Upacara penutupuan kegiatan ospek dilakukan pada malam harinya. Api unggun dinyalakan oleh Reyna selaku pengucap janji pertama, disusul Reza lalu Raza, kemudian Rafaell, dan diakhiri oleh Gallen, dengan masing-masing dari mereka meletakan obornya disetiap sisi api unggun.
Setelah selesai upacara semua duduk melingkari api unggun tersebut, mendengarkan pesan kesan dari beberapa maba dan kating sebagai perwakilan, lalu sesi para kating yang meminta maaf atas sikapnya yang mungkin kurang berkenan dihati para maba-nya.
Ada yang menangis, ada yang terharu seperti Reyna, canggung, lirik-lirik kan seperti Lia, ketawa seperti Reza dan Gallen, dan ada pula yang acuh seperti Raza dan Rafaell.
Berbagai ekspresi muncul dalam satu sesi ini. Setelahnya kini masuk acara bebas, dimana musik diputar dengan meriahnya, beberapa membakar petasan dan yang lainnya ada yang bernyanyi, pdkt, duduk ngobrol di sekitaran api unggun, dan ada yang memilih tidur dari pada mengikuti hiruk pikuk acara bebas ini.
"Gal" panggil Raza
"Eh? Belum tidur?" heran Gallen.
"Belum" balas Raza sedikit menghela napas lelahnya.
"Why?" tanya Gallen sok Inggris.
"Ngga jadi" jawab Raza acuh dan balik badan memunggungi Gallen.
Sedangkan Gallen sudah menelan ludahnya kasar, dan menarik napas dalam lalu menghembuskan dengan kasar pula mencoba menahan emosinya.
"Nih anak kalau gua jitak ginjalnya, pawangnya galak. Tapi kalau di diemin ngelunjak njing" batin Gallen geram.
"Ya udah lu tidur aja, gua keluar gabung sama anak-anak yang lain dulu" Ucap Gallen sambil menepuk pelan lengan Raza, dan dibalas anggukan kecil.
Raza yang memang aslinya sudah lelah pun memilih menutup matanya, menghiraukan segala jenis suara di luar tendanya. Hingga akhirnya kesadaran nya hilang, dan masuk dalam dunia mimpinya.
"Gal! Loh Raza mana?" tanya Reza yang melihat Gallen keluar sendirian dari dalam tenda.
"Dalam tenda noh! Kenapa? Mau temanin? Ya udah sono, nanti biar gua yang tidur di tenda lu" balas Gallen acuh.
"Ngga ah, gua malas nanti dihukum, cape gua hari ini" tolak Raza dan memilih berlalu kepinggir pantai yang cukup jauh dari tempat perkemahan yang kelewat berisik dan duduk memandang hitamnya lautan.
"Wehhh" tegur Gallen yang menyusul sang sahabat yang sepertinya sedang banyak pikiran.
"Sok galau lu" ejek Gallen "kenapa? Cerita cerita, sapa tau gua bisa kasih solusi" lanjut Gallen ceria.
"Apaan? Emang liat laut artinya galau?" tanya Reza jengah.
"Ngga, tapi mata lu tuh! Kosong" tunjuk Gallen kearah mata Reza. "Lu gerak, lu napas, lu kedip, tapi pandangan lu kosong seolah pikiran lu tuh yah jauhhhhhhh banget" jelas Gallen dengan memperagakan tiap katanya.
Reza tersenyum, entah kenapa sahabatnya yang satu ini terlalu peka dengan situasi disekitarnya.
"Kenapa Rez? Jangan dipendam! Jangan buat seolah-olah gua dan Rafaell cuma sandang gelar Sahabat tanpa peran. Lu ngga mau kan gua di bilang sahabat yang kehilangan peran" lanjut Gallen.
Gallen tuh tipe-tipe sahabat yang ngga bisa diajak serius, karena dia benci akan suasana serius yang malah memperkeruh keadaan. Jadi dia selalu berusaha untuk selalu menanggapi semuanya dengan ceria agar orang lain disekitar dia mendapat aura yang positif bukan negatif.
"Gua cuma ngga tenang aja, perasaan gua kayak labil akhir-akhir ini" jelas Reza.
"Udah, jangan terlalu dipikirin. Sekarang lu-"
![](https://img.wattpad.com/cover/343795632-288-k238333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Twin [END]
RandomNOTE: Bagi yang baru baca, author saranin baca Archiell dan Gabriell dulu ya, biar ngga bingung kalau tiba-tiba muncul karakter lama😇 Dingin dan tak tersentuh sengaja dia sematkan dalam karakternya agar kehadiran/eksistensinya tidak disadari semua...