15. Apel untuk Halilintar

2K 282 156
                                    

15

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

15. Apel untuk Halilintar

Kekacauan segera berakhir ketika semua pohon-pohon raksasa itu tumbang layaknya pohon biasa. Semua mulai berkumpul di pinggir tanah lapang, mencoba mengecek apakah ada yang terluka.

Taufan telah kembali pada tahap kedua, sambil merenggut pada Blaze karena masih dendam soal penghinaan style pakaiannya. "Huh, kamu beruntung aku tidak menelanmu dalam pusaran anginku."

Blaze juga sama kesalnya, dia menjulurkan lidah mengejek. "Blwee! Kamu beruntung doa ku tidak terkabul! Jika saja terkabul, maka selendang bidadari mu itu pasti akan lenyap!" Lalu si oranye itu pergi meminta perlindungan kepada Ice.

Halilintar hela nafas lega diam-diam. Semua saudaranya tidak terluka sama sekali, mereka hanya kelelahan fisik.

"Sepertinya kita tidak bisa tinggal di pondok lagi." Komentar Halilintar.

Jarak antara keberadaan pohon Bak-bak dan pondok hanya sekitar 2 mil. Tidak akan ada yang tahu jika pohon itu hidup kembali dan kembali berkeliaran dengan ukuran sebesar itu. Bisa-bisa pondok itu remuk hanya dalam satu injakan pohon Bak-bak.

"... Kalau begitu kita harus mencari tempat yang baru." Gempa berucap sambil menghilangkan golem tanah yang dia panggil.

"Oh, ada sebuah gua kering sekitar 4 mil dari sini. Tempatnya tertutup daun rambat, jadi akan sulit bagi hewan ataupun pohon-pohon ini menemukan lokasi gua." Sahut Blaze semangat.

Lalu Blaze dan Ice di hadiahi tatapan menyelidik. Terutama dari Halilintar, "Bukankah kalian pergi untuk mencari air?"

Kemudian Taufan yang merangkul pundak Ice sambil tersenyum dingin. "Wah, wah. 4 mil itu bukan jarak yang dekat."

Dan Gempa yang kekhawatirannya seolah ditaburi minyak. "Kalian berbohong pada kami?"

Blaze terhenyak karena kehilangan kata-kata. Kini dia paham rasanya tidak bisa berkata-kata. Saudara bermanik biru aquamarine itu di senggol dengan harap bisa membantu bicara.

Sedangkan Ice, dia kelelahan dan pada akhirnya duduk bersila dan menjawab santai.

"Kami pergi mencari air, jadi kami tidak berbohong. Kami melihat pohon raksasa ini dalam perjalanan dan berpikir bahwa tinggal dipondok tidaklah aman. Makanya kami sekalian mencari tempat untuk tinggal..." Ice menguap malas. Matanya hampir menutup karena mengantuk. "Lalu si bodoh Blaze, yang tiba-tiba mengeluarkan ledakan tiba-tiba membuat pohon raksasa itu mengamuk. Kami berlari dan pada akhirnya menemukan gua itu. Selesai. Jangan tanya aku lagi."

[✓] Destiny : A Lost Soul [ Halilintar ] [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang