31. Adil?

1.1K 111 28
                                        

Setelah selesai dengan semua wahana dan jajanan di pasar malam, kini semua Vallorand tengah berkumpul di ruang tamu dan menatap datar Aldhino.

"Kenapa kamu menabrak cucu saya?" tanya Valle dengan nada biasa.

Aldhino diam, tidak ada jawaban yang mampu dia keluarkan, toh baginya juga percuma karena akhirnya pasti dia akan dibunuh.

"Jawab pertanyaan nya nak" tegas Asgara tapi masih terkesan lembut.

Aldhino tetap saja diam, dia tidak ingin menjawab satu pertanyaan apapun lagi. Dia lelah dengan semuanya.

"Jawab!" bentak Gabriell.

"Gabi!" tegas Asgara.

"Buat apa! Kalian tinggal bunuh gua sekarang, dan dendam kalian terbalaskan! Apa susah nya!" bentak Aldhino.

Brakkk...

Semua terkejut karena tiba-tiba saja Raza membanting handphonenya ke lantai dekat tempat Aldhino berdiri, lalu berjalan mendekat ke arah Aldhino dan mencengkram kuat rahang tegas Aldhino.

"Sekali lagi lu bentak adek gua! Gua ngga akan segan-segan bunuh lu sekarang juga!" tegas Raza dengan aura intimidasinya.

"Adek tenang" tegur Reza lembut.

Raza menetralkan wajahnya, dan kembali duduk ditempat nya semula.

"Gabi sini!" tegas Raza tidak ingin di bantah.

Gabriell mengerutkan keningnya, namun mengikuti suruhan sang abang. Dengan sekali tarikan, Gabirell sudah berada dalam pangkuan sang abang.

"Abang?" heran Gabriell. Bukan hanya Gabriell, namun semuanya juga heran dengan kelakuan Raza.

"Diam saja! Abang hanya lelah berjalan-jalan" balas Raza, dan menyandarkan kepalanya pada punggung sang adik.

Gabriell yang aslinya bodoh amat hanya mengangkat bahunya acuh saat semua bertanya kepadanya menggunakan bahasa isyarat.

Gabriell mengerutkan keningnya saat merasa bajunya basah, dengan cepat Gabriell berdiri dan menangkup wajah sang abang.

"Abang nangis?" sontak pertanyaan Gabriell mengalihkan perhatian semua orang padanya.

"Abang hey, kenapa nangis huh?" tanya Gabriell lembut dan memeluk kepala sang abang, dan menyembunyikan wajah Raza di dada bidangnya.

"Aza sayang, hei~ why?" tanya Reza lembut.

"Abang, udah ya jangan nangis, cerita ke Ciel" bujuk Archiell lembut.

"Sayang, lihat ayah, kenapa hmm?" tanya Asgara lembut.

Sedangkan Aldhino yang melihat interaksi keluarga yang sangat dia benci ini tiba-tiba saja timbul rasa iri dalam hatinya. Mata yang sedari tadi tidak menunjukan ketakutan kini mulai berembun, bahkan mungkin sudah siap meneteskan air matanya.

Gavendra yang menyadari perubahan perasaan Aldhino, menghampiri nya dan mengelus punggung Aldhino lembut. Dengan cepat Aldhino kembali ke alam sadarnya dan menepis tangan Gavendra.

"Ngga usah sok peduli! Cuma bajingan yang mengasihani musuhnya sebelum dia membunuh musuhnya tersebut!" lirih Aldhino menahan sesak di dadanya.

Sedangkan Raza langsung menghambur dalam pelukan sang ayah.

"Aza harus apa yah? Di depan Raza ada orang yang menyebabkan bang Eza amnesia dan mengalami kerusakan ginjal" lirih Raza.

Aldhino yang mendengar ucapan Raza tertegun sesaat, dia tahu Reza amnesia, tapi untuk kerusakan ginjal dia benar-benar tidak tau apa-apa.

My Spoiled Twin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang