22. Duka

1.2K 115 83
                                        

Enghhh~

Satu lenguhan lolos dari bibir pucat Raza.

"Za" panggil Rafaell lembut dengan suara seraknya.

Perlahan Raza membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang menyapa netranya. Pandangannya dialihkan pada Rafaell yang tengah duduk disebelah nya.

Raza memperhatikan penampilan Rafaell dengan lamat. Rafaell mengerut kan keningnya, memperhatikan Raza yang tengah memandangnya heran.

"Kenapa?" tanya Rafaell dengan suara seraknya.

"Rafa sakit?" tanya Raza lembut.

Rafaell menggelengkan kepala nya.

"Terus kenapa wajah Rafa pucat, matanya sembab, terus suaranya serak?" tanya Raza sekali lagi.

Bukannya menjawab, Rafaell menangis tanpa suara. Dirinya sudah berusaha menahan agar tidak menangis dihadapan Raza.

"Raf?" khawatir Raza. Entah kenapa dirinya menjadi takut dan cemas disaat bersamaan.

"Raf- Rafa, kenapa Rafa make pakaian serba hitam?" gugup Raza.

"Rafaell! Jawab gua anjing!" teriak Raza saat Rafaell bukannya menjawab malah memalingkan wajahnya.

"Raza! Lu baru sadar setelah dua hari pingsan! Jadi lu harus istirahat!" tekan Rafaell saat Raza akan turun dari tempat tidur nya.

"Gua ngga butuh istirahat anjing! Gua mau liat abang gua!" bentak Raza.

"Lu harus istirahat Raza, tolong jangan keras kepala!" bentak Rafaell.

"GUA MAU LIAT ABANG GUA ANJING!" tekan Raza penuh amarah.

"REZA UDAH MENINGGAL RAZA! TADI PAGI JENAZAH NYA UDAH DI KUBUR!" Bentak Rafaell tepat didepan wajah Raza.

Raza mematung, dadanya sesak, tenggorokan nya tercekat, telinganya berdengung hebat. Bayang-bayang senyum dan manja sang abang terlintas begitu saja. Air matanya jatuh, berlomba-lomba membasahi pipinya.

Rafaell yang sadar dengan perkataannya langsung memeluk tubuh gemetar Raza.

"Maaf, maafin gua Za" lirih Rafaell.

"Ngga! Ngga mungkin! Lu bohong kan! Abang udah janji mau wisuda bareng! Lu bohongkan!" Raza menolak tubuh Rafaell menjauh dari nya.

"Maaf" lirih Rafaell.

"Ngga! Ngga mungkin! Lu becandanya ngga lucu!" Raza terkekeh, bangkit berdiri dan berlari keluar menuju lift.

"Raza!" Rafaell mengejarnya dari belakang.

Raza membatu saat melihat begitu banyak ucapan turut berduka cita di ruang keluarga, di tambah sang ayah dan anggota keluarganya yang lain, yang sedang bersama teman kuliahnya dan dosen-dosennya. Ada juga kating mereka, termasuk Geralld, Mahen dkk.

Mereka semua menggunakan pakaian hitam, pandangannya dialihkan pada sebuah foto besar sang abang yang sedang tersenyum, di dibawahnya terdapat beberapa bunga dan lilin yang dibakar.

Bagai mimpi, semuanya berlangsung dengan cepatnya.

"Ayah" tegur Raza sendu.

Asgara langsung menghampiri sang putra, memeluknya dan menangis dengan lirihnya.

"Maaf sayang, papa ngga bisa jagain anak-anak ayah" lirih Asgara.

"Kalian bohong kan!" teriak Raza mendorong kuat tubuh Asgara.

"Tidak sayang, Reza sudah tiada" ucap Asgara sambil berusaha meraih pipi Raza, namun Raza terus saja mundur, menjauhi sang ayah.

"Ngga, ngga mungkin" marah Raza dan membuang semua bunga ke sembarang arah, mengambil foto Reza dan membanting ke lantai hingga kacanya berserakan kesegala arah.

My Spoiled Twin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang