal si manis.
"Dingin" entah sadar atau tidak pemuda manis itu menggeser tubuhnya mendekati tubuh Rayan seolah mencari kehangatan dari pemuda yang sangat si benci olehnya itu.
"Saya berjanji mulai sekarang tak akan pernah melepaskan kamu apapun yang terjadi"
TBC
Aku gak bisa bikin alur yang bagus jadi tolong di maklumi aja kalau ceritanya jadi gak memuaskan kaya begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Rese
Short Story"Woy itu yang mukanya kaya tripleks!!, gue sumpahin kecebur got lu setelah ini!!"