07. perburuan malam (2)

1.9K 294 163
                                    

07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

07. Perburuan malam (2)

"Keluarlah, Paman. Untuk apa mengintai ku dari jauh begitu?" Halilintar mendengus lalu memutar kuda nya, menatap Maksmana, si prajurit dingin yang menjunjung tinggi keadilan.

Merasa sudah di ketahui keberadaannya, Maksmana keluar dalam balutan zirah besi. "Kamu masih tetap tajam terhadap sekitar." Puji pria itu.

"Terima kasih. Tapi bisakah Paman tidak usah mengikuti ku? Lebih baik Paman menemani saudara ku yang lain." Ucap Halilintar. Dia tahu bahwa selain Amato dan Mara, ada satu orang lagi yang dia anggap sebagai orang tua sendiri, Maksmana.

Selain mengikuti perintah sang Raja, Maksmana sebenarnya khawatir tentang keadaan Halilintar sehingga dia mengikuti anak itu.

"Huh! Dasar anak sombong!" Meski begitu, Maksmana sepertinya tidak ingin memaksa lebih jauh lagi; dia berhenti mengikuti Halilintar sambil sesekali berpesan tentang daerah perburuan.

"Jangan pergi ke Selatan. Medan di sana curam dan berbatu." Ucap Maksmana sebelum dia hilang dari balik pepohonan.

Sedangkan Halilintar, anak ini adalah pencari tantangan. Jadi, bukannya pergi ke Timur seperti nasihat Maksmana, dia justru pergi ke Selatan. "Jika ingin menang, maka aku harus menangkap rusa spiritual sebanyak-banyak nya. Dan Selatan adalah tempat yang cocok."

Jalur di bawah lembah adalah pilihan, selain tidak memunculkan banyak resiko cidera seperti jatuh dari tebing, dia juga akan lebih bisa fokus dalam perburuan.

Jalan tak berujung itu tidak beraturan. Begitu banyak pepohonan yang tumbuh simpang-siur yang mampu membuat seseorang menabraknya.

Secara alami, kekuatan petir nya menimbulkan cahaya dalam gelap. Membuat daerah sekitar menjadi terang meskipun berselimutkan kengerian.

Belum mencapai lima menit penuh, seekor rusa spiritual menghadang jalan nya. Halilintar menarik tali kekang kuda, berhenti untuk melaju lalu menarik anak panah dari dalam wadah.

Busur tercipta dari kekuatannya, aliran merah dan hitam itu mengeluarkan bunyi sengatan yang mengancam. "Tembakan Halilintar!"

Dua anak panah melesat secepat cahaya. Bahkan dedaunan yang jatuh terbelah menjadi dua.

Sayang, rusa spiritual kali ini memiliki keistimewaan berupa serapan. Panah yang di luncurkan langsung menyerap listrik merah dan menjadi abu seketika.

Rusa itu melolong, mendengus lalu berlari kencang seraya memamerkan tanduk runcingnya. Karena rusa spiritual besarnya 5 kali lipat, hal itu membuat tanah bergetar karena hentakan kaki nya.

"Huh, kekuatan ku tidak berguna kali ini." Gumam remaja itu. Sebelum si rusa menyeruduk, dia sudah lebih dulu memacu kuda untuk pergi ke samping.

Berbelok-belok untuk melewati pepohonan, dapat terdengar suara hantaman dari rusa yang menabrak pohon. Halilintar terkekeh, dia mengelus surai kudanya lalu berdiri, pedang yang tersampir di pinggang di tarik.

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang