8. Hutan

1.5K 110 52
                                        

Setelah menemukan barang yang ia cari, Gio memutuskan untuk mengikuti Reza dan yang lainnya mengejar sosok misterius itu. Namun langkahnya harus terhenti didepan pintu kala dia menyadari sesuatu.

"Anjirlah, ini kemana tadi mereka larinya. Ckk... Semua gara-gara benda ini sampai-sampai gua kehilangan jejak yang lain" ucap Gio.

"Gua tunggu sini aja kali ya, siapa tau mereka kembali lagi ke sini pas nyadar kalau gua ngga sama mereka. Eh tapi disini sendirian seram juga anjing" lanjut Gio saat menyadari bahwa suasana hutan yang gelap di malam hari ditambah mansion besar yang berada di tengah hutan dan tidak terurus sangat menyeramkan.

"Susul ajalah, palingan kalau ngga nyasar, ya mati ketemu psikopat atau kanibal. Idih amit amit cabang bayi!" Gio tanpa banyak berpikir lagi akhirnya memutuskan untuk berlari tanpa arah yang jelas, yang intinya dia belari sampai mana dia lelah baru dia beristirahat, itu prinsipnya saat ini.

Sedangkan di sisi Gallen, Reza, Gara, dan Zael, terus terjadi aksi kejar-kejaran. Beberapa kali diantara mereka ada yang terjatuh dan tergores akibat ranting-ranting kayu dan duri yang tajam akibat keterbatasan penglihatan mereka di malam hari.

Sedangkan sosok misterius itu seperti sudah mengenal semua medan hutan ini, dia berlari dengan sangat kencang tanpa terjatuh atau tergores sedikitpun. Gallen dan yang lainnya cukup kelelahan, terlebih Reza yang sudah mengeluarkan darah yang cukup banyak. Akibat penasaran dengan sosok itu, Reza dan Gallen berlari melupakan rasa sakit akibat goresan pisau dan sakit disiku.

Tak jauh dari hadapan mereka sekarang ini, sosok itu seperti mempercepat larinya. Sontak Gallen dan yang lainnya juga semakin mempercepat langkah mereka menyusul sosok itu, dengan Gara yang memimpin paling depan disusul Zael, Gallen kemudian Reza.

Gara semakin mempercepat langkah nya hingga tangannya sedikit lagi meraih lengan sosok itu, sedangkan dibelakang Gara, Zael seolah melihat sesuatu yang janggal. Dikala Zael menyadari semuanya dengan cepat dia meraih lengan Gara, tapi sayang lengan yang hampir di raih Zael malah tak sampai karena lengan itu Gera gunakan untuk meraih lengan sosok yang berada dihadapannya.

"Sial!" geram Zael

Sedangkan disisi Gara yang merasa sedikit lagi akan mencapai tangan si sosok itu melototkan matanya sempurna saat tiba-tiba sosok didepannya dengan sangat cepat merubah arah lari berbelok ke kanan, padahal dengan kecepatan larinya saat ini Gara yakin dia hanya berlari lurus.

Gara semakin terkejut kala menyadari bahwa didepannya bukan lagi jalan melainkan sebuah tebing curam yang dasarnya tidak bisa dilihat karena hari sudah malam, tapi dari suara yang didengarnya Gara yakin ada aliran sungai yang sangat deras. Gara pasrah, dia yakin bahwa dirinya akan segera jatuh kebawah karena dia sudah terlambat untuk berhenti.

Dan benar saja saat dia mencoba berhenti ternyata sepatu yang digunakan malah menginjak batu yang cukup licin, Gara tergelincir kedepan kearah tebing yang curam. Gara menutup matanya dengan rapat kala merasa tubuhnya seolah melayang, mendadak dia ingat semua dosa-dosanya yang dengan sengaja ataupun tidak sengaja dibuatnya. Emang manusia giliran ginian baru nyesel karena dosa full😪😪

"Aduh sialan, mana gua belum bertobat lagi" batin Gara pasrah. (Anak durhaka emang, ngga ingat orang tua disaat-saat terakhirnya😴)

Saat jantungnya seolah berhenti sedetik karena merasa bahwa kakinya sudah tidak lagi memiliki pijakan, tangannya tiba-tiba saja di raih oleh Zael. Tangan kiri Zael menggenggam erat tangan Gara, sedangkan tangannya yang masih mencari-cari pegangan tiba-tiba saja diraih oleh Gallen. Padahal sedikit lagi tubuh Zael juga akan oleng ke arah tebing jika tidak diraih oleh Gallen. Sedangkan Gallen dengan tanpa aba-aba meraih pinggang Reza dan memeluknya erat.

My Spoiled Twin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang