Dengan kecepatan yang tidak main-main Asgara membelah jalan perkotaan dengan belasan mobil hitam menyusul dibelakangnya. Jauh di depan mobil Asgara, sekitar 23 motor sport hitam dengan Jayden, Hersa, dan Barak yang memimpin telah membersihkan jalan dari kendaraan yang lain untuk sang ayah mereka.
Fokus dan fokus hanya itu yang bisa dilihat dari tatapan Asgara sekarang, namun jauh di dalamnya tersirat kemarahan dan khawatir.
Saat di mana Jayden mendapatkan informasi bahwa terjadi penyerangan terhadap mahasiswa/i dari kampus miliknya, dan saudaranya menjadi salah satu korban penculikan saat terjadi penyerangan. Detik itu juga Asgara dan yang lain nya kembali ke Indonesia dengan di liputi amarah.
Jauh di belakang rombongan mobil yang Jevan pimpin, puluhan mobil jeep dengan Valle dan dua anak kembarnya yang menyusul tanpa sepengetahuan Asgara tengah membelah sepinya jalan perkotaan akibat ulah cucu dan anak bungsunya dengan santai.
"Abang?" panggil Gabriell dengan suara seraknya yang sedang kebingungan.
"Hmm? Kenapa bangun sayang?" tanya Raymond lembut.
"Kapan kita kembali ke Indonesia? Apa ini mimpi?" tanya Gabriell heran, karena tadi perasaan dia tidur cuma sebentar, bangunnya malah sudah di Indonesia.
"Ini bukan mimpi sayang, sekarang balik tidur sana" Raymond memutar pelan tubuh sang adik kearah lift.
"Bang Brian sama paman Bian ngapain otak atik layar gitu, kayak lagi nyari lokasi seseorang" tanya Archiell yang tiba-tiba keluar dari dalam lift bersama Anggara.
Dua bayi itu terbangun saat menyadari Gabriell tidak ada ditengah-tengah antara mereka.
"Bukan apa-apa, sekarang adek-adek abang kembali ke kamar terus tidur" ucap Raymond lembut sambil mendorong manja tubuh Archiell dan Gabriell.
Anggara menatap serius kearah Brian dan Bian beserta bawahan mereka yang sibuk dengan layar-layar yang menyusahkan itu. Ditatapnya satu-satu dari atas ke bawah, lalu beralih dari bawah ke atas.
"Abang~ Gabi sama Ciell ngga mau ish" rengek Gabriell.
"Udah sana" ucap Raymond lembut sambil mencubit gemas hidung Gabriell dan Archiell.
"Ke kamar abang sama papa Gevandra" tegas Anggara.
Raymond sedikit mengerutkan keningnya dengan perubahan sikap Anggara barusan, tak ambil pusing dia pun menyuruh dua adiknya yang lain mengikuti Anggara.
"Udah sana! Tuh Angga marah sama kalian" usil Raymond.
Karena terpengaruh akan ucapan Raymond, Gabriell dan Archiell dengan cepat berlari menuju lift dimana Anggara sedang menatap Raymond dengan tatapan datarnya.
Tepat sebelum pintu lift tertutup rapat, Raymond dengan jelas melihat seringaian tipis dari Anggara.
"Anggara?" batin Raymond heran.
Pintu lift tertutup sempurna, dan naik menuju lantai 2, tempat kamar Gevandra. Setelah kepergian adik-adiknya Raymond kembali bergelut dengan pekerjaan yang tertunda tadi.
*****
Tempat parkir pinggir pantai yang awalnya ramai dengan orang tua mahasiswa/i Jay University yang khawatir terhadap keadaan anaknya, kini bertambah penuh lagi dengan kendaraan milik bawahan Asgara dan anak-anaknya.Jayden, Barak, dan Hersa memberikan jalan kepada sang ayah yang tengah diliputi rasa khawatir dan marah untuk bertemu penanggung jawab kegiatan.
"Jelaskan" bukan Asgara melainkan Jayden selaku pemilik yayasan lah yang mengajukan perintah.
Mendengar perintah dari sang pemilik yayasan tersebut, dengan detail tanpa terlewatkan satu celah pun, dosen penanggung jawab tersebut menceritakan semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Twin [END]
RandomNOTE: Bagi yang baru baca, author saranin baca Archiell dan Gabriell dulu ya, biar ngga bingung kalau tiba-tiba muncul karakter lama😇 Dingin dan tak tersentuh sengaja dia sematkan dalam karakternya agar kehadiran/eksistensinya tidak disadari semua...