08. dinding penghalang

2K 281 166
                                    

08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08. Dinding penghalang

Langit malam berlalu tidak terasa. Semburat jingga dari timur menggores cakrawala, dan nyala suar kembang api di luncurkan; pertanda perburuan telah berakhir.

Masing-masing peserta mulai kembali ke area awal. Turun dari kuda untuk berkumpul di aula terbuka.

Gempa adalah yang paling pertama datang. Di susul Blaze dan Ice, lalu ada Taufan yang datang dengan tabiat hebohnya.

Thorn mendekati saudara-saudara nya untuk memberi selamat karena sudah berusaha keras. Tapi itu tidak terjadi karena sesuatu yang lebih menghebohkan terlihat.

Dari dalam hutan, Solar yang tengah duduk di atas kuda dan Halilintar yang berjalan kaki dengan tampang dinginnya keluar bersamaan!

Bagai melihat hantu, Taufan berteriak sambil menunjuk-nunjuk Halilintar. "I-itu Kak Lintar!? Gempa, sepertinya mata ku bermasalah! Ayo temani aku ke Tabib!"

Blaze yang tenaga nya tidak terkuras sama sekali ikut berteriak. "Hey, Solar! Kamu menggunakan sihir kepada Kak Lintar agar dia ikut bersama mu, kan!?"

Sedangkan Ice, yang sejatinya memang jarang bicara hanya diam. Dia melengos pergi ke aula terbuka untuk menerima air minum yang di sediakan. Dia berbisik pada diri sendiri selagi mengamati kakak sulungnya itu, "Dia tidak mungkin datang karena tawaran Thorn. Sepertinya dia datang untuk hal lain."

Hanya ada cengkrama yang berbumbu aura kecemburuan. Baik itu Halilintar yang kesal karena di tanyai terus menerus ataupun Solar yang repot mengatakan alibi kepada saudaranya.

Dia tidak mengatakan bahwa seseorang telah mencelakainya. Itu akan di simpan hanya untuk dua orang, sesuai dengan permintaan Halilintar.

"Bahu Kak Lintar... retak?" Akhirnya Thorn sadar lebih dulu. Dia adalah anak yang belajar di bidang pengobatan dan medis, jadi dia lebih peka.

Gempa sedikit panik, dia akan segera memanggil Tabib untuk Halilintar sebelum Kakak sulung itu mencegah. "Gempa, tidak perlu. Ini hanya retak."

"Hanya retak!? Apa kamu bercanda!? Bagaimana luka seperti itu bisa di sepelekan!" Meski Taufan tadi sibuk membuat lelucon, kini remaja biru itu terlihat serius secara drastis.

Blaze dan Solar mengangguk. Mereka ingin membujuk, tapi paham jika mereka tidak akan pernah bisa.

"Kak Taufan benar. Ini akan menjadi serius jika tidak segera di obati." Gempa masih membujuk. Berharap Halilintar mau di obati oleh Tabib.

Sayang, Halilintar keras kepala. Dia tidak akan pergi ke manapun. "Berhentilah bicara. Aku akan pergi ke Tabib setelah acara selesai. Apa kalian puas?"

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang