Gabriell dan Anggara menatap sendu nisan kedua orang tuanya. Udara dingin menyapa kulit mulus Anggara dan Gabirell. Anggara memeluk erat tubuh sang adik, menyalurkan kehangatan untuk Gabriell.
"Abang pulang yuk, Gabi dingin" ajak Gabriell, dia benar-benar kedinginan saat ini. Tubuhnya sampai gemetar saking dinginnya.
Sedangkan Anggara seolah menulikan pendengaran nya, dia benar-benar tidak ingin pulang ke mansion untuk saat ini, perkataan Raymond tidak terlalu berpengaruh untuknya, tapi dia memikirkan bagaimana perasaan Gabirell saat mendengar ucapan Raymond tadi. Gabriell merupakan tipe orang yang memendam semuanya sendiri, sukanya dia tebarkan ke semua orang sedangkan dukanya dia simpan dalam-dalam untuk dirinya sendiri.
"Abang, ayo pulang, Ciel pasti khawatir" ajak Gabriell sekali lagi
Bukannya beranjak pulang, Anggara makin mengeratkan pelukannya.
"Pulang ke mana? Bahkan saat kita keluar, tidak ada satupun dari mereka yang mengejar kita" balas Anggara.
"Abang jangan masukin ke hati perkataan abang Ray ya, bang Ray lagi dalam masa sulitnya aja saat ini, karena itu tadi dia kelepasan" bujuk Gabriell, walaupun aslinya dia juga sedang tidak baik-baik saja, perasaannya hancur saat Raymond berkata bahwa Raza lebih mementingkan orang asing di banding keluarga kandungnya.
"Abang tau, tapi abang butuh waktu sendiri dulu sama adek, bunda, sama ayah" lirih Anggara.
Gabriell hanya mengangguk, menahan dingin yang benar-benar menyiksanya saat ini. Demi sang abang, dia tahan dingin yang menyakitkan untuk dirinya.
Gabriell menatap lekat nisan yang bertuliskan nama sang ayah dan bunda nya.
"Ayah bunda yang tenang ya di sana, di sini Gabi sama bang Angga udah nemuin keluarga yang baik dan hangat, walaupun terkadang ada sedikit masalah dalam keluarga baru bang Angga dan Gabi, tapi kami tetap sayang mereka. Walaupun sayang kami ke mereka tidak bisa mengalahkan sayang kami ke kalian" ucap Gabriell lembut.
Anggara diam mendengarkan semua ucapan sang adik, ditatap rambut hitam lebat sang adik, dikecupnya lembut, tetes demi tetes air matanya jatuh tanpa ijin.
"Maaf ya dek, abang ngga bisa jadi abang yang baik sejauh ini untuk adek" lirih Anggara.
"Abang, ngga usah mikir yang aneh-aneh deh, abang itu abang terbaik yang pernah Gabi punya, peran abang sebagai abang kandung Gabi ngga akan pernah Gabi dapatkan dari siapapun selain abang, abang tetap abang Gabi walaupun ada bang Ray, Reza, Raza, Dan Bang Calvin" ucap Gabi lembut.
Tanpa mereka sadari Raymond diam mendengarkan semuanya, awalnya Raymond ingin menenangkan pikirannya dengan berkunjung ke makam sang bunda dan adik perempuannya, tapi yang dia temui adalah kedua adiknya. Ditambah perkataan Gabriell yang mengatakan posisi Anggara sebagai abang kandung Gabriell tidak ada yang bisa menggantikan, menyadarkan dia akan perkataannya yang kasar kepada adik-adiknya.
"Bang Ray?" tegur Raza yang baru saja tiba, dia tadi mencari Gabriell dan Anggara ke mansion Vileshman tapi tidak menemukan siapapun, jadi dia berinisiatif ke makam orang tua Gabriell dan Anggara sekaligus mengunjungi makam bunda dan adik permpuannya. Tapi tak di sangka dia malah bertemu dengan Raymond.
"Raza" kaget Raymond.
"Ngapain?" tanya Raza dingin
"Rindu bunda" jawab singkat Raymond.
Sedangkan Raza hanya mengangguk pelan dan berlajan menuju Anggara dan Gabriell yang terlihat sedang kedinginan.
Belum jauh Raza berjalan, tangannya tiba-tiba ditarik kuat ke belakang namun hati-hati, tubuh kecil Raza menubruk tubuh tegap Raymond, dan jatuh dalam pelukan abang sulungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Twin [END]
RandomNOTE: Bagi yang baru baca, author saranin baca Archiell dan Gabriell dulu ya, biar ngga bingung kalau tiba-tiba muncul karakter lama😇 Dingin dan tak tersentuh sengaja dia sematkan dalam karakternya agar kehadiran/eksistensinya tidak disadari semua...