"Menyerah lah! Kau seorang diri ingin melawan kami?" jengah Valle.
"Tuan? Saya pikir kau pemikir alih strategi terbaik, tapi kau malah membuat rencana saya semakin berjalan lancar" acuh Leo
"Apa sebenarnya yang kau inginkan!" jengah Gavendra.
"Tidak ada! Saya hanya ingin dua anak kembar itu! Biar saya jadikan eksperimen terbaik saya" jawab santai Leo sambil tertawa puas.
"Menggelikan" ucap Zevran seolah jijik dengan Leo.
"Dimana mayad-mayad itu kalian simpan?" tanya Leo santai.
"Bukan urusan mu!" tegas Valle.
"Santai, saya hanya tidak ingin jika saat mayad-mayad itu meledak malah melukai peliharaan terpilih saya" acuh Leo.
Semua mengerutkan kening, menatap intens kearah Leo.
"Ahhh? Apa kalian tidak tau? Saya sudah yakin bahwa saya akan tertangkap. Karena itu, tanpa kalian semua sadari saya sudah membuat sedikit luka ditubuh kalian" ejek Leo santai sambil tertawa seperti orang gila.
"Dan didalam mayad-mayad itu, sudah saya tanamkan bom dengan jangkuan ledakan sedang! Tapi masalahnya disini bukan ledakan nya, melainkan virus yang sudah saya suntikan di tiap mayad tersebut" ucap Leo masih dengan tertawa.
"Virus?" heran Gavendra.
"H.... I.... V.... HAHAHAHAH" Kini Leo tertawa lebih kencang lagi saat menyadari bahwa dirinya kali ini menang telak.
"Sial!" geram Valle dan yang lainnya.
"Telpon Asgara sekarang" tegas Valle.
"Arghhh! Tidak ada jaringan!" geram Gavendra.
Sedangkan Leo tersenyum puas.
"Uhukk, sial!" kaget Leo saat tiba-tiba pisau tertancap di perutnya.
Dengan brutal Xavier menikam tubuh Leo berkali-kali, lalu menyayat wajah Leo dengan tidak ada ampunnya. Mencungkil keluar kedua bola matanya, menancapkan pada pipi Leo lalu menarik kasar pisau tersebut hingga membelah dua pipi Leo.
Tidak puas dengan itu, Xavier mengambil salah satu sabit yang terlihat tajam dari salah satu mayad suruhan Leo yang di tembak Reyna. Berjalan mendekat kearah Leo lalu membelahnya membabi buta hingga tubuh leo menjadi bagian-bagian kecil yang sudah tidak berbentuk lagi. Bahkan kepala Leo pun tak luput dari bantaian sabit Xavier, sehingga otak-otaknya berserakan kesana kemari.
"Melihat otak nya, aku jadi ingin makan otak-otak" ucap Xavier sambil memegang perutnya yang kelaparan.
"Apa kau lapar?" tanya Gavendra.
"Tuan? Apa kau niat traktir? Jika tidak jangan bertanya! Saya cukup stres dengan acara reunian kalian ini" jengah Xavier.
"Hahaha, baiklah setelah ini kita makan-makan" tawar Gavendra menenangkan Xavier yang kalau mode lapar suka khilaf.
"Hmm" jengah Xavier.
"Dasar Leo bodoh!" ejek Valle.
"Dia mengakui ku sebagai alih strategi, tapi malah memainkan strategi murahan ini" sombong Valle.
"Jangan sombong! Ini semua berkat Brian dam Bian" potong Rini dan Axal yang tiba-tiba muncul dari dalam lorong tersebut.
"Ya ya ya, kau pasti ingin bilang bahwa karena mereka yang berhasil membobol sistem keamanan milik Leo sialan ini, kita bisa mengantisipasi permasalahan ini!" jengah Valle.
"Tentu saja, walaupun kematian Agra dan Elliza adalah rencana awal kita" potong Axal Odiguar
"Kasihan Elissa" lirih Rini Cevaloz.
"Lebih baik dia di jauhkan dari serigala berbulu domba itu" jengah Valle.
"Bahkan sebelum mati pun dia masih sempat membuat surat palsu untuk mengkambing hitamkan Leo" ucap Axal tak habis pikir.
"Aku bahkan harus menembaknya sekali lagi tadi, Elliza belum mati! Dia benar-benar ahli dalam berakting" geram Gavendra.
"Lalu mayad-mayad itu?" tanya Xavier.
"Mayad yang mana? Kami tidak ada mengeluarkan satupun mayad dari dalam ruagan itu, bahkan mayad Elliza dan Agra sendiri kami buang kembali kedalam sana" jawab salah satu bawahan Xavier.
Xavier menatap datar bawahannya.
"Mayad Dion? Mayad hasil eksperimen, mayad teman-teman Mahen dan yang lainnya?" tanya Xavier.
"Hanya makhluk itu dan mayad Dion yang kami bawa pulang, sedangkan yang lainnya tidak ditemukan" jelas bawahan Xavier.
"Sepertinya sebagiannya di jadikan bisnis Human Trafficking" lanjutnya.
"Jika ingin diledakan, bisakah saya yang meledakan tempat ini? Sebagai bentuk penghormatan terakhir pada ayah dan kakak saya, bagaimana pun juga mereka tetap keluarga saya" lirih Elissa.
Dia sedari tadi mendengarkan semua percakapan mereka. Dia tidak mengikuti Asgara dan yang lainnya karena dia takut ada sesuatu yang terlewatkan olehnya. Dan benar saja ternyata dia benar-benar melewatkan sesuatu yang penting.
"Nak bukan maksud kami-"
"Tidak apa-apa, saya juga merasa ada yang aneh dari surat terakhir ayah saya terkesan seperti dibuat-buat dan menyudutkan sebelah pihak, ditambah lagi saat saya bilang ingin mengurus sendiri mayad kakak saya, saya sempat melihat dia tersenyum tipis, yang bahkan jika kita tidak teliti maka kita tidak akan pernah tau dia sedang tersenyum" potong Elissa saat Rini hendak menjelaskan semuanya.
"Saya juga menyadari perbedaan postur tubuh ayah dan paman saat paman Asgara menanyakan mengenai sang ayah saat kami di dalam lorong tadi" lanjut Elissa.
"Paman dengan motifnya melakukan eksperimennya yang aneh dimanfaatkan ayah dan kakak untuk membalaskan dendam nya kepada kalian, tapi saat paman lebih memilih untuk menjadikan Reza dan Raza sebagai bahan eksperimennya. Bukan Rafaell dan Raza, disitulah mereka berselisih pendapat" jelas Elissa.
"Saya lebih mengenali mereka dari siapapun" ucap Elissa tersedu-sedu dalam pelukan Rini.
"Tenanglah" ucap Rini sambil terus mengelus kepala Elissa.
"Hu'um" patuh Elissa.
"Ledakan" ucap Xavier lembut.
"Virusnya?" tanya Elissa.
"Tidak ada, itu sudah bibi dan paman ini yang atasi" jelas Rini menunjuk dirinya dan Axal.
"Terima kasih" balas Elissa.
Dengan ragu dia melihat tombol merah di remote yang dia genggam. Valle dan Rini meyakinkan Elissa dengan menepuk pundak nya lembut.
Elissa menutup rapat kedua matanya dan menekan tombol tersebut.
"Maaf"
Ledakan sedang akibat beberapa bom yang sudah Axal tanam tadi berhasil meratakan laboratorium labirin milik Leo bersama dengan mayad-mayad yang lainnya. Api menjalar kesana kemari menghanguskan beberapa bagian.
"Maaf" sekali lagi Elissa berkata dengan lirihnya.
"Ayo pulang" ajak Rini kepada yang lainnya.
"Cukup sampai disini permasalahan yang kalian ciptakan Yudha dan William" batin Valle tegas.
"Bagaimana luka tusuknya?" tanya Gavendra.
"Aman, hanya membuatku lapar! Ingat janji mu tuan muda GAVENDRA!" tegas Xavier.
"Ya ya ya" jengah Gavendra.
Lelah😴

KAMU SEDANG MEMBACA
My Spoiled Twin [END]
AcakNOTE: Bagi yang baru baca, author saranin baca Archiell dan Gabriell dulu ya, biar ngga bingung kalau tiba-tiba muncul karakter lama😇 Dingin dan tak tersentuh sengaja dia sematkan dalam karakternya agar kehadiran/eksistensinya tidak disadari semua...