Rombongan maba Jay University dan juga para katingnya telah tiba di area perkemahan. Tempatnya luas dan juga indah, hamparan laut biru muda bercampur biru tua menjadi pemandangan yang menenangkan. Desiran ombak menyapa pendengaran mereka seolah menyambut kedatangan maba dan kating tersebut.
"Setelah selesai mengambil barang-barang kalian, segera menuju ke tenda kalian masing-masing sesuai kelompok yang telah di bagi!" ucap Mahen memberi instruksi.
"Lima orang yang telah dipilih sebagai perwakilan tadi di kampus, segera taruh barang-barang bawaan kalian ke tenda, lalu menuju tenda panitia bertemu saya dan juga Varella" lanjut Mahen.
"Anjirlah, baru juga tiba langsung dipanggil aja" keluh Gallen.
"Udah lah Gal, mending buru ambil barang-barangnya terus ke tenda panitianya" jengah Reza, dia lelah karena perjalanan cukup jauh dari kampus ke bumi perkemahan mereka.
"Dek, kalau ada apa-apa panggil abang aja" nasehat Reza karena tenda mereka berbeda.
"Yaelah Za, Raza kan setenda ama gua, santai aja kali" jengah Gallen.
"Terserah lu aja" Balas Reza acuh.
Mereka berempat akhirnya berpisah menuju tenda masing-masing. Gallen dan Raza satu tenda, Sedangkan Reza dan Rafaell tenda terpisah bersama anggota yang lainnya.
"Maaf" ucap Rafaell saat dirinya tidak sengaja menabrak seorang pria bertubuh tinggi memakai hoodie hitam dan topi yang menutup wajahnya.
"Hmm" balas si pria sambil menatap tajam ke arah Rafaell.
Mendengar respon orang tersebut, Rafaell berjalan acuh menuju tenda yang sudah ditentukan oleh panitia. Sedangkan Reza yang belum masuk kedalam tendanya melihat kejadian barusan antara Rafaell dan pria asing tersebut.
"Dari gelagat dan penampilannya, gua yakin dia bukan anggota panitia ataupun maba. Tapi kenapa dia bisa ada disini?" heran Reza lalu masuk kedalam tendanya.
Si pria asing itu berjalan buru-buru kearah hutan yang tepat berada disebelah area perkemahan, dan tingkah orang tersebut tidak lepas dari pandangan Geralld dan Reyna yang baru saja tiba di area perkemahan.
"Aneh" ucap Reyna dan berlalu pergi meninggalkan Geralld setelah mengucapkan terima kasih menuju salah satu maba yang dia kenal untuk menanyakan tendanya.
Sedangkan Geralld memandang datar kearah hutan dengan tatapan yang sulit diartikan, tatapannya tajam dan dingin seolah sedang menerawang jauh kedalam hutan, hingga satu teguran dari Varella bisa mengembalikan fokus nya ke bumi perkemahan.
"Liatin apaan? Fokus gitu sampai kaget dikit" tanya Varella.
"Bukan apa-apa" jawab Geralld datar dan berlalu meninggalkan Varella.
Varella mengangkat satu alisnya sambil melihat kepergian Geralld lalu menyipitkan matanya melihat kearah hutan sambil memiringkan kepalanya sedikit ke kanan. Kemudian kembali meluruskannya sambil menatap datar kearah hutan.
"Jangan melamun! Ntar kerasukan!" tegur Mirai yang melihat temannya ini serius sekali menatap kearah hutan dengan berbagai ekspresi.
"Jika kejadian itu terulang kembali, apa kau siap?" tanya Varella asal sambil melihat lurus kearah hutan. Varella juga melihat pria tadi yang berlari kearah hutan, karena itu dia menghampiri Geralld yang terlalu fokus menatap pria tadi.
"Tentu! Bukan kah itu rencana kita, menggunakan maba-maba ini sebagai umpan bukan?" Mirai menatap serius ke arah Varella, lalu kemudian tertawa puas melihat ekspresi Varella.
"Hahahhaa, tenang-tenang aku hanya bercanda aelahhh" Mirai terus tertawa puas, bahkan sampai memukul-mukul bahu Varella.
"Jangan macam-macam Mirai! Aku tidak bercanda! Jika berani kau libatkan para maba ke dalam permainan mu! Akan ku pastikan aku yang akan menjadi lawan pertama mu!" tegas Varella.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Twin [END]
RandomNOTE: Bagi yang baru baca, author saranin baca Archiell dan Gabriell dulu ya, biar ngga bingung kalau tiba-tiba muncul karakter lama😇 Dingin dan tak tersentuh sengaja dia sematkan dalam karakternya agar kehadiran/eksistensinya tidak disadari semua...