֮ϐׁɑׁׅ֮ϐׁ 37

11.6K 1K 40
                                    

Happy reading

Arsen Mahendra pemuda tampan itu masih sangat-sangat terpuruk setelah kematian sang adik.

Ia mengurung dirinya sendiri di dalam kamar meratapi kebodohannya yang tak bisa menyelamatkan sang adik.

Kesedihannya belum bisa ia lupakan.

"Kenapa harus Aqilah? Kenapa harus dia yang bunuh adik gue? "Gumam Arsen tak menyangka.

Tak ada yang tau jika pemuda itu menaruh rasa pada Sahabat adiknya.

"Bella, "air mata Arsen kembali jatuh.

Ia menatap setiap sudut kamarnya, di setiap sudut kamarnya itu menyimpan banyak kenangan tentang Bella.

Lalu tatapan jatuh pada meja belajarnya, ia sedikit tersenyum mengingat kenangan tentang adiknya itu.

"Abang, "Arsen seakan melihat bayangannya dan adiknya

Ia melihat Dirinya yang duduk di meja belajarnya dengan Bella yang datang tiba-tiba masuk.

"Abang ganteng, Abang manis, Abang lucu, Abang baik. Bikinin Bella Nasi goreng dong, laper nih. Bunda belum pulang, "

"Bikin sendiri, "

"Ihhh, kalau Bella buat sendiri enggak enak tau. Mending di buatin, "

"Ogah, "

"Abangggg buatin, "

"Enggak! "

"Buatin enggak! "

"Males, "

"Huwaaa buatin buat Bella, "Arsen tersenyum saat melihat bayangan ingat itu.

Di mana Bella merengek dan ia yang acuh.

"Cih manja, "gumam Arsen

Ia beralih pada Lemari pakaiannya.

"Abang lihat Hoodie nya bagus banget, btw Bella pinjem ya? "

"Enggak! Balikin, "

"Enggak mau, Bella mau pinjem, "

"Balikin enggak?! "

"Enggak, "

"Btw ya, masih ingat kan prinsip bersaudara? Punya kakak punya adik, punya adik yah punya adik, wleee... "

"Keras kepala, "

Arsen kembali menyapu penglihatannya, dan kini ia melihat ke arah ranjangnya.

"Abangggg bangun! "

"Duh kebo banget sih nih orang, "

"Bang, Abang Abang Bagun Cok, "

"Huuuu Abang Arsen bangun enggak Lo, "

tׁׅꭈׁׅɑׁׅ݊ꪀׅ꯱ꩇׁׅ֪݊ ꪱׁׁׁׅׅׅᧁׁꭈׁׅɑׁׅׅ꯱ꪱׁׁׁׅׅׅ ᝯׁ֒ɑׁׅ݊ꪀtׁׅꪱׁׁׁׅׅׅƙׁׅɑׁׅ  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang