Saat ini Raza dan yang lainnya sedang bingung memikirkan strategi yang akan mereka gunakan untuk keluar dari ruangan aneh yang digunakan untuk menyekap mereka.
"Raza, Rafaell, Abi, Dion, Zake, Fian" ucap Varella menghitung satu-satu laki-laki yang berada dalam ruangan yang sama dengan nya sekarang.
"Kita punya enam cowo sekarang, masing-masing dari mereka juga bisa bela diri. Tapi kita ngga tau bagaimana keadaan di luar sana" lanjut Varella.
"Terobos aja udah, nanti yang cewe ditengah. Raza, Rafaell, sama Abi didepan, mimpin kita semua. Sedangkan gua, zake sama Fian di belakang, buat jagain dari belakang" usul Dion.
"Varella, Zevara, sama Febby, kalian setau gua bisa bela diri kan?" lanjut Dion bertanya kepada teman seangkatannya.
"Hmm" kompak ketiga nya.
"Oke kalian bertiga tugasnya jaga tiga bocil ini dari samping kiri dan kanan" lanjut Dion sambil menunjuk ke arah Elliza, Rima, dan Nanda.
Raza dan Rafaell saling melirik satu sama lain, dengan sedikit lembut Rafaell menarik lengan Raza untuk membisikan sesuatu.
"Hmmm oke setuju, tapi untuk kali ini saja Faell!" tegas Raza setelah mendengar usulan Faell.
Pintu tidak ditendang, melainkan Zake yang mungkin mantan pencuri berhasil membuka kuncinya menggunakan jepitan lidi milik Elliza. Walaupun cukup memakan waktu yang lama, namun usahanya berhasil, mereka juga sedikit bingung kenapa pintu ini tidak memakai gembok saja, biar meminimalisirkan peluang kabur nya para tahanan seperti saat ini. Tapi di sisi lain mereka juga merasa bersyukur.
Raza, Faell, dan Abi segera berjalan didepan sekaligus melihat keadaan. Sungguh ruangan yang sangat aneh, lorong sempit yang lurus dengan obor yang dinyalakan di tiap dinding kiri dan kanan yang berjarak 3 meter tiap obornya. Setiap melewati 3 obor maka mereka akan menemani satu pintu di kiri dan kanannya, sesekali Raza dan yang lainnya mencoba membuka dan melihat ruangan apa dibalik pintu tersebut. Namun yang mereka temui malah lorong baru yang entah menuju kemana, lorong-lorong ini seperti tidak memiliki ujung, kalau bisa disebut labirin maka mungkin ini adalah labirin yang tidak mempunyai akhir.
Cukup jauh dan cukup lama mereka terus berusaha mencari ujung dari lorong ini, namun yang mereka temui hanya lorong baru, lorong baru, dan lorong baru yang ada kalanya lorong-lorong tersebut semakin menyempit.
"Sumpah ni ya! Ni orang yang dulu buat ni lorong ada masalah hidup apa sih!" jengah Raza, kaki nya seperti udah tidak menginjak tanah lagi saking mati rasanya.
"Cape?" tanya Faell?
"Ya menurut lu?" jengah Raza.
Tanpa banyak omonga, Faell menuntun tubuh Rafaell untuk naik ke belakang punggung nya, lalu kembali berjalan dengan santainya, sedangkan yang lain menatap tidak percaya kearah Faell.
"Huhhh, nanti kalau cape info biar gua turun, sekarang gua mau tidur dulu" ucap Raza acuh.
Benar-benar yang awalnya mereka cuma menatap tidak percaya Faell, sekarang malah menatap dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan karena respon dari Raza yang kelewat santai, bahkan tidak ada rasa tidak enak sedikit pun pada Rafaell/Faell padahal mereka semua termasuk Rafaell/Faell juga pasti lelah.
"Hmm, tidur sekarang!" tegas Faell.
"Anjirlah gua mau juga kali jadi si Raza kalau di gendong gitu. Gua juga cape" lirih Febby.
"Diam lu! Minimal jadi Raza kalau mau cengeng" jengah Zevara.
"Dih!" sinis Febby.
"Udah Raf istirahat aja, kasihan lu nya" usul Varella.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Twin [END]
RandomNOTE: Bagi yang baru baca, author saranin baca Archiell dan Gabriell dulu ya, biar ngga bingung kalau tiba-tiba muncul karakter lama😇 Dingin dan tak tersentuh sengaja dia sematkan dalam karakternya agar kehadiran/eksistensinya tidak disadari semua...